Mohon tunggu...
Gatit Bathari
Gatit Bathari Mohon Tunggu... Cinta Menulis -

Mencintai Keseharian

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengapa Ayah Jarang Mengambil Rapor Anaknya?

16 Desember 2018   13:38 Diperbarui: 16 Desember 2018   13:43 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dua  hari yang lalu anak sulung saya terima rapor. Biasanya saya dan suami berdiskusi jauh-jauh hari, siapa yang akan mengambil rapot si sulung karena kebetulan kami berdua mempunyai kesibukan di kantor masing-masing.

Sesampainya di sekolahan sudah berderet para orang tua yang menunggu antrian untuk mengambil rapot putra-putri mereka. Seperti yang saya lihat 90 persen didominasi oleh para ibu dan sisanya para ayah. Hal itu menggelitik keingintahuan saya,  mengapa para ayah jarang mengambil rapor anak-anaknya?
Bukankah sejatinya pengasuhan anak adalah tanggung jawab ayah dan ibu?

Untuk memuaskan pertanyaan yang timbul diisi kepala, maka saya mengadakan survei sederhana di group sosial media yang saya ikuti. Hasilnya, 99 persen tak meresponnya, hanya membacanya saja. Mungkin bingung memberi komentar karena tak terfikirkan juga oleh mereka.

Bisa jadi karena pembagian tugas yang membudaya di masyarakat kita bahwa mengurus anak adalah tugas ibu, ayah bekerja mencari nafkah. Ayah lebih sibuk dari ibu.
Benarkah demikian? Mungkin benar, mungkin juga salah. Karena di era sekarang ini  banyak juga para ibu yang sibuk bekerja di luar rumah.

Ambil contoh menteri keuangan kita Ibu Sri Mulyani. Meskipun jadi menteri tetapi beliau masih menyempatkan hadir di sekolah untuk mengambil rapor putra-putrinya saat masih bersekolah. Kisah Menteri Sri Mulyani Ambil Rapor Sekolah Anak ‘Tampar’ Orangtua
Bagaimana para ayah? Apa tanggapan anda tentang hal ini?

Selamat mencintai keseharian dengan memperhatikan peran serta kita di sekolah putra-putri kita.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun