Mohon tunggu...
Gatin Duran
Gatin Duran Mohon Tunggu... Lainnya - Baca-Tulis

philos-sophos

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Identitas Generasi Milenial dalam Media Sosial dan Budaya Literasi

20 Mei 2024   12:28 Diperbarui: 20 Mei 2024   12:33 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Generasi milenial atau kadang disebut juga dengan generasi Y adalah sekelompok orang yang lahir  setelah generasi X, yaitu orang yang lahir pada kisaran tahun 1980 sampai 2000-an. Generasi milenial menjadi sangat penting, unik , dank has dari generasi sebelumnya karena mereka (generasi milenial) adalah generasi muda produktif yang umumnya sangat ahli dalam teknologi. Istilah milenial sendiri sebenarnya ada karena kelompok bersangkutan lahir  di dua milenial yang berbeda yakni sebelum 2000 (pra-milenial) dan juga sesudah  2000 ( pasca milenial).

 Literasi sebenarnya tidak hanya terkait dengan budaya membaca buku yang erkaitan dengan pengetahuan dan menulis. Literasi juga dapat diartikan sebagai kemampuan mengidentifikasi, menemukan, menentukan dan mengevaluasi,  menciptakan secara efektif dan terorganisasi, menggunakan dan mengkomunikasikan berbagai informasi untuk mengatasi berbagai persoalan yang dihadapi. Pada era globalisasi ini mempertahankan budaya literasi menjadi suatu tantangan tersendiri dan cukup sulit untuk dihadapi oleh semua orang. Pada dasarnya sampai dengan saat ini banyak orang belum menyadari bahwa literasi sangat penting bagi kehidupan manusia. Tantangan yang paling utama dalam mempertahankan budaya literasi ini adalah bagaimana menghidupi budaya literasi ini dalam generasi milenial sekarang yang sudah terinternalisasi dengan nilai-nilai kehidupan modern yang serba instan.

Realitas generasi milenial saat ini memang sangat menyita perhatian dari berbagai pihak dan selalu menjadi bahan diskursus mengenai realitas generasi ini. Di zaman yang canggih dan maju secara teknologi-informasi seperti sekarang, tentu saja kehidupan generasi ini berbeda dengan generasi terdahulu. Salah satunya kehadiran internet menjadi sangat penting bagi keseharian remaja zaman sekarang.

Kita perlu menyadari bahwa perkembangan teknologi internet ini, di satu sisi berdampak positif namun pada sisi lain dapat juga berdampak negatif. Kurangnya kematangan pola pikir remaja dalam menghadapi kemajuan teknologi membuat  mereka tidak bisa memanfaatkan teknologi itu secara maksimal. Padahal berselancar di dunia maya juga dapat digolongkan sebagai sarana membaca. Namun, jika generasi ini lebih memilih menghabiskan waktu dengan media sosial tanpa mendapatkan hal yang bermanfaat  dari setiap guliran  di laman facebook, instagram, atau media sosial lainnya, sebutan "sarana membaca" itu menjadi sia-sia dengan tidak menjadikan internet sebagai sesuatu yang informative dan menambah intelektual pribadi mereka. Kehadiran internet bagi remaja generasi milenial ini menyebabkan minat mereka untuk membaca buku konvensional menurun drastis.

Berdasarkan studi Most Literred Nation In the World yang dilakukan oleh Central Connecticut University pada Maret 2006, Indonesia menduduki peringkat 60 dari 61 negara dengan minat baca rendah. Indonesia berada di bawah Thailand  dan di atas Bosnawa. Ini jelas menandakan begitu  kurangnya budaya literasi pada masyarakat Indonesia. Fakta-fakta ini menunjukkan bahwa remaja harus bisa menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi yang terjadi dengan lebih memperkaya diri dengan ilmu pengetahuan. Kita harus sadar bahwa era globalisasi meningkatkan daya saing antarsumber daya manusia. Kecerdasan dan keterampilan sangat dibutuhkan agar bisa bersaing di era global. Kehadiran internet seharusnya membawa dampak positif bagi generasi era milenial ini dalam menimbah ilmu pengetahuan, bukannya malah mengurangi kecerdasan. Penanaman budaya literasi pada setiap induvidu dapat berjalan dengan baik jika induvidu-induvidu tersebut mengetahui bagaimana cara menggunakan dan memanfaatkan teknologi dengan baik dan bijak.

Soekarno pernah berkata demikian: "Beri aku 1.000 orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda niscaya akan kuguncangkan dunia."pentingnya peran kaum muda (generasi milenial) dalam kehidupan setiap hari tidak terlepas dari usia mereka yang produktif. Kaum produktif ini mempunyai peranan besar dalam menentukan kehidupan yang lebih baik dunia dewasa ini. Hal yang diharapkan ini berbanding terbalik. Generasi milenial yang terhubung dengan media sosial secara terus-menerus telah menjadi candu bagi mereka. Kecanduan ini membuat mereka betah berlama-lama membuka media sosial melalui smartphone atau tablet. Instagram, Facebook, Twitter, Line, dan platform lainnya menjadi pilihan utama remaja saat ini (rri.co.id, diakses pada 20 Mei 2024)

Generasi milenial yang akrab dengan media sosial diharapkan menjadi tumpuan dan dasar untuk masa depan bangsa dan negara. Generasi milenial yang interaktif, kreatif dan memiliki jaringan komunikasi yang luas dianggap mampu menjawabi tantangan zaman. Keakraban dengan komunikasi, media dan teknologi menjadi kekhasan dari generasi ini secara global. Generasi ini membentuk semacam ruang kehidupan baru tanpa jarak dan waktu. Artinya bahwa segala sesuatu dapat terhubung secara online di mana saja dan kapan pun hal itu dibutuhkan. Dengan demikian, diharapkan bahwa jaringan yang saling terhubung tersebut menjadikan generasi ini sebagai generasi berwawasan global dan menjadi kunci untuk generasi ini untuk memahami dunia secara utuh.

Perkembangan teknologi dengan segala trend yang tersedia dalam teknologi adalah bagian dari kehidupan generasi milenial ini.  Ruang baru dalam kehidupan generasi sangat baik bagi perkembangan generasi milenial. Namun pada saat yang sama, sikap waspada harus selalu dikedepankan karena perkembangan teknologi juga memungkinkan adanya bahaya bagi kehidupan generasi milenial. Bahaya yang paling menantang ketika komunikasi, media dan teknologi  berubah menjadi candu yang tak terelakan dalam kehidupan generasi milenial. Melihat situasi ini, usaha internalisasi budaya literasi bagi generasi perlu dilakukan. Hal ini dilakukan agar generasi milenial memiliki kemampuan dalam mengidentifikasi, menemukan, menentukan dan mengevaluasi,  menciptakan secara efektif dan terorganisasi, menggunakan dan mengkomunikasikan berbagai informasi dengan baik untuk mengatasi berbagai persoalan yang dihadapi secara baik dan bertanggungjawab.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun