Mohon tunggu...
Gatin Duran
Gatin Duran Mohon Tunggu... Lainnya - Baca-Tulis

philos-sophos

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pekerja Seks Komersial: Antara Kebebasan dan Kewajiban

15 Mei 2024   20:04 Diperbarui: 15 Mei 2024   20:11 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
nationalgeographic.grid.id

            Pekerja seks komersial (PSK) adalah Salah satu pekerjaan yang menjadi perhatian utama dalam kehidupan sosial masyarakat Indonesia. Keprihatinan umum atas salah satu jenis pekerjaan ini adalah eksploitasi atas tubuh kaum perempuan. Perempuan dan kebertubuhannya diposisikan sebagai barang, alat yang mesti ditaklukan dan dimanfaatkan untuk kepentingan libido lelaki. Dalam konteks ini, tubuh perempuan semacam barang yang pada saat tertentu akan dibuang jika tidak sesuai dengan ekspetasi para pemakainya. Pekerja seks komersial (PSK) adalah representasi dari kejatuhan kaum perempuan. Kejatuhan yang dimaksud di sini ialah adanya praktek ketidaksetaraan gender dalam kehidupan sosial masyarakat. 

Dalam pekerja seks komersial, perempuan menjajakan tubuhnya sedangkan kaum laki-laki dengan buas dan penuh nafsu menghalalkan berbagi cara untuk dapat memenuhi libidonya. Pertanyaannya, mengapa hanya kaum perempuan yang disalahkan dalam peristiwa yang terkutuk ini? Apakah perempuan terlampau lemah dalam upaya membelah diri? Tentu saja, tidak. Perempuan terlampau kuat untuk dibelah oleh kaum lelaki. Pembagaian kelas dalam gender hanyalah sebagian upaya dari budaya patriaki untuk mempertegas kelas kaum pria. 

Di hadapan tekanan budaya yang begitu kuat, kaum perempuan semakin dilematis dengan tuntutan untuk tetap melaksankan kewajibannya. Kenyataan ini menandakan bahwa perempuan tetap berada pada spiral dilematis. Antara kekebasan dan kewajiban, kaum perempuan terbelenggu di antara keduanya.

           Perempuan seharusnya diberi kebebasan untuk memilih cara untuk mempertahankan hidupnya. Kepenuhan diri seorang perempuan berada dalam tanggung jawabnya untuk menumbuhkan kehidupan. Jika demikan, bagaimana dengan pekerja seks komersial yang dilarang oleh masyarakat luas namun tetap saja banyak kaum pria secara diam-diam menggunakan tubuh perempuan untuk melampiaskan libido mereka? Pada kasus ini, kebebasan perempuan dibatasi secara massal. Pada saat yang sama, para pekerja seks komersial (PSK) dituntut untuk wajib mematuhi moral umum. Ketegangan antara kedua variabel ini  melemahkan kekuatan para pekerja seks komersial dalam upaya mempertahankan hidup sekaligus dalam upaya menumbuhkan lebih banyak kehidupan.

           Bertolak dari contoh kasus di atas, kebebasan harus lebih luas diberikan kepada kaum perempuan agar ia dapat bertanggung jawab dengan baik. Kaum perempuan  adalah sumber kehidupan. Dari rahim perempuan lahirlah suatu kehidupan baru dan dari tubuh yang sama perempuan mempertahankan kehidupan. Bentuk tanggung jawab perempuan yang paling sederhana ialah menumbuhkan dan mempertahankan kehidupan. 

Tentu saja, kebebasan membuat kaum perempuan semakin paham akan kewajibannya karena pengalamannya dalam setiap kebebasan. Kebebasan harus  dialami secara penuh, baik itu dalam dunia pendidikan, pekerjaan, maupun karier. Kaum perempuan yang memiliki nilai rasa yang tinggi dan akal-budi yang sehat akan sangat bisa mengontrol dan membatasi kebebasannya sehingga tidak berdampak buruk bagi kehidupan kaum perempuan. Dengan demikian, kita sadar bahwa segala kewajiban yang membatasi pilihan perempuan pekerja seks komersial (PSK) akan menjadi pedang yang membunuh kehidupan dan benih kehidupan itu sendiri. seorang pekerja seks komersial(PSK) tentu tahu kewajiban sebagi manusia yang bermoral. 

Pada umumnya, perempuan pekerja seks komersial bekerja bukan untuk kesenangan pribadinya melainkan demi mendapatkan uang dan memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Pada tataran ini, kewajiban moral dapat diabaikan demi mempertahankan kehidupan. Tentu saja ada cara lain yang lebih etis untuk mempertahankan hidup. Namun dasar struktur sosial yang keras dan menuntut cara hidup demikian, seorang perempuan dapat saja mengabaikan kewajiban moral karena desakan untuk mempertahankan kehidupan.

            Perempuan pekerja seks komersial adalah perempuan pejuang yang sangat kuat dan tangguh. Mereka adalah pecinta kehidupan yang sesungguhnya. Mereka secara bebas mengorbankan tubuh mereka untuk suau kehidupan yang lebih baik. Sepintas mereka tersenyum, namun mereka sedang terluka. Mereka menggunakan cara yang tidak halal, namun begitulah cara mereka mencintai kehidupan. Mereka mencintai kehidupan begitu mendalam sampai mereka terluka. Kebebasan dan penghargaan kepada mereka sebagai manusia yang bermoral akan membuat mereka lebih berarti sebagai warga masyarakat yang baik. Sesunggunya, perempuan pekerja seks komersial adalah perempuan pejuang kehidupan. Mereka patut mendapat penghargaan secara manusiawi. 

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Kewajiban yang menuntut hanya akan menjadi pembunuh bagi kehidupan yang mereka pertahankan secara bebas dan penuh pengorbanan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun