Mohon tunggu...
Gaston OttoMalindir
Gaston OttoMalindir Mohon Tunggu... Konsultan - Mahasiswa Doktoral Ilmu Politik Universitas Indonesia

"Teruslah menjadi si Bodoh yang haus akan Ilmu"

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Review Buku The Democracy Civilization

21 Oktober 2023   12:52 Diperbarui: 21 Oktober 2023   13:00 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

  • Secara historis perkebangan demokrasi yang dituliskan oleh Lipson dalam bukunya, terkesan cenderung kepada zaman Kerajaan Yunani (abad ke-4) dan mengesampingkan praktik demokrasi yang terjadi di beberapa negara lain yang sudah ada jauh sebelum Athena. Hal ini diperkuat dengan paragraf (Lipson, 1964: 20) yang menyebutkan bahwa "Rumah demokrasi di zaman modern ini mempunyai banyak rumah mewah, namun fondasinya diletakan di Yunani". 
  • Meskipun dalamnya bukunya Lipson sedikit menyinggung beberapa negara lain yang sudah ada sebelum Athena, yang menurutnya memiliki ciri-ciri demokratis sendiri. Namun hal ini kemudian disangkal kembali oleh Libson dengan mangatakan bahwa "dalam kasus mereka, terlalu sedikit informasi yang diketahui sehingga tidak perlu dijelaskan secara lengkap, atau mereka masih memiliki terlalu banyak elemen non-demokrasi Bersama elemen demokratis, atau mereka kecil dan relatif.
  • Dari perjalanan panjang sebagaimana digambarkan oleh Lipson mulai dari Zaman Yunani kuno tepatnya pada masa kerajaan (abad keempat) seolah menunjukan bahwa Lipson menggambarkan Demokrasi sebagai etintas politik dan bukan merupakan sebuah nilai atau ideal politik. Hal ini jelas dari pola Lipson dalam menggambarkan Demokrasi sebagai entitas terlihat jelas pada pilihan satu bangsa (Yunani) sebagai gambaran sejarah demokrasi itu sendiri.
  • Jika demokrasi sebagaimana digambarkan oleh Libson sebagai sebuah entitas politik, maka menurut penulis adalah kurang populer atau kurang menjadi pilihan. Mungkin di periode yang sama dengan Yunani kuno, hanya Athena atau beberapa negara kota lainnya yang mempraktekkan demokrasi. Sedangkan di negara kota lainnya, kemungkinan diktatorial ataupun monarki yang dipilih. Hal ini terbukti semenjak kejatuhan Athena, dan Republik Romawi yang tidak dicontohkan oleh Lipson, demokrasi bukan suatu pilihan jenis kekuasaan yang diterapkan oleh sejumlah bangsa. Sejak jatuhnya Republik Romawi tahun 30 SM (dengan bangkitnya Julius Caesar) hingga runtuhnya Kekaisaran Bizantium akibat serangan bangsa Turki tahun 1453 M, kekaisaran adalah bentuk pemerintahan yang menjadi mainstream dalam politik Romawi.
  • Studi mengenai demokrasi sebagai sebuah entitas politik, erat kaitannya dengan perubahan nilai di tengah masyarakat Eropa. Dan terkait dengan perubahan ini, maka studi demokrasi sesungguhnya berlangsung di masa yang lebih kini. Samuel P. Huntinton menyebutnya sebagai gelombang. Gelombang pertama terjadi 1828-1926, gelombang kedua 1943-1962, dan gelombang ketiga terjadi sejak 1975 hingga saat ini. Di sela gelombang pertama dan kedua, terdapat gelombang kontra sejak 1922-1942 dan di antara gelombang kedua dan ketiga terdapat gelombang kontra kedua yang berlangsung 1958-1974 (Hendriks, 2010: 19).
  • Jika Lipson memandang bahwa Demokrasi adalah entitas politik maka penulis memiliki pandangan yang berbeda bahwa demokrasi merupakan serangkaian proses. Hal ini sejalan dengan yang telah di rumuskan oleh Abraham Lincoln (1863), presiden Amerika Serikat yang ke-16. Menurut Abraham Lincoln, demokrasi adalah suatu pemerintahan dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat. Intinya, demokrasi adalah suatu tata pemerintahan dimana rakyat, baik secara langsung maupun tidak langsung berkuasa dan berdaulat penuh (Yasir, 2006:27).
  • Selain dari demokrasi sebagai serangkaian proses, penulis juga beranggapan bahwa demokrasi bertujuan untuk menghasilkan nilai dimasyarakat. Sebagai nilai, demokrasi cukup rumit. Apabila kita merujuk pada Robert A. Dahl mengenai keuntungan diterapkan demokrasi, maka suatu kritisi akan muncul. Dahl menyebut ada 10 keuntungan apabila suatu negara mempraktekkan demokrasi, yaitu: (1) prevention of tyranny; (2) protection of essential rights; (3) guarantee of freedom; (4) self-protection; (5) selfdetermination; (6) moral autonomy; (7) human development ; (8) restriction of inequality; (9) peace-keeping; dan (10) creation of prosperity (Magstadt, 2013:87). Ke-10 keuntungan ini cukup menggiurkan dan mungkin saja mendorong demokrasi untuk lebih laku lagi guna ditawarkan sebagai jenis pemerintahan alternatif. 
  • Masalah utamanya adalah bagaimana menyelenggarakannya setelah demokrasi diterapkan di suatu negara. Sebagai contoh guarantee of freedom, yang di Amerika Serikat menjadi persoalan pasca peristiwa 911. Bagaimana Patriot Act begitu mudahnya diloloskan oleh kongres di masa administrasi Bush ke-2 dan diterapkan terhadap seluruh warganegara Amerika Serikat. Jadi sesungguhnya, demokrasi masih merupakan sebuah promosi dengan mana apa yang dijanjikan mungkin terjadi atau sebaliknya.
  • Dari beberapa literatur yang menjelaskan tentang perkembangan demokrasi maka penulis menyampaikan padangan yang berbeda dari apa yang dituliskan oleh Lipson bahwa demokrasi tidak hanya berkembang di Eropa dan Amerika Serikat sebagaimana dituliskan oleh Lipson. Perkembangan demokrasi terjadi secara meluas hingga Amerika Latin, Asia, Afrika, bahkan negara-negara Arab yang telah ribuan tahun mempraktekkan jenis kekuasaan non demokrasi. Seharusnya, dalam masalah perkembangan demokrasi ini, Lipson mengetengahkan suatu alasan secara terfokus, yaitu mengapa demokrasi baru mulai berkembang di abad ke-19, tetapi bukan sebelumnya.
  • Alasan ini diyakini akan membawa faktor agen ke dalam perkembangan demokrasi yaitu imperialisme Barat. Bahwa demokrasi adalah sebuah discovery masyarakat Barat yang kemudian didiseminasikan ke seluruh penjuru dunia melalui praktek-praktek imperialisme mereka. Namun, sebagai sebuah 'penawaran' demokrasi belum tentu sukses untuk diintrojeksikan di masyarakat-masyarakat yang belum mempraktekkannya (Hendriks, 2010: 19).
  • Kecenderungan Lipson untuk membatasi perkembangan Demokrasi pada zaman Athena ini juga jelas dalam gambaran bahwa kumunduran demokrasi ditunjukan oleh kehacuran Athena. Digambarkan bahwa masyarakat Athena hancur karena ulah mereka sendiri yang terlalu bebas untuk menyampaikan pandangan mereka terkait dengan ciri dan karakteristik demokrasi serta penerapannya. Hal ini tentu saja tidak relevan mengingat bahwa demokrasi terus berkembang disetiap negara yang ditunjang oleh perkembangan masyarakat dan kejeniusan pemerintahnya.
  • Jika kemunduran demokrasi digambarkan seiringan dengan kehancuran Athena, maka tentu dalam hal ini penulis menyampaikan pendapat yang berbeda dengan yang dituliskan oleh Lipson dalam bukunya. Menurut pandangan penulis bahwa perkembangan demokrasi cukup masif sampai hari ini yang kemudian melahirkan berbagai varian salah satunya di Indonesia yang kemudian dikenal dengan Demokrasi Pancasila. Kehancuran Athena sebagaimana digambarkan dalam buku adalah tidak dapat dijadikan tolak ukur atau acuan dari kemunduran demokrasi yang disebutkan oleh Libson.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun