Mohon tunggu...
Adi Putera Widjaja
Adi Putera Widjaja Mohon Tunggu... Administrasi - CEO

Pembicara Publik, Penulis Buku, Pengagas Gerakan Garudapreneur. Sebuah upaya anak bangsa melahirkan Generasi Pengusaha. Anda dapat memantau aktifitas Garudapreneur di www.garudapreneur.com

Selanjutnya

Tutup

Money

President Tidak Takut MEA 2016! Mengapa?

25 Januari 2016   14:13 Diperbarui: 25 Januari 2016   14:20 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ada teman yang panik dengan MEA, tapi ketakutannya kok malah hanya berakhir di level bikin status. Ini membingungkan, entah siapa gerangan yang ia harapkan dapat memberikan solusi atas masalahnya. Sebenarnya patutkah kita cemas?

Dibandingkan dengan 9 negara ASEAN lainnya, Indonesia memiliki sumber daya alam dan manusia yang luar biasa. Ada kuliner, seni kerajinan, budaya dan wisata alam asli yang dapat dikemas dan dijual kepada masyarakat dunia.

Mari kita mulai dari kuliner. Dari 34 propinsi di Indonesia, Kemenparekraf sudah menetapkan ada 30 masakan tradisional yang menjadi ikon kuliner Indonesia. Berikut merupakan daftar makanan yang menjadi ikon:

Ayam Panggang Bumbu Rujak, Gado-Gado Jakarta, Nasi Goreng Kampung, Serabi Bandung, Sarikayo Minangkabau, Es Dawet Ayu Banjarnegara, Urap Sayuran Yogyakarta, Sayur Nangka Kapau, Lumpia Semarang, Nagasari Yogyakarta, Kue Lumpur Jakarta, Soto Ayam Lamongan, Rawon Surabaya, Asinan Jakarta, Sate Ayam Madura, Sate Maranggi Purwakarta, Klapertaart Manado, Tahu Telur Surabaya, Sate Lilit Bali, Rendang Padang, Nasi Tumpeng, Orak-Arik Buncis Solo, Pindang Patin Palembang, Asam Padeh Tongkol Padang, Nasi Liwet Solo, Es Bir Pletok Jakarta, Kolak Pisang Ubi Bandung, Ayam Goreng Lengkuas Bandung, Laksa Bogor, dan Kunyit Asem Solo.

Slurrpp, langsung jadi lapar… Sepertinya belum ada satupun icon di atas yang sudah diklaim oleh negara tetangga seperti kejadian yang lalu. :-)

Berikutnya, sebuah contoh kecil dari seni kerajinan. Berawal dari kemampuannya dalam berbahasa Inggris, seorang mantan TKW asal Ledokombo, Jatim diajak saudaranya mengadu nasib ke Bali. Mereka menjual asesoris wanita dari manik-manik seperti kalung, anting dan gelang wanita. Kreasi mereka ternyata tidak kalah dengan model luar negeri yang banyak dijual di pusat perbelanjaan modern. Justru design etniknya yang menjadi kekuatan.

Saat ini bisnisnya telah beromzet ratusan juta sebulan. Hebatnya lagi. Dalam menjalankan bisnisnya, ia melibatkan puluhan ibu-ibu dalam proses produksi. Alhasil bisnis yang ia bangun juga berdampak bagi para wanita di desanya. Kisah Holisa Handayani dapat dibaca di http://www.kompasiana.com/asitasuryanto/wanita-desa-yang-beromzet-bisnis-rp-350-juta-sebulan_56a519362623bdf50b4d5a3e

Sekarang tentang keindahan alam negeri ini. Bagi yang jarang keluar rumah. Kalau pergi pun paling jauh hanya ke Mal. Silahkan baca buku berjudul Jelajah Negeri Sendiri. Buku ini merupakan kolaborasi dari 30 Kompasianer yang menuliskan petualangan mereka ke tempat-tempat yang mungkin belum pernah Anda dengar. Beberapa tempat yang diceritakan benar-benar merangsang pembaca untuk mengalaminya sendiri.

Berita baiknya, semua sektor yang disebutkan di atas dapat mulai dikerjakan di level UMKM. Itulah sebabnya sejak tahun 2014, Garudapreneur rajin blusukan ke kampus-kampus. Tujuannya hanya satu, memprovokasi anak muda uji nyali berbisnis dalam Garudapreneur Business Model Competition.

Jadi… Masih perlu takut? MEA... Siap!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun