Ada teman yang panik dengan MEA, tapi ketakutannya kok malah hanya berakhir di level bikin status. Ini membingungkan, entah siapa gerangan yang ia harapkan dapat memberikan solusi atas masalahnya. Sebenarnya patutkah kita cemas?
Dibandingkan dengan 9 negara ASEAN lainnya, Indonesia memiliki sumber daya alam dan manusia yang luar biasa. Ada kuliner, seni kerajinan, budaya dan wisata alam asli yang dapat dikemas dan dijual kepada masyarakat dunia.
Mari kita mulai dari kuliner. Dari 34 propinsi di Indonesia, Kemenparekraf sudah menetapkan ada 30 masakan tradisional yang menjadi ikon kuliner Indonesia. Berikut merupakan daftar makanan yang menjadi ikon:
Ayam Panggang Bumbu Rujak, Gado-Gado Jakarta, Nasi Goreng Kampung, Serabi Bandung, Sarikayo Minangkabau, Es Dawet Ayu Banjarnegara, Urap Sayuran Yogyakarta, Sayur Nangka Kapau, Lumpia Semarang, Nagasari Yogyakarta, Kue Lumpur Jakarta, Soto Ayam Lamongan, Rawon Surabaya, Asinan Jakarta, Sate Ayam Madura, Sate Maranggi Purwakarta, Klapertaart Manado, Tahu Telur Surabaya, Sate Lilit Bali, Rendang Padang, Nasi Tumpeng, Orak-Arik Buncis Solo, Pindang Patin Palembang, Asam Padeh Tongkol Padang, Nasi Liwet Solo, Es Bir Pletok Jakarta, Kolak Pisang Ubi Bandung, Ayam Goreng Lengkuas Bandung, Laksa Bogor, dan Kunyit Asem Solo.
Slurrpp, langsung jadi lapar… Sepertinya belum ada satupun icon di atas yang sudah diklaim oleh negara tetangga seperti kejadian yang lalu. :-)
Berikutnya, sebuah contoh kecil dari seni kerajinan. Berawal dari kemampuannya dalam berbahasa Inggris, seorang mantan TKW asal Ledokombo, Jatim diajak saudaranya mengadu nasib ke Bali. Mereka menjual asesoris wanita dari manik-manik seperti kalung, anting dan gelang wanita. Kreasi mereka ternyata tidak kalah dengan model luar negeri yang banyak dijual di pusat perbelanjaan modern. Justru design etniknya yang menjadi kekuatan.
Saat ini bisnisnya telah beromzet ratusan juta sebulan. Hebatnya lagi. Dalam menjalankan bisnisnya, ia melibatkan puluhan ibu-ibu dalam proses produksi. Alhasil bisnis yang ia bangun juga berdampak bagi para wanita di desanya. Kisah Holisa Handayani dapat dibaca di http://www.kompasiana.com/asitasuryanto/wanita-desa-yang-beromzet-bisnis-rp-350-juta-sebulan_56a519362623bdf50b4d5a3e
Sekarang tentang keindahan alam negeri ini. Bagi yang jarang keluar rumah. Kalau pergi pun paling jauh hanya ke Mal. Silahkan baca buku berjudul Jelajah Negeri Sendiri. Buku ini merupakan kolaborasi dari 30 Kompasianer yang menuliskan petualangan mereka ke tempat-tempat yang mungkin belum pernah Anda dengar. Beberapa tempat yang diceritakan benar-benar merangsang pembaca untuk mengalaminya sendiri.
Berita baiknya, semua sektor yang disebutkan di atas dapat mulai dikerjakan di level UMKM. Itulah sebabnya sejak tahun 2014, Garudapreneur rajin blusukan ke kampus-kampus. Tujuannya hanya satu, memprovokasi anak muda uji nyali berbisnis dalam Garudapreneur Business Model Competition.
Jadi… Masih perlu takut? MEA... Siap!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H