[caption id="attachment_172234" align="alignright" width="300" caption="Jabulani, Bola Resmi FIFA World Cup 2010 (www.fifa.com)"][/caption]
Memang bola itu bulat, karena bulatnya itu maka sepak bola sering dijadikan ladang judi. Lihat saja, betapa uniknya situasi yang terjadi di Afrika Selatan. Banyak tim-tim yang sebelumnya diunggulkan, sekarang masih berada dalam kondisi yang cukup mengkhawatirkan. Tim-tim jawara asal Eropa misalnya, mulai dari Inggris, Italy, Jerman, Spanyol, Perancis. Mereka sangat kesulitan mendulang poin penuh. Tanya Kenapa?
Sampai detik ini, apa yang mereka tampilkan di perhelatan paling akbar dunia sepak bola itu masih jauh dari kata memuaskan. Praktis hanya Belanda yang menjadi tim Eropa pertama yang berhasil maju ke babak berikutnya. Walau harus berjuang keras membobol tim samurai Jepang dengan gol semata wayang Sneijder, sebuah gol yang juga dipengaruhi oleh blunder dari kiper Jepang saat melakukan antisipasi.
Hal ini berbanding terbalik dengan apa yang terjadi pada tim-tim asal benua Amerika; Argentina, Brazil, Chile Meksiko, Uruguay mampu tampil lepas dan memenangkan pertandingan. Tim-tim tuan rumah asal benua Afrika juga sejauh ini masih merasa kewalahan mengatasi tamu-tamunya, sejarah menyatakan belum pernah ada tuan rumah yang tidak lolos dari penyisihan grup, akankah Afrika Selatan menjadi tim pertama yang menorehkan sejarah tersebut? Menarik untuk disimak.
Boleh jadi, penyebab banyaknya blunder yang terjadi di Piala Dunia kali ini yang diawali oleh blunder penjaga gawang Inggris "Robert Green", dikarenakan daya sensibilitas Jabulani yang begitu agresif ."Jabulani Effect", begitulah saya menyebutnya. Bola Jabulani memang menjadi keunikan tersendiri, karena ada banyak pemain yang mengeluhkan kemudahan pemakaiannya. Dari pertandingan Ghana-Australia, saya melihat umpan-umpan crossing beberapa pemain terlalu jauh melambung dari sasaran, umpan-umpan terobosan juga meluncur terlalu deras untuk dikejar. Jabulani, sebagai bola terbulat yang pernah dibuat nampaknya menjadi bola yang "ringan" dan "licin".
Pantulan bola Jabulani hasil dari umpan-umpan terobosan lambung saat mencapai tanah juga kurang bersahabat dengan para pemain karena kecepatannya cukup deras dan "liar". Wajar, secara logika memang itulah efek yang akan ditimbulkan oleh bola yang paling bulat yang pernah ada "si Jabulani".
Adaptasi atau "mati", bola Jabulani tidak bisa disalahkan karena sudah diresmikan. Lagipula semua tim bermain dengan bola yang sama. Ada keasyikan tersendiri dengan bola Jabulani ini, bola ini memaksa tim bermain lebih cepat. Lebih skillful, karena bola jabulani si paling bulat ini, lebih dinamis dari bola-bola lainnya. Tim-tim dengan pemain bergaya Fantasista akan mendominasi permainan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H