[caption id="attachment_108136" align="aligncenter" width="243" caption="Monas (by Google)"][/caption]
Jakarta, tempat yang Indah. Dimana Monas berada, di sana juga berdiri puluhan Mall besar, tak lupa juga mengikut sertakan gedung-gedung pencakar langitnya nan megah dan mempesona, Jakarta...elok nian dirimu di malam hari, hiruk-pikuk suasana kota yang tak pernah "mati" dimakan geliatnya sang waktu.
Jakarta, engkau telah menjadi saksi perkembangan aksi-aksi Pemerintah dalam memimpin negeri tersayang ini, negeri yang punya julukan si "Zamrud Khatulitiwa". Namun Jakarta, aku juga tahu bahwa engkau sedang menderita, berat bebanmu sebagai salah satu kota terpadat lalu-lintasnya juga (sayangnya) terpolusi di dunia.
[caption id="attachment_108128" align="aligncenter" width="300" caption="Macet Abizz (by Google)"][/caption]
Jakarta, kemegahan, wibawa, dan kebanggaanmu akhirnya kini "melahap" dirimu sendiri, euforia keperkasaanmu berakhir sudah, sekarang daripadamu didapati racun yang senantiasa mengasapi langit-langit Jakarta yang berlangsung setiap hari. Ironis, kota yang meracuni dirinya sendiri. Dimana banyak orang berjuang untuk hidup, entah untuk sesuap nasi, maupun untuk BMW dan Mercy. Arus Urbanisasi yang menggejolak membludak tanpa bisa terorganisir dengan baik. Kota yang terus digerogoti "kanker", yang makin mengganas dari tahun ke tahun.
[caption id="attachment_108133" align="aligncenter" width="300" caption="Jakarta Tempoe Doloe (by Google)"][/caption]
Hai saudara-saudaraku sebangsa dan setanah air, dari yang tertinggi sampai yang terendah, dimanapun Anda berada. izinkan diriku untuk berbisik "Jakarta sudah lelah, bahkan sekarat, maukah engkau membantu mengerti dirinya, melupakan sejenak segala kejayaannya? Tolong jangan kau tambah lagi deritanya."
*Inspired by: Pizza-Tehijame
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H