Dewasa ini memang hidup yang seimbang menjadi suatu survival ability yang penting, terutama di era Globalisasi ala hidup tak tentu yang terus menjungkat-jungkit. Kebutuhan untuk mampu hidup dalam suatu titik yang "seimbang" menjadi hal yang terkesan memaksa dalam tempo sekarang ini. Sesauatu yang tidak sembang akan membentuk sesuatu yang "over", yang "offside", dsb. Itu menjadi problema yang tidak membuat hidup menjadi nyaman dan sehat. Keseimbangan yang holistik itu memang perlu dan bermanfaat. Sangat luas lingkup kajiannya, maka itu perlu ditelusuri dengan sabar.
Misal saja dalam secuil kisah dialog Paizo yang tinggal di perumahan elit Ibu Kota ini dengan Paizan dan Eunzep; tetangga lama dari kampungnya dahulu:
"Aku marah, tiada bisa tenang hatiku." Kata Paizo jengkel. Lihat saja di komplek ini tidak ada lagi kehangatan dan ramah-tamah. Tidak ada lagi saling tegur-sapa. Dengan tetangga pun saling acuh-tak acuh, sibuk dengan urusannya masing-masing. Memang kawasan yang elit itu bebas banjir, tak lupa juga dipenuhi dengan petugas keamanan yang selalu siaga 24 jam. AKu untukku, ini hidupku, duniaku. Aku tidak akan bergai, aku tidak mau berbagi, sia-sia. Karena aku tidak suka basa-basi. Bukan hanya aku saja, namun kami. Tidak ada lagi kehangatan, kebersamaan di lingkungan elit metropolitan."
"Ahh, wajar saja, Zo." Paijan segera menimpali. "Bukankah memang ada perbedaan budaya psikologis di daerah-daerah dengan di kota-kota besar. Ada gengsi, ada wibawa. Merasa mapan dan yakin dengan kemandiriannya. Tidak mau terkesan lemah dan merepotkan. Juga tidak ingin dianggap tidak berpendidikan dengan ngerumpi ngalor-ngidul tanpa orientasi yang jelas. Mungkin kita bisa saling asah-saling asuh saat ada acara-acara tertentu saja. Namun setelah itu, elu-elu, gue-gue. Sibuk dengan urusan masing-masing. Dengan uang semua akan baik-baik saja. Kalau tidak ada uang ya tinggal pindah, dan berbaur dengan mereka yang menjunnjung tinggi ikatan kehangtan dan kebersamaan antarwarganya."
"Betul...betul Zan."Itulah buah dari moderniasasi, hal yang wajar jika penduduk di kota-kota besar memiliki kadar individualis yang lebih kental. Karena ada daya uang yang lebih. Dengan kekuatan itu, maka ada banyak hal sulit yang bisa dipermudah. Tidak perlu sibuk "mengganggu" tetangga. Lagian juga gengsi!!"
"Inilah yang sedang terjadi Zo, makin banyak kekhawatiran dan kecurigaan sosial, makin banyak pula menebar wabah jamur-jamur eksklusivisme. Ada aksi maka ada reaksi, inilah realita yang terjadi. Ini baru soal hidup bertetangga di komplek."
"Nah itu dia."Seru Paizo."Belum lagi soal perubahan mindset generasi, yang mulai "bawel", bawel bagaimana? Coba saja perhatikan film-film lawas Indonesia dengan yang ada pada saat ini, pasarnya berubah jauh trendnya mulai condong ke arah western maupun eastern modern yang juga awalnya mengadopsi dari western. Dahulu jarang sekali ditemui seorang anak yang "demo" kepada orangtuanya sekalipun orangtua berlaku tidak adil. Sekarang, anak-anak ABG itu sudah mulai pede untuk "speak up your mind" dengan orangtua.
"GREAT!! Zo, ada perubahan yang lebh baik, namun terkadang menjadi overdosis, yang artinya ada hal-hal dimana banyak anak yang berlaku kurang ajar kepada orangtua atas dasar." Orangtua mesti begini-begitu, namanya saja orangtua, mesti bisa ngerti'in anaknya dong, khan sudah lebih banyak makan asam garam ha ha ha."
*Tiba-tiba Eunzep yang dari tadi hanya diam, mulai angkat bicara. "Biar aku bersajak saja soal keseimbangan," ujarnya.
Dinamis namun tetap harmonis... Tepat guna... Efektif... Seimbang hanyalah sebuah gambaran... Ekuilibrium... Akan adanya keadilan... Proporsionalitas yang sehat... Serta kondisi ideal yang bukan hanya... Klimaks positif... Namun juga langgeng... PAS!! dech...