Pagi hari di bibir pelabuhan dua orang pemuda berjalan santai. Saling mengobrol dan bercanda kecil kedua pemuda berusia 20 tahunan itu menyusuri pinggir kapal kapal besar yang sedang menepi. Joko salah satu pemuda berkulit sawo matang mengenakan celana jeans dan kaos hitam, dan Mahmud pemuda yang memakai kacamata dengan rambut belah tengahnya.
Joko dan Mahmud saling bercanda kecil sambil melihat kapal kapal yang baru datang dan ada juga hendak pergi. Mereka menuju warung kopi yang ada di skitar situ untuk berteduh, karena terik matahari mulai melekat.
Joko sambil menuggu kopi hangat yang sudah dipesannya melihat seorang nahkoda yang baru saja turun dari kapalnya yang besar.
"Lihat Mahmud, nahkoda itu. Topi putih terpasang, jas hitam dengan dasi, gagah sekali", kata Joko.
"Iya, cocok lah dengan kapal nya, mentereng, dan besaaar...", ujar Mahmud.
Kopi datang, walaupun panas cukup terik kopi tetap cocok diminum juga, lalu joko mengeluarkan rokok kereteknya untuk menemani kopinya. Pesanan Mahmud pun datang bersamaan, teh manis hangat yang terlihat cocok dengan gorengan yang sudah dia pegang.
"Mud, liat di sebelah kanan sebelah kapal biru itu.", Joko mencoba menunjuk lelaki yang agak kucel yang berada pada kemudi kapal kayu yang tidak terlalu besar, yang masih terlihat pandanganya.
"Kenapa Jok?"
"hmm...jauh aja keliatanya. Yang satu rapih dan bersih, yang satu lagi terlihat berkeringat dengan baju kaosnya."
"Ya begitulah Jok. beda kapal beda pula nahkodanya. Tapi mereka tetap seorang nahkoda pemimpin dan pemegang kendali kapalnya. Aura mereka tetap terlihat besar di mata awaknya."
"Iya betul juga Mud. Tapi gua jadi inget ama pemimpin negara. Beda kapal beda nahkodanya, beda negara beda pemimpin negaranya..hahaha"