Mohon tunggu...
Garry
Garry Mohon Tunggu... -

Aku adalah ketaatanku terhadap Tuhanku....

Selanjutnya

Tutup

Nature

Layang-layangku dan Ilmu Pengetahuan yang hilang....

6 April 2011   08:11 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:05 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika aku masih kanak-kanak, aku selalu tahu kapan aku akan bermain
layang-layang dan kapan aku akan pergi ke kali atau sungai untuk
mendengarkan kicauan burung dan melihat hilir mudiknya kupu-kupu yg
berterbangan, tapi kini aku tak punya pengetahuan itu dan pengalaman
seindah itu lagi. Lingkungan sudah "mengutuk" kita karena ulah kita
sendiri. pabrik-pabrik yg menjulang tinggi karena tuntutan hidup
sehingga menghasilkan limbah yg membahayakan lingkungan dan belum lagi
kegiatan-kegiatan yang kesemuanya menuju pada meningkatnya kerusakan
lingkungan dan akhirnya kehancuran di bumi, dan tidak ada
langkah-langkah konkrit oleh generasi sekarang untuk memperbaiki Bumi
tempat manusia hidup. Perhatian yang serius tentang pentingnya
lingkungan hidup di Bumi telah diperlihatkan oleh ummat manusia baik
di tingkat lokal, regional, maupun global. Secara Global masalah
lingkungan yang paling sering diperbincangkan akhir-akhir ini adalah
masalah yang berkaitan dengan Gas Rumah Kaca (GRK) meliputi antara
lain gas CO2, CH4 (metana), N2O (nitrous oksida). Bila kita melihat
perbincangan tentang GRK ada rasa takut yang luar biasa karena dampak
yang multi akibat sudah terlihat di depan mata, meskipun masih ada
perdebatan tentang GRK baik sebab maupun akibatnya. Kalau kita menilik
ke belakang, seandainya Ibu Rachel Carson masih hidup ia akan
tersenyum kecut. Ada pertanyaan yang muncul dalam senyumnya, mengapa
setelah lebih dari 50 tahun sejak diterbitkan buku karyanya The Silent Spring (1962) semakin banyak masalah di bumi yang kesemuanya menuju pada meningkatnya kerusakan lingkungan.  Sebenarnya
akan ada yg lebih parah lagi akibat kerusakan lingkungan yang tidak
pernah kita sadari, ya akan ada "Ilmu Pengetahuan" yang akan hilang
akibat dari kerusakan lingkungan. Kita tidak bisa membayangkan bagaimana
anak-anak kita atau cucu-cucu kita nanti tidak punya pengetahuan
bagaimana caranya membuat layang-layang karena tak ada kesempatan
bermain layang-layang, kita tidak bisa membayangkan bagaimana cucu-cucu
kita tidak bisa melihat bagaimana proses kupu-kupu bermetamorfosis
karena suhu yg sudah tidak teratur, karena ternyata perubahan iklim
sangat mempengaruhi pertumbuhan larva kupu-kupu (Sebuah penelitian dari
Departemen Ilmu Hayati di University of Notre Dame, London, memaparkan
bahwa variasi genetik ternyata mempengaruhi perpindahan suatu spesies
kupu-kupu dari satu tempat ke tempat lain). Belum lagi spesies hewan
lainnya yang punah yang belum diketahui atau dikaji ilmu pengetahuannya,
dan yang lebih parahnya lagi akan ada tumbuhan yang tidak akan tumbuh
yang sebenarnya ada senyawa organik pada metabolit sekunder tumbuhan
yang akan bermanfaat utk umat manusia untuk obat-obat herbal mungkin,
ini sungguh sangat menyedihkan. Tentu hal ini kita tidak
bisa menyalahkan pada satu pihak karena walau bagaimanapun semua
kerusakan lingkungan ini akibat dari "tangan kita", bahkan Allah sudah
memberikan acuan moral kepada kita tentang kerusakan lingkungan
disebabkan oleh tangan-tangan manusia itu sendir (ayat al-Qur'an)i.
Semua yang ada di bumi dan langit ini sudah diatur oleh Allah segala
sistemnya, Allah sudah buat aturan mainnya atau bahasa al-Qur'annya
adalah "Sunatullah" diantaranya tentu tentang lingkungan. Jangan
salahkan air jika banjir menghampiri kita karena memang sudah hukumnya
air mengalir dari dataran tinggi ke dataran rendah (sifat air dan adanya
gravitasi bumi. Hal ini terjadi juga karena adanya tekanan (power head) dari bawah menuju ke atas, maka terjadi selisih ketinggian air, di mana air di bagian yang ada power headnya
lebih rendah dari yangg lain, sehingga air akan bergerak utk mencapai
keseimbangan tinggi air (bejana berhubungan)). Kalo kita masih
menyalahkan air karena banjir itu sama saja kita menyalahkan Allah, "Nau'dzubillahi min dzalik". Semoga kita diampuni oleh Allah....Amiin...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun