Mohon tunggu...
Firman Syah
Firman Syah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Negeri Jakarta

Hai! Saya adalah mahasiswa Universitas Negeri Jakarta dengan program studi S1-Teknologi Pendidikan. Di blog ini saya akan berbagi dan sharing seputar pendidikan.

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence Pilihan

Pengaruh Negatif Artificial Intelligence (AI) dalam Pendidikan terhadap Siswa

16 April 2024   07:06 Diperbarui: 16 April 2024   07:16 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Input sumbehttps://naikpangkat.com/wp-content/uploads/2021/04/pexels-agung-pandit-wiguna-3401402-800x596.jpgr gambar

Pendidikan adalah salah satu aspek yang paling penting dalam kehidupan manusia. Dengan perkembangan teknologi, pendidikan juga telah berubah dan harus berubah. Dari pendidikan tradisional atau konvensional yang berasaskan pada guru-siswa serta media sederhana, pendidikan modern telah menggunakan teknologi canggih seperti komputer dan internet.

Saat ini, kita berada dalam era Society 5.0, dimana teknologi dan kehidupan manusia lebih baik dari sebelumnya. Pada era ini sudah tidak asing lagi dengan Artificial Intelligence atau disingkat dengan AI. Artificial Intelligence adalah sebuah sistem dengan kecerdasan hampir menyerupai manusia yang menggunakan mesin atau komputer untuk menggambar, mengingat, menganalisis, dan mengambil keputusan.

Tak bisa dipungkiri, AI ini memang teknologi yang sangat spesial untuk memecahkan masalah dan tugas, salah satunya didalam dunia pendidikan. AI dapat mempermudah dan mempercepat manusia dalam menyelesaikan sebuah tugas atau masalah dalam pendidikan. Mungkin pada pendidikan konvensional kita memerlukan waktu yang lama untuk mengambil intisari dari sebuah sumber belajar, namun dengan adanya AI permasalahan tersebut bisa dikerjakan dalam waktu yang sangat singkat. Kemudian mungkin pada pendidikan konvensional kita memerlukan persiapan dan tahap yang kompleks untuk membuat bahan ajar presentasi (PPT), mulai dari membaca materi, memahami, hingga mendesain. Namun dengan adanya AI, hal itu bisa diselesaikan dengan klik-klik bahkan tanpa memahami materi. Yup! Inilah masalahnya!

Kemudahan dalam penggunaan AI akan menimbulkan masalah-masalah yang berakibat buruk untuk pendidikan. Mungkin setiap orang bisa menyelesaikan sebuah tugas dengan bantuan AI, tapi tidak semua orang paham mengenai tugasnya bila hanya bergantung kepada AI. Dalam hal ini artinya mengandalkan AI tanpa memahami isi didalamnya dapat menimbulkan titik keburukan dari permasalahan pendidikan. Tak sedikit siswa yang bersifat outcome-oriented students atau siswa yang tujuan belajarnya hanya untuk nilai, bukan untuk pemahaman yang mendalam, dari sinilah muncul kebiasaan menyalin tanpa memahami atau biasa disebut copas (copy paste) oleh anak zaman sekarang. Dan ini tidak sesuai dengan tujuan belajar yang diharapkan yaitu untuk paham secara konsep yang mendalam, bukan hanya sekedar untuk mendapatkan nilai besar.

Dari hal tersebut, penggunaan AI dalam mengevaluasi dan menilai kinerja siswa cenderung membuat sistem penilaian menjadi terlalu kaku dan kurang memperhatikan keeunikan, kreativitas, serta potensi masing-masing siswa. Penilaian dalam pendidikan di Indonesia masih banyak yang mengandalkan pengukuran yang diukur secara angka, seperti nilai tes, ujian, dan lain-lain yang tidak selalu mencerminkan seberapa baik siswa benar-benar memahami materi atau seberapa kreatif mereka dalam menyelesaikan tugas.

Contohnya, jika AI digunakan untuk menilai kemampuan menulis siswa. AI mungkin akan melihat seberapa banyak kata atau frasa yang digunakan, seberapa banyak kalimat yang diawali dengan kata kunci tertentu, atau seberapa sering struktur kalimat diikuti oleh pola yang diinginkan. Namun, hal ini tidak selalu memperhitungkan keindahan atau kedalaman pemikiran yang mungkin terdapat dalam tulisan siswa.

Dengan demikian, kecenderungan AI dalam penilaian dapat membuat siswa merasa terbatas dalam berekspresi dan berinovasi. Hal ini dapat menghambat perkembangan kemampuan siswa seperti kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan beradaptasi, yang sebenarnya sangat penting dalam pendidikan untuk masa depan.

Semua hal itu tidak bisa kita kendalikan mengingat mudah dan fleksibelnya menggunakan AI. Namun, guru atau pengajar sebagai pengendali siswanya semestinya selalu menggalakkan mengenai penggunaan AI tersebut sebagai upaya meminimalisir penyalahgunaan AI. Menggalakkan yang dimaksud adalah mengingatkan siswa-siswinya untuk bijak dalam menggunaan AI. Maksudnya, penggunaan AI harus didampingi dengan pemahaman dari orang yang menggunakannya. AI cukup menjadi referensi saja, gunakan teknik ATM (amati, tiru, modifikasi) atau jika kita tidak mencari informasi/materi yang lengkap dari sumber belajarnya lalu beralih menggunakan AI, setidaknya kita paham dari hasil yang diberikan oleh AI.

Selain itu, peran dari seorang pengajar juga bisa melalui penilaian yang digunakan. Perbanyaklah tes atau tugas yang berbasis praktek atau penilaian secara langsung untuk bisa mengukur pemahaman dari siswanya. Dari sinilah seorang pengajar bisa menilai sejauh mana pengetahuan dan pemahaman siswa, pemikiran kritisnya, dan pemikiran kreatifnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun