Mohon tunggu...
Garin Prilaksmana
Garin Prilaksmana Mohon Tunggu... -

Penggemar sepak bola yang masih ingin banyak belajar karena ilmunya masih cetek

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Bertahan untuk Menang

6 Mei 2014   19:24 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:48 257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13993536391436788188

“The reality is always the reality. A team that doesn't defend well, doesn't have many chances to win.A team that doesn't score a lot of goals, if (it) concede lots of goals it's completely in trouble. A team without balance is not a team.”

Kalimat tersebut meluncur dari Jose Mourinho,setelah dirinya digempur kritikan setelah memainkan sepak bola yang dinilai amat defensif saat menghadapi Liverpool dan Atletico Madrid pada leg pertama Liga Champions. ‘Parkir dua bus’ begitu Brendan Rodgers menyebut gaya bermain The Blues.B-Rod jelas mencak-mencak,mengepung pertahanan selama 90 menit namun akhirnya harus kalah lewat dua serangan balik yang berawal dari kesalahan yang dilakukan pemain Liverpool sendiri.

Dan lagi-lagi Rodgers harus mengakui bahwa ucapan sang guru memang benar.Semalam Luis Suarez dkk. harus kembali terganjal langkahnya oleh Crystal Palace setelah hanya bermain imbang 3-3.Ironisnya Liverpool sempat unggul tiga gol terelbih dahulu sebelum disamakan dalam tempo 10 menit.

Baiklah jika menyebut The Reds kurang beruntung, tapi melihat proses gol kedua dan ketiga Palace maka akan timbul pertanyaan : apakah Rodgers telah mengajarkan cara bertahan yang baik dan benar? Bagaimana mungkin seorang Yannick Bolasie mampu berlari jauh tanpa hadangan sebelum akhirnya menyodorkan umpan manis kepada Dwight Gayle yang juga berdiri tanpa kawalan berarti ? Apa Liverpool sudah lupa caranya bertahan hingga bisa kebobolan 9 gol dalam 4 pertandingan terakhir ?

Liverpool memang berhasil mencetak 99 gol sejauh ini tapi jumlah kebobolannya cukup tinggi yakni 49 kali,sama dengan yang dicatatkan West Ham yang bertengger di posisi 12 klasemen. Sedangkan walau pun Man. City hanya berhasil mencatat 96 gol namun mereka hanya kemasukan 37 gol,kedua terbaik setelah Chelsea.Rasio kemasukan mereka pun 1,32/pertandingan berbanding 1 gol/pertandingan.

Padahal jika merunut dalam 10 musim terakhir tim yang menjadi juara EPL maksimal rasio kemasukannya rata-rata hanya 0,7 gol/pertandingan, pengecualian pada Man. United pada musim lalu yang mencatat rasio kemasukan 1,13 gol/pertandingan.

[caption id="attachment_334960" align="aligncenter" width="593" caption="Rasio Kemasukan Juara EPL"][/caption]

Bertahan Perlu Seni

“Penyerang memenangkan gelar,bek mempertahankan gelar”, Vincent Kompany pernah berujar demikian 2 tahun yang lalu.Jika dijabarkan lebih jauh,kalimat tersebut memiliki makna “Menyerang memang bisa memenangkan sebuah gelar tapi tanpa pertahanan yang baik anda tidak bisa mempertahankannya”

Ancelotti juga pernah berujar “Jika ingin sebuah hiburan,pergi saja ke bioskop”. Sebuah tim bisa saja bermain menyerang dan menghibur namun jika anda tidak memenangkan apa-apa anda tidak akan dikenang.

Belanda dikenal dengan Total Football yang legendaris dan membius jutaan mata selama puluhan tahun, tapi Italia yang dikenal dengan cattenaccio yang membosankan justru meraih empat gelar juara dunia. Bahkan timas Brasil pada Piala Dunia 1982 yang disebut menjadi tim paling atraktif sepanjang masa harus lebur ditangan Gli Azzuri yang memainkan taktik pertahanan grendel tersebut.

Atau bagaimana dengan Zdenek Zeman,pelatih yang dikenal dengan filosofi yang amat menyerang tanpa ampun atau yang dikenal dengan Zemanlandia,apakah dia pernah mencatatkan prestasi yang mentereng di Serie A? Bahkan ketika menunkangi AS Roma,mantan pelath Pescara ini hanya bertahan setengah musim akibat permainan yang tak kunjung konsisten dan menelan jumlah gol yang banyak.

Bertahan tidak semudah yang dibayangkan,bukan hanya diam menunggu depan gawang.Diperlukan konsentrasi yang tinggi,komunikasi yang apik,kemampuan membaca permainan,dan kemauan untuk bermain sabar.Jika saja salah satu dari poin tersebut hilang,maka alamat buruk bagi tim yang sedang bertahan,karena biasanya tim yang bertahan akan memasang pertahanan yang rendah dan dekat dengan gawang.

Memasuki sepak bola modern,cara bertahan juga mengalami banyak modifikasi,entah secara taktik kolektif atau perubahan pada individu pemain. Pada PD 1974, dunia disuguhkan sebuah karya seni dalam bertahan dalam diri Franz Beckenbauer yang memerankan posisi libero atau attacking sweeper.Lalu Arrigo Sacchi memainkan seni bertahan yang cukup ekstrim,dimana dia bermain dengan zonal marking dan bermain dengan pertahan yang tinggi sehingga lawan akan terjebak offside.Taktik yang membawa AC Milan merajai Eropa dan Serie A ketika itu.

Lalu bagaimana dengan saat ini ? Sepak modern saat ini mengenal istilah Ball Playing Defender,seorang bek tengah yang tidak hanya tangguh dalam bertahan namun juga bisa memulai serangan sejak dari pertahanan,contoh pemain tersebut adalah Thiago Silva dan Pique.

Dewasa ini pula semua pelatih mewajibkan semua pemain bisa bertahan dengan baik,tidak hanya pemain bertahan tapi penyerang pun dituntut mau membantu pertahanan sehingga memunculkan istilah Defensive Forward dan Defensive Winger. Dengan sepak bola modern yang begitu cepat,pemain dengan tipikal seperti ini semakin mendapat tempat.

Sedangkan di Italia yang disebut sebagai nenek moyang sepak bola bertahan, berhasil memunculkan sebuah inovasi baru dalam hal penyerangan.Dengan pertahanan berlapis ala cattenaccio,diperlukan pemain-pemain yang punya imajinasi tinggi sehingga bisa mempermudah transisi dari bertahan ke menyerang sekaligus membingkar sistem grendel musuh.Lalu muncul posisi Trequartista a.k.a Fantasista atau nama lainnya,dan regista atau deep-lying playmaker.Keduanya sama-sama pemain dengan kreativitas dan teknik yang tinggi namun berbeda “wilayah kerja”. Jika Trequartista bermain di sepertiga lapan lawan,maka Regista lebih banyak di sepertiga wilayah sendiri.

Bahkan tiki-taka yang diagungkan sebagai sepak bola paling menghibur saat ini disebut Pep Guardiola hanya lah sebagai “masa istirahat” setelah memainkan pressing tinggi untuk merebut bola dari pemain lawan,artinya Pep pun mengakui bahwa pertahanan adalah hal yang penting .

Kemenangan dalam sepak bola adalah memasukan bola lebih banyak dibanding tim lain.Dasar itulah yang digunakan para tim yang disebut defensive dalam bermain.Toh tim dengan pertahanan sekuat apa pun tetap tidak akan menang jika tidak mencetak gol.Sehingga mengutip kalimat dari Jose Mourinho diatas : “A team without balance is not a team”. Tim yang baik bukan hanya tim yang kuat dalam bertahan atau hanya tajam saat menyerang,tapi tim yang bisa mengkombinasikan keduanya.

Mungkin pepatah “Penyerangan yang baik adalah bertahan”,benar adanya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun