Berbicara tentang sepakbola Italia memang sarat akan romansa mengagumkan. Pesona para aktor lapangan, kemolekan klub-klub raksasa, sampai pada peran pelatih yang banyak dibicarakan hingga sekarang, jadi bumbu menyenangkan untuk kian menambah betapa agungnya wajah kompetisi Negeri Pizza.
Tak berlebihan memang bila menyebut Italia sebagai singgasana sepakbola pada masanya. Anggapan tentang kompetisi itu masih lebih berharga dibanding panggung Eropa, jadi bukti bahwa Italia memang tujuan seluruh insan sepakbola. AC Milan, Juventus, Inter Milan, sampai duo Roma, dan bahkan Fiorentina, pernah membuat kompetisi di sana indah akan sajian berkelas.
Tim-tim yang pernah curi perhatian itu memang pantas diingat. Jangan lupakan pula klub asal Genoa yang pernah mencuri piala dari tim raksasa lainnya. Adalah Sampdoria, klub gabungan antara Sampierdarenese dan Andrea Doria pada 1946, menjadi satu yang mengharumkan nama Genoa, selain klub Genoa itu sendiri pada masa awal dibentuknya kompetisi Serie A.
Sampdoria sejak berdirinya klub jarang sekali tampil sebagai tim yang tebar ancaman. Hingga pada akhirnya, sosok bernama Paolo Mantovani datang menginvestasikan banyak uang di klub berjuluk il Doria. Pebisnis minyak asal kota Roma yang merupakan penggemar Lazio membeli Sampdoria pada 1979 yang ketika itu masih terjerembab di kompetisi Serie B.
Dengan sentuhan dinginnya, trajektori prestasi klub terus alami peningkatan. Janji manis yang dikibarkan sejak awal kedatangan, bermuara pada rentetan piala yang tak terlupakan nilainya. Â
Bangkit Bersama Mantovani
Paolo Mantovani yang datang dengan sambutan meriah langsung membuktikan bahwa dia benar-benar serius membangun Sampdoria. Mantovani yang memang piawai merencanakan suatu hal lebih dahulu membentuk manajemen yang dianggap vital. Penunjukan Claudio Nassi sebagai direktur olahraga pun jadi buktinya, dimana tiga tahun berselang pria itu berhasil mencapai target yang diberikan Mantovani dengan mengembalikan Sampdoria ke kompetisi Serie A.
Setelah il Samp promosi, Nassi kemudian dibebastugaskan dan diganti oleh Paul Boreas untuk duduk di kursi manajemen selanjutnya.
Dari kacamata pemain, sosok seperti Roberto Mancini, Liam Brady, sampai Trevor Francis berhasil didatangkan. Tak sampai lima tahun, atau tepat pada musim 1984/85, Sampdoria berhasil mendapat trofi bergengsi Piala Italia. Sosok Eugenio Bersellini saat itu jadi yang memberi instruksi kepada para pemain dari pinggir lapangan.
Materi pemain selain yang sebelumnya disebutkan, terdapat pula nama hebat lainnya semacam Evaristo Beccalossi, Graeme Souness, Luca Pellegrini, Pietro Vierchowod, dan tentunya Gianluca Vialli yang jadi tandem mematikan Roberto Mancini.