Dari sudut tribun yang disinari oleh hangatnya matahari Chile, seseorang bernama Vittorio Cecchi Gori telah bersiap dengan sebuah pena beserta kertas kontraknya. Dia yang merupakan Wakil Presiden Fiorentina, terkesima dengan laju lari Batistuta yang seperti tertiup angin. Gol-gol menakutkan yang diciptakan kaki sang pemain juga membuatnya enggan untuk segera beranjak.
Dalam waktu yang relatif singkat, Vittorio Cecchi Gori segera menyadari bila apa yang diceritakan oleh seseorang kepercayaannya tentang pemain bernama Gabriel Batistuta adalah benar.
Seusai perayaan gelar juara yang memperlihatkan Batistuta menggenggam piala dengan begitu erat, Cecchi Gori tak membuang-buang waktunya. Ditandai dengan tenggelamnya matahari di bawah langit ibukota setempat, tanda tangan Batistuta berhasil didapat. Dengan girang hati, Vittorio Cecchi Gori bergegas memberitahu publik Firenze bahwa mereka akan segera kedatangan pemain muda berbakat asal Argentina.
Juliet Batistuta Bernama Fiorentina
Ketika William Shakespeare memilih kota Verona sebagai latar belakang drama romantis nan tragis paling terkenal sepanjang masa, Batistuta resmi memilih kota Florence sebagai juliet dalam kehidupan sepak bolanya. Baru berusia 22 tahun, Batistuta dipandang sebagai pemuda harapan Fiorentina. Pun dengan Fiorentina itu sendiri yang dipandang Batistuta sebagai cinta pada pandangan pertama.
Adegan pembuka kedua simbol sepak bola itu terjadi pada tahun 1991. Dengan penampilan khas, mata berbinar, serta senyum yang merekah, Batistuta memasuki panggung sepak bola Italia.
Di awal musim, perjalanan sang permata tersembunyi yang ditemukan Fiorentina sedikit temui ganjalan. Batistuta butuh waktu untuk menumbuhkan cintanya di atas lapangan dalam balutan jersey Fiorentina. Namun begitu, terkaman berbahaya nya yang memang sudah mendarah daging sejak lama, tetap menempatkannya dalam daftar penyerang tajam Serie A dengan catatan 13 gol.
Batistuta sukses menunjukkan kelasnya sebagai predator andal di dalam kotak penalti lawan. Ketika pelatih memutuskan untuk memberi nya keleluasaan di atas lapangan, maka itu sama saja dengan mengundang predator ganas yang siap menerkam mangsanya dengan sekali gigit. Melalui kaki-kaki kuatnya yang tampak bertaring, sepakan mematikan selalu menghantui kiper yang dihadapi.
Namun di tengah kegemilangan Gabriel Batistuta yang kerap menjebol gawang lawan, kesetiaan nya tiba-tiba diuji bak kisah cinta yang dialami remaja masa kini. Fiorentina terdegradasi. Mereka gagal tampil baik dan hanya finish di tempat ke-15 klasemen akhir. Para penggemar pun mulai menangisi realita ini. Terlebih ketajaman Batistuta dianggap memberi kekhawatiran tersendiri.
Benar saja, tim raksasa yang coba memanfaatkan keadaan mulai berdatangan. AC Milan hingga Real Madrid silih berganti mengirimkan surat penawaran. Namun ternyata, tumpukan uang dan jaminan tetap bermain di level teratas tak dihiraukan Batistuta. Ia tetap mendampingi cinta pertamanya. Meski level kedua liga jadi tempat yang kini dipakainya untuk memadu cinta, Batistuta enggan menunjukkan sikap tak suka.
Ia memilih berjuang untuk kembali membawa Fiorentina ke panggung Serie A. Ajaib! Cuma semusim bertahan di Serie B, catatan 16 gol yang diciptakan Batistuta mampu memulangkan La Viola ke kompetisi tertinggi Italia. Malahan, performa Fiorentina selepas kembali ke Serie A kian menawan.