Namun perlu diketahui bahwa tidak mudah bagi Thuram untuk menjadi seorang bek tangguh, terlebih menjadi pahlawan di timnas Prancis. Pasalnya, dalam perjalanannya ia kerap mendapat pelecehan rasis.
Seperti diketahui, negara tersebut memang masih terdapat sejumlah oknum tak bertanggung jawab. Masih ada banyak sekali kasus rasisme yang menyerang para pemain kulit hitam.
Meski punya cerita yang tidak menyenangkan, setidaknya dia terus menjadi andalan. Setelahnya, trofi Piala Eropa tahun 2000 juga berhasil dibawanya pulang. Selain itu, di turnamen-turnamen berikutnya, nama Thuram masih terus terpampang di dalam daftar pemain timnas Prancis.
Melanjutkan karirnya di level klub, Thuram sebenarnya masih punya kesempatan untuk bisa berjaya dengan Parma. Akan tetapi, dia lantas pindah ke Juventus bersama dengan dua koleganya, Gianluigi Buffon dan Fabio Cannavaro.
Di klub terbaik asal Italia itu, karir dan performanya terus melesat tajam. Semua mengakui lini pertahanan Si Nyonya Tua yang begitu berbahaya ketika Thuram terlibat dalam sebuah pertempuran.
Ia begitu dominan, konsisten, dan tangguh kala serangan datang ke lini pertahanan. Lebih dari itu, Thuram merupakan sosok yang memiliki kekuatan besar. Kecepatan, stamina, serta teknik yang dimilikinya juga tak kalah mengagumkan.
Bagi siapapun yang menyaksikan aksinya di atas lapangan, semua pasti setuju jika nama Lilian Thuram layak disebut sebagai bek terbaik pada masa jayanya.
Kegemilangannya bersama Juventus tak hanya menyoal tentang aksinya di atas lapangan. Namun juga prestasi yang bisa turut dibanggakan. Selama berseragam Juventus, Thuram telah membuat kemitraan sempurna dengan nama-nama seperti  Ciro Ferrara, Paolo Montero, Gianluca Pessotto, Mark Iuliano, Alessandro Birindelli, Igor Tudor, Gianluca Zambrotta, Nicola Legrottaglie, Fabio Cannavaro, Giorgio Chiellini, Federico Balzaretti dan juga Jonathan Zebina.
Di musim pertamanya bersama Marcelo Lippi, Thuram berhasil persembahkan gelar Serie A dan mencapai final Coppa Italia. Di musim berikutnya, Juve berhasil dibawa menjadi juara Supercoppa Italia dan mempertahankan gelar Serie A mereka.
Sebetulnya, Thuram berkesempatan membawa Juventus menjadi raja Eropa. Namun sayang, di partai final mereka harus mengakui keunggulan rekan senegara, AC Milan.
Namun sayang, masalah yang sempat didapat di negara sendiri juga ia temui kala harus tampil di kompetisi Italia. Menurut Thuram, masyarakat Italia masing sering sekali berlaku rasis. Mereka seolah-olah tidak akan pernah menerima kehadiran pemain berkulit hitam, meski beberapa warga negaranya memiliki ras semacam itu