Link : https://www.kompasiana.com/ariindarto1891/64340caa08a8b536fa43c4d2/merindukan-sosok-pemimpin-humoris
Berdasarkan artikel yang saya baca, artikel tersebut membahas mengenai bagaimana cara Gus Dur menyampaikan kritik dengan humor. Melalui anekdot, Gus Dur menarik perhatian, biasanya lucu dan mengandung suatu pesan atau nilai moral. Kritik dalam guyonon adalah upaya merefleksikan seluruh daya upaya yang kita lakukan. Lucunya, ternyata ada orang-orang yang mendengarkan teks anekdot menerimanya sebagai sebuah ujaran kebencian. Contohnya, ketika seorang pria warga Kepulauan Sula, Maluku Utara, sempat diamankan kepolisian setempat setelah mengunggah salah satu guyonan Presiden keempat RI di media sosial. Guyonan KH Abdurrahman Wahid yang diunggah itu adalah soal polisi jujur di Indonesia ada tiga, yakni polisi tidur, patung polisi, dan polisi bernama Jenderal Hoegeng Imam Santoso yang merupakan mantan Kepala Polri. Meskipun kepolisian pada akhirnya melepaskan pria tersebut, narasi publik terhadap peristiwa itu tetap menjadi negatif.
Teks anekdot adalah cerita singkat yang menarik karena lucu dan mengesankan. Cerita anekdot biasanya diambil dari kejadian sehari-hari yang bisa saja terjadi pada siapa saja dan sering kali diceritakan dengan gaya yang santai dan menghibur. Anekdot-anendot selalu menjadi pelengkap pidato, presentasi atau ceramah untuk menjelaskan suatu konsep atau situasi dengan cara yang lebih menarik dan mudah diingat. Namun biasanya tak hanya ceramahan yang tersisip pada teks ini, melainkan tetaplah ada kritik yang tersisip mengenai kondisi yang menurut penulis adalah situasi yang tidak seharusnya dan sewajarnya terjadi.
Baju Termahal
Amar: "Mir, ternyata banyak politisi di negeri kita yang sudah kaya raya!"
Amir: "Kalau masalah itu aku juga sudah tau, Mar!"
Amar: "Saking kayanya mereka, sampai mampu memiliki baju termahal di Indonesia."
Amir: "Hah, baju termahal di Indonesia? Baju apa itu?"
Amar: "Yah, apalagi kalau bukan baju tahanan KPK."
Amir: "Kok malah baju tahanan KPK?" (Bingung)
Amar: "Iyalah, coba saja kamu pikir, seorang politisi minimal harus mencuri uang negara 1 milyar terlebih dahulu baru bisa memakai baju tersebut."
Amir: "Ooohh, maksud kamu gitu toh, baru ngerti aku."
Makna : Cerita anekdot tersebut membahas mengenai sindiran terhadap para politisi yang melakukan tindakan korupsi. Amar menyampaikan kalau para politisi sangat kaya raya, sampai bisa membeli baju termahal di Indonesia. Alih-alih, itu adalah baju tahanan KPK yang dipakai karena habis mengambil uang negara milyaran rupiah.
Fungsi Dominan dalam Teks Anekdot adalah untuk menghibur para pembacanya karena cerita yang disajikannya berupa sindiran berbentuk humor. Fungsi teks anekdot lainnya adalah untuk menyampaikan suatu fakta atau kebenaran dengan cara yang lucu dan menarik.
Di kehidupan di sekitar kita, seringkali ada beberapa orang yang melakukan aksi yang tidak terpuji. Aksi tidak terpuji itu sendiri tentu memiliki cara berbeda untuk diingatkan salah satunya adalah dengan menggunakan sindiran yaitu lewat teks anekdot. Teks anekdot berisi sebuah sindiran agar orang yang merasa bisa berubah. Â Bahkan di kehidupan nyata ini masih banyak sekali pejabat kaya, yang seolah berlimpah harta namun nyatanya semua itu adalah hasil korupsi.
Jadi pada kesimpulannya Gus Dur menggunakan teks anekdot sebagai sarana untuk mengingatkan masyarakat melalui candaan dan sindiran. Maka dari itu, kesan yang dibuat tidak separah yang dilihat. Juga, sindiran yang tersampaikan tidak akan terlihat terlalu frontal pula.
GDB / 15
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H