Mohon tunggu...
garda revolusi
garda revolusi Mohon Tunggu... -

membela rakyat tertindas

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Setelah Wall Street, BEJ Menyusul..?

17 Oktober 2011   04:38 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:52 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Wall Street sebagai jantung perekonomian Amerika Serikat saat ini menjadi pusat perlawanan anti-Kapitalisme dunia. Sejak 17 September lalu hingga kini, protes massa yang dimotori Gerakan Occupy Wall Street telah menjadi sebuah fenomena global yang semakin mendapat dukungan besar dari rakyat AS dan masyarakat dunia.

Gerakan Occupy Wall Street memulai aksinya di New York dengan hanya puluhan orang. Ketika itu, aksi protes mereka kurang mendapat perhatian media massa. Namun kini setelah gelombang protes mulai merambah ke seluruh wilayah AS, Aksi ini juga berlangsung di Philadelphia, Salt Lake City, Los Angeles, dan Anchorage, Alaska.

Demam pendudukan Wall Street terjadi juga di Korea Selatan. Ratusan warga melakukan serangkaian unjuk rasa di Seoul. Menurut warta Xinhua pada Sabtu (15/10/2011), membawa slogan bertuliskan "Occupy Seoul",demonstran merangsek ke arah Yeouido. Yaitu Kawasan Komisi Pelayanan Keuangan Korsel.

Aksi protes yang dimulai dari Wall Street, juga merangsak ke negara-negara Eropa. Menurut laporan terbaru, para pendemo anti-kapitalisme mulai menjalar ke Inggris, Jerman, Italia, Spanyol, Irlandia, dan Portugal. Intinya para demonstran menuntut agar kerakusan para kapitalis, pelaku ekonomi raksasa, dan politisi dipangkas habis.

Femomena ini menjelaskan bahwa ketidakadilan distribusi kekayaan, meluasnya praktik korupsi, peningkatan pengaruh perusahaan besar terhadap kebijakan negara, tingginya angka pengangguran, serta tingginya biaya belanja Negara yang dibayar dari kantong para pembayar pajak.

Dengan meluasnya anti Wall Street, yang terjadi di jantung perekonomian Amerika Serikat, ini berarti meluasnya perlawanan anti-Kapitalisme dunia. Mahzab Kapitalisme terbukti tidak membela kepentingan rakyat, mengorbankan kelas menengah serta membiarkan segelintir orang (elit politik) mahir melakukan korupsi, sehingga kekayaan hanya dimiliki hanya pada satu persen kelompok minoritas.

Tidak hanya warga AS yang memprotes mahzab Kapitalisme, perlawanan rakyat di Tunisia, Mesir, Bahrain, Yaman dan lainnya juga menentang praktek kapitalisme yang jelas-jelas menyengsarakan rakyat. Rakyat melawan penguasa zalim yang berafiliasi pada kepentingan kapitalis. dimana kaum penguasa zalim, menguasai para ilmuwan dan ilmu pengetahuan untuk merampas kekayaan negara serta memonopoli segala hal hanya pada diri mereka dan kelompok mereka saja.

Di Indonesia ekonomi berdasarkan pancasila, praktek yang berjalan Kapitalisme, dimana semua ciri-ciri diatas sangat mirip dengan Negara kita. Pertanyaannya adalah mungkinkah demam Anti Wall Street akan mampir ke Bursa Efek Jakarta..?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun