Mohon tunggu...
garda revolusi
garda revolusi Mohon Tunggu... -

membela rakyat tertindas

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kemiskinan Sistemik

18 Oktober 2011   11:18 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:48 444
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Berdasarkan data statistik yang dirilis Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), saat ini tercatat satu milyar populasi dunia hidup miskin mutlak. Mereka bahkan tidak dapat makan secara proporsional sekali dalam sehari. Selain itu, tercatat sekitar empat milyar orang hidup relatif miskin karena krisis pangan, rendahnya kebersihan, serta fasilitas dan infrastruktur yang tidak memadai.

Tanggal 17 Oktober ditetapkan oleh PBB sebagai Hari Pemberantasan Kemiskinan Sedunia. Selain untuk menggalang perhatian masyarakat dunia terhadap masalah ini, penetapan hari itu diharapkan dapat merealisasikan langkah kongkret dalam memberantas kemiskinan.

PBB membagi tiga definisi kemiskinan. Kemiskinan potensial, kemiskinan relatif, dan kemiskinan mutlak. Kemiskinan potensial, ada beberapa faktor diantaranya kekurangan pangan, sandang, tempat tinggal, kesehatan, serta pendidikan dan pembinaan. Jenis kemiskinan seperti ini dapat disebut dengan keterbelakangan sosial yang oleh PBB dimasukkan dalam kategori kemiskinan.

Adapun kemiskinan relatif, adalah kemiskinan yang menurut PBB disebabkan faktor pendapatan rata-rata di sebuah negara. Orang yang memiliki pendapatan lebih rendah dari pendapatan rata-rata negara, maka dia tergolong miskin relatif. Kategori ketiga dari definisi kemiskinan oleh PBB adalah kemiskinan mutlak, yaitu orang yang berpendapatan kurang dari dua dolar Amerika perhari.

Dari data statistik PBB, saat ini tercatat satu milyar populasi dunia hidup di garis kemiskinan mutlak. Mereka bahkan tidak dapat makan secara proporsional sekali dalam sehari. Selain itu, tercatat sekitar empat milyar orang hidup relatif miskin karena krisis pangan, rendahnya kebersihan, serta fasilitas dan infrastruktur yang tidak memadai.

Keluarga-keluarga miskin, menghadapi berbagai kesulitan termasuk di antaranya tidak mampu menjaga dan merawat anak-anak mereka, serta dalam menyediakan pangan, keamanan, dan pendidikan. Keluarga miskin adalah pihak yang merasakan dampak paling besar dalam krisis ekonomi dan sosial di setiap negara.

Dimensi tragedi kemiskinan dan kelaparan saat ini sudah mencapai pada titik yang memprihatinkan dan setiap detiknya satu anak meninggal dunia karena gizi buruk. Sementara di sisi lain, Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) menyatakan kekhawatirannya atas kenaikan harga pangan dan diperkirakan kenaikan harga tersebut akan semakin memperluas kemiskinan di dunia.

Jumlah orang miskin tidak terbatas hanya di Tanduk Afrika. Krisis ekonomi dalam beberapa tahun terakhir juga menunjukkan dampaknya di Amerika Serikat. Data statistik di Amerika menunjukkan, jumlah warga miskin di negara ini telah melampaui angka 46 juta orang. Angka tersebut merupakan yang tertinggi dalam 17 tahun terakhir. Disebutkan bahwa jumlah orang miskin dari golongan kulit hitam di Amerika Serikat meningkat lebih cepat dibanding golongan lainnya. Saat ini jumlah mereka telah mencapai lebih dari 27 persen.

Di Amerika Serikat, 10 persen populasi negara ini menguasai sekitar 70 persen kekayaan negara dan 20 persen warga Amerika mengantongi separuh dari total gaji di negara ini. Sementara itu, jutaan warga Amerika hidup di garis kemiskinan, menganggur, dan tidak terjangkau layanan jasa kesehatan maupun sosial. Penurunan gaji, tumpukan utang keluarga kepada bank, kekhawatiran menjadi penganggur, dan krisis ekonomi, merupakan kendala yang dihadapi warga Amerika Serikat saat ini.

Pada bulan September 2000, dan dimulainya millenium ketiga, Majelis Umum PBB telah meratifikasi sebuah program yang ditandatangani para pemimpin 147 negara. Program tersebut terfokus pada delapan acuan global dalam memberantas kemiskinan. Sejak tahun 2000, telah digelar berbagai sidang yang memfokuskan masalah pemberantasan kemiskinan dan kelaparan.

Persoalan diatas saya menyebutnya KEMISKINAN SISTEMIK, yaitu kemiskinan yang dibuat secara sistematis dan terstruktural, sengaja dirancang sedemikian rupa agar masyarakat dunia dimiskinkan sebanyak-banyaknya dengan tujuan menjadikan segelentir manusia kaya menjadi “tuhan” yang lainnya pengemis.

Kemiskinan menyebabkan manusia akan melakukan apapun guna memenuhi kebutuhannya, sehingga nilai-nilai kemanusiaan seorang manusia tidak akan terekspos. Jika ini terjadi, maka terciptalah “manusia baru” yaitu manusia berhati bengis.

“manusia baru” akan membuat kerusakan di muka bumi, menindas dan berbuat semena-mena. Sementara kita semua mengetahui bahwa pencipta “manusia baru” tidak lain dan tidak bukan adalah KAPITALISME yang sebentar lagi pasti akan runtuh dan hancur.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun