Berita menggembirakan bagi rakyat Mesir, akhirnya tuntutan mundur presiden Hosni Mubarak terwujud. Pidato Omar Sulaiman menyebutkan bahwa hari ini Hosni Mubarak menyatakan mundur sebagai presiden. Drama politik mesir makin menarik, peranan asing dalam gejolak di mesir dan siapa pelanjut tahta kekuasaan presiden. Seperti apa nantinya arah kebijakan presiden Mesir yang baru, khususnya terkait dengan masalah palestina dan hubungan dengan Israil. Kita tunggu perkembangannya.
Demonstrasi untuk menuntut Hosni Mubarak mundur tidak hanya terjadi di Mesir, tapi di Indonesia. Tadi saya lihat berita, kelompok Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) ikut pula berdemonstrasi agar Husni Mubarak turun dari kursi presiden Mesir. Saya jadi heran, kok HTI ikut-ikutan demo. Apa motifnya, saya tidak tahu. Dalam benak saya, mungkin sebagai bentuk dukungan moral terhadap rakyat Mesir, karena sesama muslim. Lalu, saya jadi bertanya-tanya. Sekarang Husni Mubarak sudah turun, bagaimana respon HTI? Apakah ingin menegakan negara Khalifah di Mesir.
Tunggu dulu, keinginan itu akan mendapat sandungan dari negara-negara yang berkepentingan di Mesir, seperti Israil dan Amerika Serikat. Kedua negara ini berhubungan baik dengan mesir. Tentunya, jika arah kebijakan mesir berubah -menjadi lebih ekstrim- maka kedua negara ini akan mengalami kerugian yang besar. Dalam hal ini, Amerika sudah berpengalaman dg negara-negara lain. Misalnya, Iran dan Afghanistan sebelumnya adalah boneka dari Amerika Serikat. Setelah kebijakan kedua negara ini berubah -Iran dengan Ayatullah Khomeni dan Afghanistan dengan Talibannya-, maka kedua negara tersebut menjadi ancaman bagi Amerika Serikat.
Amerika tidak ingin cerita masa lalu terualang kembali di tanah Mesir. Mesranya hubungan Amerika dan Mesir selama ini harus dipertahankan oleh Amerika. Amerika tidak berharap mesir berpindah haluan memusuhi Amerika, apalagi Israil. Untuk itu, kedua negara ini berupaya untuk menjadikan hubungan dengan mesir tetap berjalan seperti sedia kala. Amerika dan Israil khawatir jika kekuasaan mesir diduduki oleh Ikhwanul Muslimin, maka arah kebijakan mesir berubah menjadi "negara khilafah" seperti yang diharapkan oleh HTI.
Tawar menawar politik inilah yang kiranya membuat Husni Mubarak "keras kepala" untuk mundur sebagai presiden mesir. Kini, kepala Husni Mubarak sudah melunak. Buktinya ia turun juga dari kursi presiden, entah dipaksa atau kehendak sendiri. Husni Mubarak bukan presiden Mesir lagi. Bagaimana dengan Nurdin Halid???? --lho kok, ngomongin Nurdin sih--
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H