Mohon tunggu...
Gusti 'ajo' Ramli
Gusti 'ajo' Ramli Mohon Tunggu... wiraswasta -

http://www.about.me/gustiramli dan sering nongkrong di http://garammanis.wordpress.com/\r\n

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Prosesi Maantaan Tando (Mengantar Tanda) di Pariaman

12 Februari 2011   04:55 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:40 1113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1297497632194433440

[caption id="attachment_89628" align="aligncenter" width="640" caption="Ilustrasi/Admin (http://www.duniawedding.com)"][/caption] Hari ini bakal ramai, keluarga besar datang kerumah untuk menghadiri prosesi maantaan tando (mengantar tanda). Maantaan tando adalah prosesi pra nikah di Sumatra Barat, khususnya Pariaman. Sistem perkawinan di Pariaman berbeda dengan sistem perkawinan di daerah lain yang ruang lingkupnya masih Sumatra Barat. Bagi masyarakat Pariaman dikenal dengan tradisi Bajapuik, sedangkan masyarakat minang lainnya tidak mengenal tradisi bajapuik ini. Tradisi bajapuik hanya dipraketekan di Pariaman. Dalam tradisi bajapuik, penganten pria "dibeli" oleh penganten perempuan dengan uang japuik. Nominal uang japuik ditentukan berdasarkan status sosial penganten pria. Jika status sosialnya tinggi, maka uang japuiknya akan tinggi pula. Jika uang japuiknya rendah, berarti satatus sosialnya rendah. Begitulah sekilas tentang tradisi bajapuik di Pariaman. Praktek ini tidak baku, karena ada sebagian masyarakat Pariaman tidak mengikuti aturan ini, disebabkan pengantennya bukan berasal dari daerah Pariaman. Tapi percampuran antara orang pariaman dengan orang non pariaman. Bila perkawinan campur daerah ini terjadi, tradisi bajapuik tidak akan dipraktekan. Kecuali, sudah ada kesepakatan diantara dua pihak, penganten pria dan penganten perempuan untuk mengikuti tradisi bajapuik ini. Salah satu prosesi tradisi bajapuik tersebut adalah maantaan tando (mengantar tanda). Prosesi mengantar tanda merupakan bentuk penyerahan uang japuik kepada penganten pria. Dalam prosesi ini kedua penganten diwakili oleh masing-masing ninik mamak, kapalo mudo (Kepala Muda) dan mamak (paman) kedua belah pihak. Nantinya, kedua belah pihak akan bermusyawarah untuk menentukan berapa uang japuiknya dan kapan diadakan pernikahan. Teorinya seperti itu, namun dalam prakteknya uang japuik sudah ditentukan oleh keluarga inti kedua penganten. Jadi, prosesi maantaan tando menjadi acara serimonial untuk mendapatkan kesepakatan kapan akan diadakan pesta pernikahan. Menariknya, kedua belah pihak bersilat lidah dalam mencapai kesepakatan tersebut. Masing-masing pihak beradu argumen dengan berpetatah-petitih atau berbalas pantun. Musyawarah dengan metode berbalas pantun ini akan menghasilkan kesepakatan dari kedua belah pihak. Begitulah kiranya gambaran prosesi maantaan tando di Pariaman. Untuk daerah lain di Minangkabau mungkin sedikit berbeda dengan prosesi disini. Sekian Dulu, jikalau ada kekurangan akan dilengkapi di kemudian hari. Wasalam... ((1102131157trt))

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun