Mohon tunggu...
Garaduz Grace
Garaduz Grace Mohon Tunggu... pegawai negeri -

..Garaduz untuk Grace..(✿◠‿◠)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Misteri Mimpi Baju Ungu

27 Februari 2012   22:15 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:50 3845
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13303804541494212037

[caption id="attachment_173907" align="aligncenter" width="300" caption="sumber gambar: http://www.palingupdate.com/baju-korea-y9525-purple/"][/caption] Hingar-bingar lagu karaoke ikut masuk ketika pintu kayu bergaris vertikal itu kubuka. Padahal aku berani bersumpah,  tidak ada yang mengajaknya masuk. Beruntung aku belum terlambat untuk menangkap suara si cerewet di ujung sana, meminjam media rancangan Samsung yang sedari tadi tergolek di kasur telanjangku .. "Kamu baik-baik saja, Grace?" "Tentu saja. Ada apa?" "Mama kuatir sekali. Semalam Mama mimpi buruk tentangmu?" "Ha ha ha..mimpi apa, Ma?" "Mama melihatmu memakai baju ungu?" "Itu cuma mimpi, Ma. Aku disini baik-baik saja. Tak perlu kuatir. Berdoa saja kalau Mama masih kuatir." "Hmm.." "Kemarin aku ke gereja. Aku masih ingat Tuhan. Dan Tuhan tentu tidak akan membiarkan sesuatu yang buruk menimpaku." Seperti biasa, basa-basi singkat menjadi penutup cerita kita. Kuingat tadi aku masih senyum-senyum tak percaya dengan kuatirmu. Lalu kuajak Nini di kamar belakang yang sedang antri menunggu giliran menguji suara pas-pasannya itu untuk beranalisa sebentar.. "Ni, mamaku semalam bermimpi aku pakai baju ungu. Kira-kira artinya apa, ya?" "Hmm..mungkin dia rindu kepadamu karena dalam bulan ini kau belum pulang." "Mungkin." *** Terkadang kau memang banyak alasan. Apa susahnya bilang rindu kepadaku? Dulu ketika aku masih tinggal denganmu dan  terlalu sering keluar rumah, kau meneleponku untuk cepat pulang dengan alasan takut sendirian di rumah atau sedang sakit. Dan saat aku sudah dengan paniknya mencapai garis finish di pintu depan, kulihat kau dengan santainya sedang menonton sinetron kesayangan di depan TV tanpa rasa berdosa terhadap putri tunggalmu yang sedang terjebak keheranan. "Aaaa...pura-pura, rupanya.." Sudahlah. Aku tidak mau larut dalam pikiran bodoh itu. Ah, lagu-laguku di kamar belakang  sudah menunggu untuk kudendangkan meski DVD player-nya membuat emosi di jiwa karena kerja kerasnya di masa pensiun pasrah jua dalam bunyi "krek..krek..krek..". He he he.. Eh, aku juga bermimpi tadi pagi. Tapi hanya mimpi tak masuk akal yang tak masih bertalian dengan kemalasanku ke kantor. Dan mungkin kebetulan (atau bukan) kalau hari ini aku lebih memilih berkaraoke daripada mengabdi pada negara dan masyarakat. Huh! Dari dulu memang mimpiku selalu jauh dari jangkauan rasional. *** Kantuk masih belum mau berhenti  menancapkan kuku-kukunya pada diriku. Aku tak berdaya ketika lelap akhirnya mengunci kesadaranku, dengan mempercayakan Nikita untuk membuai alam bawah sadarku sambil mengusung bantuan sepasang "telinga pilot". Bagaimana tidak? Semalam aku tidak tidur karena diperbudak teknologi internet yang memabukkan. Walaupun sebenarnya ada pula remah-remah positifnya yang kudapatkan darinya. Dan lagu-lagu karaoke khas Ambon itu masih berdengung ketika raga ini merasa sudah saatnya merangkak kembali ke dunia hingar-bingar. Lagi-lagi suara wanita tua itu membayangiku. "Kemarin aku ke gereja. Aku masih ingat Tuhan. Dan Tuhan tentu tidak akan membiarkan sesuatu yang buruk menimpaku." Ohoi..benarkah begitu? Apakah dengan ke gereja merupakan jaminan kalau aku bisa terhindar dari hal-hal buruk termasuk kematian? Hei, nona! Semua pasti mati! Aku juga. Ini hanya soal waktu dan cara. Para nabi pun mengalami fase demikian. Maksudnya aku takut mati, begitu? Apa aku mau menyogok Tuhan untuk memperlambat kematianku? Jangan sekarang Tuhan..Aku, aku belum menyelesai.....menyelesaikan apa? Semuanya belum selesai karena Samsung-ku dengan lancangnya sudah berani memberi jeda pada alam pikirku tiba-tiba.. "Grace?" "Ya?" "Mama baru meninggal!" ".........." "Jantungnya...."

(*)

---------------------------------

cerita ini merupakan paduan 95 % fakta & 5 % fiksi

Piru, 27 Februari 2012

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun