Mohon tunggu...
Gapey Sandy
Gapey Sandy Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

Peraih BEST IN CITIZEN JOURNALISM 2015 AWARD dari KOMPASIANA ** Penggemar Nasi Pecel ** BLOG: gapeysandy.wordpress.com ** EMAIL: gapeysandy@gmail.com ** TWITTER: @Gaper_Fadli ** IG: r_fadli

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Sekolah Terbaik, Sekolah yang Belajar

7 Agustus 2014   22:54 Diperbarui: 18 Juni 2015   04:08 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_351616" align="aligncenter" width="560" caption="Buku terbitan Tanoto Foundation dan Raih Asa Sukses ini membangkitkan semangat kepada seluruh sekolah, insan, dan praktisi pendidikan untuk senantiasa menjadi pembelajar agar menjadi yang terbaik. (Foto: dokpri)"][/caption]

Tidak seperti buku-buku tentang Pendidikan yang umumnya membosankan untuk dibaca, buku berjudul Menjadi Sekolah Terbaik : Praktik-Praktik Strategis Dalam Pendidikan ini justru sebaliknya. Kata yang tepat untuk mewakilinya, mungkin adalah “menyegarkan”. Betapa tidak, buku karya Prof Dr Anita Lie Ed.D, Takim Andriono Ph.D, dan Dra Sarah Prasasti M.Hum ini justru semakin membuat penasaran pembaca untuk melahap ulasan demi ulasan yang tersaji dalam 13 bab. Inilah yang dimaksud “menyegarkan”, karena hal-hal praktis strategis dalam pemdidikan berhasil dikemas secara populer. Tak hanya itu, buku setebal iv + 188 halaman ini menyisipkan reportase lapangan sebagai pendukung sesuai tema pembahasan.

Mari kita ambil contoh. Buku yang diterbitkan oleh Tanoto Foundation dan Raih Asa Sukses (Penebar Swadaya Grup) ini, pada bab 8 mengangkat judul Guru Berkualifikasi, Profesional, Kompeten, dan Berdedikasi. Dalam paparannya, ketiga penulis menyebutkan bahwa, proses belajar mengajar yang menarik dan tepat sasaran akan terjadi jika seorang guru mampu merefleksikan karakteristik bidang studi dan para peserta didiknya sekaligus kendala-kendala yang ada. Guru yang berkualifikasi akan memikirkan strategi penyampaian dan pengelolaan pembelajaran yang sesuai dengan kondisi sekolah dan peserta didik. Ia akan tertantang untuk bereksplorasi dalam menggunakan berbagai macam media pembelajaran untuk meningkatkan mutu dan kualitas pengajaran. (hal. 109)

Tidak hanya berhenti pada paragraf mengenai guru yang efektif dalam mengembangkan metode belajar-mengajar saja, tapi buku ini kemudian memaparkan sejumlah guru yang di lapangan justru telah mempraktikkan teori guru ideal tersebut. Termuat dalam tulisan ringkas berjudul Guru-Guru Matematika yang Penuh Inspirasi, terdapat kisah mengenai Ibu Apriliyanti (Guru SDN 011 Sering Barat, Pelalawan, Riau), yang menciptakan media pembelajaran sederhana untuk mempermudah peserta didik memahami topik garis bilangan. Caranya? Ibu Apriliyanti berkreasi dengan alat peraga manik-manik untuk memberikan pemahaman mengenai konsep bilangan bulat. Ia menggunakan media papan berlapis kain flanel sederhana dan bangun setengah lingkaran dari kertas karton untuk memvisualisasikan operasi bilangan bulat. Hasilnya, peserta didik memahami konsep dan mengaplikasikannya dengan baik.

[caption id="attachment_351617" align="aligncenter" width="560" caption="Terdiri dari 13 bab, buku ini semakin menarik untuk dibaca bab demi babnya karena diperkaya tulisan-tulisan pendek yang diantaranya merupakan tips praktis bermanfaat bagi para praktisi pendidikan. (Foto: dokpri)"]

1407400120361843068
1407400120361843068
[/caption]

Sementara itu, praktik yang dilakukan Ibu Lidia (Guru SDN 008 Pangkalan Kerinci, Riau) beda lagi. Untuk membantu peserta didik memahami penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian pada bilangan pecahan, ia menciptakan satu set permainan yang terinspirasi dari permainan domino. Sebagai variasi dari latihan soal-soal bilangan pecahan, Ibu Lidia mengajak peserta didik “bermain” domino. Wajar kalau kemudian para peserta didik lebih menyukai permainan ini daripada sekadar mengerjakan soal-soal di buku atau di papan tulis.

Adapun Pak Siroji (Guru SMP I Sungai Apit, Siak, Pekanbaru) menemukan media pembelajaran sederhana lainnya, berupa potongan kertas karton kecil yang dianggap sebagai kartu positif dan negatif. Hal ini, sengaja dibuat untuk membantu peserta didik memahami operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat. Visualisasi konsep ala Pak Siroji ini akhirnya membantu para peserta didik, bahkan mereka merasa, Matematika ternyata dapat menjadi kegiatan mengasyikkan.

Begitulah, buku ini memang cerdas untuk merangsang pembaca mereguk berbagai teori pendidikan, sembari mengecap praktik-praktik yang pernah dan telah dilakukan oleh kalangan pendidik yang sengaja dijumpai di berbagai daerah. Perpaduan teori dan praktik yang disajikan buku ini, dilengkapi pula dengan pemuatan foto-foto kalangan pendidik yang menjadi narasumber reportase tersebut. Menurut Tim Penulis, buku ini merupakan dokumentasi berbagai pemikiran seputar pendidikan yang tentu saja sudah diperkaya oleh perjumpaan dengan para pakar dan praktisi pendidikan, baik langsung maupun melalui tulisan, dan juga kisah-kisah para pejuang pendidikan di sejumlah daerah terpencil. Perjumpaan dengan para pejuang pendidikan ini bisa terjadi, karena Tanoto Foundation, sebuah yayasan nirlaba yang didirikan oleh Bapak Sukanto Tanoto dan Ibu Tinah Bingei Tanoto, bukan hanya memfasilitasi perjalanan, tapi juga dengan setia mendampingi dalam setiap kunjungan ke daerah-daerah tersebut, sekaligus terlibat dalam perbincangan dengan para pendidik.

[caption id="attachment_351618" align="aligncenter" width="560" caption="Diperkaya pula dengan tampilan foto suasana dan narasumber reportase, buku ini menjadi semakin tidak membosankan untuk dibaca hingga tamat. (Foto: dokpri)"]

1407400223961121121
1407400223961121121
[/caption]

Tidak berhenti pada kolaborasi teori dan contoh praktik tentang media pembelajaran atau alat peraga saja, tapi, buku ini semakin patut menjadi bacaan wajib bagi praktisi dan peminat Pendidikan, karena dilengkapi juga dengan sejumlah kiat yang bermanfaat dan mudah diaplikasikan. Misalnya, kiat merancang alat peraga. Disini, Tim Penulis menurunkan tulisan pendek yang didalamnya memuat pemahaman sekaligus petunjuk mengenai media pembelajaran. Antara lain, tidak sekadar memberi variasi pada pelajaran atau menarik perhatian peserta didik saja. Lebih dari itu, alat bantu mengajar memberi pengalaman belajar yang nyata kepada para peserta didik, menumbuhkan minat dan motivasi, serta mendorong partisipasi dan interaksi peserta didik. Juga, meningkatkan daya monitor terhadap aktivitas peserta didik dan menikmati situasi belajar tanpa tekanan. (hal. 114)

Apa yang kemudian dilakukan oleh Ibu Labbe, menjadi pembuktian atas kiat-kiat untuk merancang alat peraga. Ketika dijumpai tim penulis, Ibu Labbe sudah hampir jelang purna tugas sebagai guru di SDN 016, Gang Inpres Kelurahan Maridan, Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur. Sebagai guru Matematika, ia memperkenalkan konsep dasar penjumlahan bilangan bulat positif dan negatif kepada peserta didik, melalui permainan ‘Mobil Maju Mundur’. Dari namanya saja, alat peraga tersebut sudah pasti disukai anak didik, karena memang, dengan menggunakan mobil-mobilan kecil yang terbuat dari kertas, kemudian digerakkan maju atau mundur sesuai soal Matematika yang tengah dibahas. Sedangkan Ibu Desmiyanti, menciptakan media pembelajaran yang melibatkan peserta didik secara aktif. Guru SD Taruna Andalan di Pekanbaru ini mengajak para peserta didik bermain peran. Mereka diajarkan berbagi peran sebagai planet-planet dan menjadi matahari. Beginilah kreativitas Ibu Desmiyanti dalam mengajarkan sistem Tata Surya bagi siswa kelas V SD tersebut.

Dengan menyoroti kreativitas guru dalam menciptakan media pembelajaran atau alat peraga saja, sebenarnya pembaca sudah dapat mengambil kesimpulan bahwa, buku ini diantaranya memang bermaksud membangun insan-insan pendidikan yang senantiasa belajar. Lebih dari itu, bahkan sekolahnya pun diharapkan menjadi sekolah yang belajar, untuk menjadi sekolah terbaik. Ini pula yang dikemukakan Prof dr Fasli Jalal Ph.D, dalam memberi Pengantar buku ini. Menurut Wakil Mendiknas periode 2010-2011 ini, menjadi sekolah yang belajar adalah pesan inti dari buku ini. Kesadaran dan ‘pertengkaran’ bagaimana menjadikan sekolah yang bermutu harus dimulai dari tingkat satuan pendidikan atau sekolah itu sendiri. Tindakan nyata sekecil apa pun yang dibuat oleh guru dan kepala sekolah secara individual ataupun kolektif melalui majelis-majelis guru dalam rangka menuju sekolah yang belajar dan sadar mutu adalah justru perlu terus dicatat dan dikembangkan oleh sekolah, difasilitasi pemerintah daerah bekerjasama dengan pemerintah pusat.

[caption id="attachment_351619" align="aligncenter" width="418" caption="Sampul belakang buku ini menampilkan foto tiga penulis Anita Lie, Takim Andriono, dan Sarah Prasasti, berikut biodata singkatnya. (Foto: dokpri)"]

1407400277122864468
1407400277122864468
[/caption]



Prof Fasli juga menyebutkan, secara tersirat, buku ini menyampaikan bahwa semua orang bisa berperan serta dalam memajukan pendidikan. Negara memang wajib menyediakan pendidikan dasar bermutu bagi semua. Akan tetapi keterlibatan masyarakat dan korporasi dalam dunia pendidikan secara lebih luas, juga tidak dilarang apalagi disalahkan. Tanoto Foundation adalah contoh model keterlibatan masyarakat dalam membangun dunia pendidikan melalui pelatihan guru dan kepala sekolah dengan konsep yang memberdayakan. (hal. 4)

Bak gayung bersambut, membaca tutur kalimat Pengantar dari Prof dr Fasli Jalal Ph.D ini, Tanoto Foundation sebagai salah satu pihak penerbit buku ini menjawab, sebagai sebuah yayasan filantropi yang bervisi menjadi pusat unggulan dalam memfasilitasi dan meningkatkan akses terhadap pendidikan berkualitas dan kesempatan pemberdayaan yang memberikan kontribusi terhadap pengurangan kemiskinan, Yayasan Bhakti Tanoto atau lebih dikenal Tanoto Foundation terpanggil untuk ikut terlibat aktif dalam proses pencerdasan bangsa. Tercatat, mulai dari Juli 2006 hingga 2009 saja, Tanoto Foundation telah menyelenggarakan lima seri pelatihan untuk lima angkatan kepala sekolah dan guru, yang terdiri atas 214 pendidik, yang berlokasi di Pekanbaru, Medan, Jakarta, Bogor, Bukittinggi, Balikpapan, dan Tarakan.

Pelatihan-pelatihan tersebut antara lain dilaksanakan oleh salah seorang pakar pendidikan yang terlibat pembentukan kebijakan pendidikan, penelitian akademis, dan praktik pembelajaran bagi calon guru dan guru, yaitu Anita Lie bersama timnya. Pola pelatihannnya dibagi menjadi tiga tahap. Pertama, workshop. Para guru peserta pelatihan diberi pengetahuan mengenai cooperative learning. Kedua, implementasi yang dibuat oleh guru pada tahap pertama. Dan ketiga, guru-guru peserta pelatihan diminta untuk membagikan pengalamannya melalui presentasi penelitian tindakan kelas. Pola ini dinilai cukup efektif membangun keseriusan dan kesungguhan guru dalam meningkatkan kemampuan dan keahlian diri mereka dalam mengajar. (hal. 7)

[caption id="attachment_351620" align="aligncenter" width="560" caption="Bab 8 buku ini yang menampilkan judul Guru Berkualifikasi, Profesional, Kompeten, dan Berdedikasi. (Foto: dokpri)"]

1407400332914087820
1407400332914087820
[/caption]



Boleh jadi, bagi kepala sekolah dan guru yang belum memiliki kesempatan mengikuti pelatihan yang diselenggarakan oleh Tanoto Foundation, kiranya dapat membaca buku ini terlebih dahulu secara utuh. Begitu pula harapan yang disematkan kepada seluruh praktisi pendidikan, yang selalu dahaga untuk belajar, dan menjadi yang terbaik. Mengapa? Karena, banyak tulisan-tulisan pendek yang bermuatan praktik-praktik strategis, yang dapat menuntun setiap praktisi pendidikan untuk menerapkannya di sekolah dan kepada peserta didik masing-masing. Misalnya saja, tulisan ringkas tentang 14 Prinsip Supervisi Pendidikan (hal. 86); Tips Menemukan Ide dan Gagasan untuk Penelitian Tindakan Kelas (hal. 116); Hal yang Boleh dan Tidak Boleh dilakukan Guru di dalam Kelas; dan, Tips Menerapkan Peraturan dan Disiplin dalam Kelas (hal. 118); Tips Praktis Membuat Kelompok Belajar Peserta Didik; dan, Bagaimana Guru Berkomunikasi dengan Peserta Didik? (hal. 119).

Tulisan lepas kaya manfaat yang penuh esensi praktis ini, setidaknya dapat meminimalkan sedikit kelemahan buku ini, yaitu fakta, data, dan reportase yang disajikan agak ketinggalan dari sisi aktualitas. Reportase dengan para praktisi pendidikan di berbagai daerah umpamanya, kebanyakan dilaksanakan sebelum tahun 2010. Begitu pula dengan data sejumlah pelatihan yang telah diselenggarakan oleh Tanoto Foundation, menampilkan rentang waktu antara 2006 hingga 2009 saja.

Akhirnya, sama seperti buku terbitan Tanoto Foundation dan Raih Asa Sukses lainnya, yang berjudul Oase Pendidikan di Indonesia : Kisah Ispiratif Para Pendidik, buku yang menjadi obyek resensi ini, setidaknya telah mampu menjadi pelita yang menerangi, sekaligus oase menyegarkan di tanah-tanah tandus nan kering dunia pendidikan di Indonesia. Buku ini menjadi pemompa semangat untuk terus menyadarkan semua pihak agar menjadi sekolah dan manusia pembelajar. Tentu, melalui sajian materi buku yang sangat kompleks. Betapa tidak? Dua bab pertama dari buku ini merupakan pendahuluan dan memaparkan pemikiran makro mengenai dimensi dan masalah pendidikan dalam dinamika struktural, kultural, dan ekonomis serta tanggung-jawab sosial untuk pendidikan. Sedangkan sepuluh bab berikutnya, merupakan perspektif mikro pendidikan yang terangkum dalam “Menjadi Sekolah yang Belajar”.

[caption id="attachment_351622" align="aligncenter" width="560" caption="Berbagai kiat dan tips praktis disajikan pula dalam buku ini. Sangat bermanfaat untuk dipraktikkan. (Foto: dokpri)"]

1407400380316179108
1407400380316179108
[/caption]



Siapa saja yang membaca buku ini, tentu tidak akan melewatkan untuk membaca juga sejumlah kutipan kalimat bijak tentang guru dan pendidikan, yang dimuat pada beberapa halaman. Misalnya seperti yang tertera di halaman 142. Dikutip dari seorang penulis Amerika Serikat, William Arthur Ward (1921 – 1994), tulisannya begini:

“The mediocre teacher tells. The good teacher explains. The superior teacher demonstrates. The great teacher inspires”. (Artinya: Guru biasa memberi tahu. Guru yang baik menjelaskan. Guru andal menunjukkan. Guru yang hebat menginspirasi).

Selamat membaca.

* * * * * * *

RESENSI BUKU

14074004431355928881
14074004431355928881

Judul buku : Menjadi Sekolah Terbaik : Praktik-Praktik Strategis Dalam Pendidikan.

Penulis : Anita Lie, Takim Andriono, Sarah Prasasti.

Sambutan : Prof dr Fasli Jalal Ph.D.

Sekapur Sirih : Tanoto Foundation

Penerbit : Tanoto Foundation dan Raih Asa Sukses (Penebar Swadaya Grup)

Jumlah Halaman : iv + 188 halaman.

Cetakan/Tahun : I, Jakarta. 2014


Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun