[caption id="attachment_343675" align="aligncenter" width="599" caption="TIBA DI BANDARA ADI SOEMARMO, SOLO. Kunjungan ke Pabrik Deltomed dan Tempat Wisata Solo oleh Kompasianers. Foto bersama dan briefing sejenak. ATAS - DARI KIRI KE KANAN: Dzulfikar Al-Ala, Adian Saputra, DR drg Dewi Priandini SpPm (FKG Universitas Trisakti), Gapey Sandy, Agatha Nirbanawati (dari Deltomed), Vita Sophia Dini, Tubagus Encep, Joshua Limyadi, Ben Baharuddin Nur, Nfkaafi alias Dwi Suparno, Ika Pramono (dari Agency), Ngesti Setyo Moerni, dan Thamrin Sonata. (Foto: Gapey Sandy)"][/caption]
Setelah melalui dua tahap penjurian Blog Competition Kuldon Sariawan, sepuluh Kompasianers yang berhasil meloloskan tulisannya melalui seleksi ketat penjurian, akhirnya menikmati hasil buah karyanya. Apalagi, kalau bukan berkunjung langsung ke pabrik (factory visit) PT Deltomed Laboratories di Dusun Nangger, Desa Nambangan, Kecamatan Selogiri, Kabupaten/Kota Wonogiri, Jawa Tengah, plus perjalanan wisata (city tour) di Kota Budaya, Solo (Surakarta), pada 13 – 14 Juni 2014.
Adapun sepuluh Kompasianers tersebut adalah Adian Saputra, Ben Baharuddin Nur, Dzulfikar Al-A’la, Joshua Limyadi, Nfkaafi, Ngesti Setyo Moerni, Thamrin Sonata, Vita Sophia Dini, Tubagus Encep, dan saya sendiri, Gapey Sandy. Tak ketinggalan, turut serta sebagai pimpinan rombongan adalah dua punggawa konten (admin) Kompasiana, yaitu Pendi Kuntoro dan Shulhan Rumaru.
Perjalanan menyenangkan itu pun mulai juga. Setelah terbang menggunakan Lion Air dengan nomor penerbangan JT 536 selama 1 jam 40 menit, dari Bandara Soekarno-Hatta Jakarta, ke sepuluh Kompasianers ini, pada 09.05 wib, akhirnya menjejakkan kaki di Bandara Adi Soemarmo, Solo. Di area ruang kedatangan bandara SOC ini, tim penjemputan nampak sudah menunggu. Ada Agatha Nirbanawati selaku Asisten Direktur Deltomed, Ika Pramono dari salah satu agency nasional terkemuka, dan DR drg Dewi Priandini SpPm yang merupakan Dokter Spesialis Penyakit Mulut dari Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Trisakti, Jakarta. Usai melaksanakan briefing dan berfoto bersama, rombongan tancap gas bablas menuju Pabrik Deltomed Wonogiri.
[caption id="attachment_343677" align="aligncenter" width="557" caption="MENUJU PABRIK DELTOMED. Perjalanan dari Bandara Adi Soemarmo, Solo, ke Pabrik Deltomed di Wonogiri melintasi kawasan Manahan, Solo Baru, dan Kabupaten Dati II Sukoharjo. (Foto: Gapey Sandy)"]
Setiba di lokasi pabrik, pemandangan sekitar yang resik mendominasi, termasuk cat warna putih yang makin menonjolkan sisi kebersihan dan higienisnya lingkungan pabrik. Ada sebidang tanah di sisi kanan pabrik, hebatnya, kalau diperhatikan secara seksama ternyata lahan tersebut banyak ditanami tumbuhan yang berfungsi sebagai tanaman obat. Begitu pula dengan yang ditanam pada sisi kanan jalan, di bagian luar pintu gerbang pabrik, tak jauh dari Masjid Al Barokah -- tempat Kompasianers menunaikan shalat Jumat pada siang itu bersama warga dan karyawan Deltomed. Tanaman obat yang ditanam tersebut misalnya, Pohon Olik (Eribotrya Japonica) sebagai Obat Asma, Dewondaru (Eugenia Uniflora) untuk mengobati Diare, Pacar Kuku (Lawsonia Inermis) yang biasa dipergunakan untuk Kosmetika, Gandarusa atau Daun Rusa (Gendarussa Vulgaris) untuk mengobati Diabetes, dan Jarong (Stachytarpeta Mutabilis Vahl) yang dapat dipergunakan untuk mengobati Penyakit Kotor.
"Saya minta kepada Kompasianers yang memenangkan blog competition ini untuk menyaksikan secara langsung, apa-apa yang kemarin telah saya presentasikan di Jakarta, tepatnya sewaktu acara Kompasiana Nangkring Bersama Kuldon Sariawan pada 17 Mei 2014. Apakah misalnya, kami hanya ngomong doang di sini, atau bekerja? Pokoknya silakan melihat, apa-apa saja yang ada di Pabrik Deltomed ini. Berbahagia juga bahwa ternyata dalam pertemuan kita kali ini akan ada demo pembuatan jamu bersama dr Abrijanto SB MSi selaku Manajer Pengembangan Bisnis Deltomed, untuk kemudian dilanjutkan dengan meninjau langsung proses pembuatan produk-produk Obat Herbal, khususnya di Pabrik Deltomed ini. Silakan menambah wawasan tentang produk Obat Herbal di sini," tutur Presiden Direktur PT Deltomed Laboratories, Drs Nyoto Wardoyo Apt penuh hangat dan ramah ketika menyambut kehadiran Kompasianers pada Jumat siang, 13 Juni 2014, di ruang rapat Pabrik Deltomed Wonogiri.
Dalam sambutan sekaligus paparan singkatnya, Nyoto mengatakan, perusahaan Deltomed berdiri pada tahun 1976 di Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Awalnya berupa home industry yang memproduksi kapsul jamu dari ramuan tumbuh-tumbuhan alami. Lalu, Deltomed pindah ke Wonogiri, Jawa Tengah, pada 1987. Awalnya, luas lahan pabrik Deltomed adalah satu hektar dan berada tepat di jantung kota Wonogiri. “Tetapi, karena ada regulasi mengenai lokasi pabrik, maka Deltomed pun harus berpindah lokasi lagi ke Desa Nambangan, Kecamatan Selogiri, masih di wilayah Wonogiri. Lokasi baru dengan luas lahan delapan hektar ini dibangun secara bertahap, dan baru mulai pada tahun 1998, serta memiliki fasilitas Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik (CPOTB) pada tahun 2009,” tuturnya.
[caption id="attachment_343678" align="aligncenter" width="557" caption="PABRIK DELTOMED. Tampak halaman depan Pabrik PT Deltomed Laboratories di Wonogiri, Jawa Tengah, dengan Patung Jamu Gendong. (Foto: Gapey Sandy)"]
Nyoto menambahkan, meskipun awalnya Deltomed sudah memiliki CPOTB, tapi itu berdasarkan regulasi yang lawas atau lama. “Padahal CPOTB itu current, selalu berubah, dan berubah terus. Misalnya, pada tahun 2011 lalu, Pemerintah – melalui Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) -- mengeluarkan aturan CPOTB lagi, yang namanya Persyaratan Teknis CPOTB 2011. Perubahan-perubahan pedoman CPOTB ini tidak akan berhenti sampai pada tahun 2011 saja, tapi ke depannya akan muncul lagi regulasi CPOTB-CPOTB yang baru,” terang pria berkacamata yang juga menjabat Ketua Gabungan Pengusaha Jamu Jawa Tengah ini.
Menurut Nyoto lagi, sejumlah mesin produksi yang ada di Pabrik Deltomed didatangkan dari berbagai negara seperti Jerman, Jepang, Taiwan, dan ada juga yang buatan lokal. Mesin produksi Quadra Extraction System yang didatangkan dari Jerman misalnya, adalah sebuah teknologi untuk melakukan ekstraksi sehingga dapat menghasilkan ekstrak tumbuh-tumbuhan yang berkualitas tinggi. Dengan dukungan bahan baku yang terjamin mutunya, teknologi mesin produksi yang mumpuni, laboratorium yang canggih, tenaga-tenaga kerja yang profesional, dan proses produksi serta Quality Control (QC) yang ketat, tak berlebihan kiranya apabila sejumlah catatan membanggakan berhasil ditorehkan Deltomed dari waktu ke waktu.
Beberapa pencapaian menggembirakan tersebut, antara lain, pertama, produk Deltomed yakni Obat Batuk Herbal, sejak tiga tahun lalu telah resmi menjadi pelengkap (compliment) khusus obat batuk jenis herbal bagi seluruh jamaah haji asal Indonesia.
[caption id="attachment_343679" align="aligncenter" width="557" caption="PRESIDEN DIREKTUR PT DELTOMED LABORATORIES. Drs Nyoto Wardo Apt ketika menyambut kehadiran Kompasianers, sekaligus menyampaikan paparan singkat profil Deltomed. (Foto: Gapey Sandy)"]
Kedua, Deltomed berhasil mencatatkan diri sebagai anggota PIC/S (Pharmaceutical Inspection Convention and Pharmaceutical Inspection Co-operation Scheme), yang anggotanya berasal dari negara-negara Asia dan sejumlah negara Eropa. Banyak kemudahan dengan menjadi anggota PIC/S, misalnya, produk Obat Herbal asal Indonesia kalau hendak diekspor maka tak perlu lagi menghadirkan assesor dari luar negeri.
“Selain itu, Deltomed juga tercatat menjadi tolok ukur, agar supaya Indonesia bisa menjadi anggota PIC/S untuk obat herbal. Dalam hal ini, pihak otoritas dari PIC/S datang dan melakukan peninjauan langsung ke Deltomed. Kalau pada saat mereka di Deltomed ini menyatakan hasilnya adalah ‘lulus’, maka barulah Indonesia dapat menjadi anggota PIC/S. Hal ini dilakukan sejak tahun 2011 dan dilanjutkan pada tahun berikutnya,” tutur Nyoto yang pernah menjabat sebagai Anggota Tim Penilai Iklan Badan Pengawas Obat dan Makanan RI, periode 2002-2008 ini.
Ketiga, Deltomed juga mendapat sertifikat NSF (National Sanitation Foundation) yang diterbitkan oleh organisasi kesehatan umum di Amerika Serikat. “Sertifikat NSF ini diperoleh pada 14 September 2011, dan mutlak dibutuhkan, karena apabila Deltomed akan melakukan ekspor produk obat herbal ke Amerika Serikat dan negara-negara lain, maka para buyer di negara-negara yang dituju pasti akan mempertanyakan dokumen sertifikat NSF tersebut sebagai salah satu persyaratan ekspor. Selain sertifikat NSF, Deltomed juga sudah mengantongi sertifikat Jaminan Halal, setifikat Kosher, dan menerapkan standar GMP (Good Manufacturing Process) Indonesia yaitu CPOTB, juga GMP Eropa. Tak ketinggalan, FDA dalam pembuatan produk-produknya sehingga dapat diyakini dan diserap pasar mancanegara seperti Malaysia, Arab Saudi, Amerika Serikat, Hongkong, dan Brunei Darussalam,” jelas pria kelahiran Wonogiri, 9 Maret 1959 ini.
[caption id="attachment_343680" align="aligncenter" width="557" caption="TANAMAN OBAT. Di sekeliling Pabrik Deltomed Wonogiri banyak dijumpai tanaman obat, lengkap dengan penamaan yang jelas dan khasiatnya. (Foto: Gapey Sandy)"]
Keempat, PT Deltomed Laboratories juga pernah menjadi lokasi pilihan para delegasi negara-negara ASEAN dan sekitarnya untuk melakukan studi banding. “Terutama, tentu saja mengenai modernisasi, standarisasi proses pengolahan dan ekstraksi bahan baku obat herbal yang dilakukan di Indonesia,” urai Nyoto seraya menyebutkan, bahwa dirinya juga kerapkali diminta untuk menjadi pembicara dan menyampaikan materi serta mengkampanyekan tentang Jamu dan Obat Herbal. “Termasuk, permohonan menjadi pembicara yang dilayangkan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia”.
Demo Membuat Rebusan Tanaman Herbal
Pada kesempatan berikutnya, Kompasianers menyimak penyampaian materi mengenai cara membuat ramuan Jamu dan Obat Herbal yang baik, sekaligus demo membuat rebusan tanaman herbal. “Ada dua hal penting yang musti diperhatikan sebagai alasan, mengapa jamu itu dibuat dan dikonsumsi. Pertama, untuk menemukan atau membawa efek berkhasiat bagi yang mengonsumsinya. Kedua, terjaminnya sisi keamanan dari produk jamu tersebut,” ujar dr Abrijanto SM Msi, Manajer Pengembangan Bisnis Deltomed mengawali paparannya.
[caption id="attachment_343681" align="aligncenter" width="557" caption="DEMO MEREBUS TANAMAN OBAT. Saat pemaparan sekaligus demo perebusan beberapa tanaman obat sekaligus oleh dr Abrijanto SM MSi. (Foto: Gapey Sandy) "]
Lebih lanjut Dokter Abri – sapaan akrabnya -- mengatakan, bahan baku tanaman obat harus diperlakukan dengan benar, bahkan sebelum diproses lebih lanjut. “Logika proses pembuatan obat herbal yang biasa kita lakukan di Deltomed adalah, pertama, penggunaan bahan baku secara baik dan benar. Misalnya, bahan baku tanaman obat itu sebaiknya dipergunakan dalam kondisi kering. Karena kalau basah, maka yang diperoleh ‘hanya’ air belaka, tanpa ada kandungan zat-zat yang maksimal. Contoh, Temulawak, setelah kering, maka dilanjutkan dengan pencucian, lalu dipotong atau diiris menjadi tipis kecil-kecil, dan kemudian kembali dicuci lagi. Kenapa musti dipotong atau diiris tipis-tipis kecil? Supaya permukaan temulawak tersebut bisa menjadi banyak, dan itu berarti, kita akan mendapatkan zat kandungan dari permukaan temulawak tersebut semaksimal mungkin. Kedua, dosis pemakaian yang harus rasional dengan tentu saja berbasiskan teknologi mengekstrak tanaman obat yang kini semakin berkembang. Ketiga, proses pembuatan yang melindungi dan mengupayakan semaksimal mungkin zat kandungan dari tanaman obat tersebut, misalnya, dengan memperhatikan suhu air yang dipergunakan untuk merebus ramuan tanaman obat. Suhu air yang ideal adalah maksimal 60 derajat celsius, dan perebusannya harus menggunakan wadah yang tertutup agar uap yang mengandung zat berkhasiat tidak menguap atau hilang. Kalau air rebusannya terlalu panas, maka zat bekhasiat yang terkandung dalam tanaman obat tersebut justru akan berkurang sebanyak sepuluh persen. Adapun wadah perebusan tanaman obat yang baik adalah dengan menggunakan wadah kaca tebal tahan panas seperti misalnya yang sering disebut sebagai pyrex, bukan merebusnya dengan panci aluminium, stainless steel, maupun gerabah tanah liat,” urainya.
Masih menurut Dokter Abri, jangan menganggap herbal itu ‘aman’, karena yang disebut ‘aman’ adalah kalau mengkonsumsinya dilakukan dengan cara yang betul. “Contohnya Licorice, meskipun secara fisik penampilannya sederhana, namun ternyata tidak boleh sembarangan dikonsumsi, apalagi kalau secara terus-menerus. Karena, efek anti inflamasinya yang sangat kuat, justru akan mengakibatkan efek samping kepada kelenjar yang ada di dalam ginjal. Pemakaian Licorice secara terus-menerus, dan kemudian dihentikan secara tiba-tiba, justru akan membuat pengonsumsinya dapat mengalami kondisi pingsan secara mendadak,” pesan Dokter Herbal yang sekaligus Pakar dan Konsultan Herbal ini.
[caption id="attachment_344383" align="aligncenter" width="557" caption="ANTUSIAS. Para Kompasianers sibuk menyimak dan mencatat penjelasan seputar Mekanisme Produksi, Standar Pengawasan Mutu di Pabrik Deltomed Wonogiri. (Foto: Gapey Sandy)"]
Salah satu kejadian terkait manjurnya Obat Herbal pun disampaikan Dokter Abri. Kisahnya terkait dengan almarhum Prof dr Iwan Darmansjah SpFK, Guru Besar Ilmu Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia yang konon anti dengan jamu-jamuan. “Pada suatu saat, beliau menderita sakit wasir atau ambeien. Nah, salah seorang staf beliau yang juga seorang farmakolog, memberikan Obat Herbal yang sebenarnya berisi ekstak Daun Ungu (yang berfungsi sebagai anti radang atau anti inflamasi), dan Daun Sena (untuk melunakkan feses). Uniknya, staf tersebut memberikan obat herbal kepada beliau tanpa diiringi penjelasan apapun. Faktanya, dalam tempo dua hari, penyakit wasir almarhum Prof Iwan berkurang dan sembuh. Cerita yang demikian, baru-baru ini disampaikan kepada saya, langsung oleh staf yang memberikan Obat Herbal tersebut kepada almarhum Prof Iwan. Dari kisah ini, saya semakin yakin bahwa, ternyata khasiat tanaman obat itu sangat dahsyat,” tutur dokter kelahiran Jakarta, pada Oktober 1966 ini.
Lebih lanjut, Dokter Abri mengatakan, dalam proses pembuatan produk Obat Herbal penting sekali untuk melakukan Analisa atau Uji Herbal. Pengujian ini dimaksudkan untuk meneliti, pertama, Kandungan Mikrobiologi, seperti Angka Lempeng Total (ALT), E-Coli, Salmonella (yang dapat menyebabkan mual, muntah, demam, diare, dan typhus), Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeroginosa (yang bisa mengakibatkan infeksi pada luka dan luka bakar menimbulkan nanah hijau kebiruan, infeksi saluran kemih, infeksi pada saluran napas mengakibatkan pneumonia yang disertai nekrosis, otitis eksterna ringan pada perenang, dan infeksi mata), Kapang dan Khamir (penyebab alergi, hepatotoksik, dan karsinogenik).
[caption id="attachment_344384" align="aligncenter" width="614" caption="PATUNG NAKULA DAN SADEWA. Puas berkeliling pabrik Deltomed, Kompasianers berfoto bersama di depan patung Nakula dan Sadewa. (Foto: humas deltomed)"]
Kedua, Uji Herbal juga dilakukan untuk mengetahui kadar Kandungan Logam Berat, seperti Timbal (yang bisa mengakibatkan mual dan muntah, nyeri kolik abdomen, rasa logam dan garis biru pada gusi, konstipasi kronis, anemia, dan bisa menyebabkan kelumpuhan), Cadmium (yang memicu iritasi saluran pernapasan bagian atas, mual, muntah, salivasi, mencret, kejang pada perut, gagal ginjal, itai-itai, mengganti kandungan kalsium/Ca pada tulang), Mercury (mengakibatkan neuropati perifer atau menyajikan sebagai paresthesia atau gatal, terbakar atau nyeri; perubahan warna kulit seperti pipi merah muda, ujung jari dan jari kaki; bengkak; desquamation atau penumpahan kulit; dan lainnya) dan Arsenis (memicu sakit yang hebat pada perut terutama usus; muntah berwarna kehijauan atau kekuningan; tenggorokan terasa kering dan sesak; rasa terbakar pada kantung kemih; air liur berlebih; keram otot, kejang, mengantuk, berkeringat, kebiruan pada tungkai, mata merah, gagal ginjal, dan dehidrasi).
Baca Reportase lainnya:
*****************************************************************************
Saksikan VIDEONYA, Click ini ----> http://youtu.be/H3y8pL5TAM0
*****************************************************************************