Luas Kota Tangerang Selatan itu 147,19 km2. Terbagi menjadi tujuh kecamatan (Setu, Serpong, Serpong Utara, Pamulang, Ciputat, Ciputat Timur, Pondok Aren), jumlah penduduk Tangsel terus bertambah dari tahun ke tahun. Pada 2013 lalu, jumlahnya mencapai 1.443.403 jiwa, kemudian di 2014 jadi 1.492.999 jiwa. Angka ini terus naik, pada 2015 menjadi 1.543.209 jiwa.
Otomatis, peningkatan yang sama juga terjadi pada jumlah rumah tangga di kota yang baru berusia delapan tahun ini. Data BPS Tangsel menyebutkan, pada 2013, jumlah rumah tangga mencapai 365.838. Kemudian meningkat lagi pada 2014 (380.591), dan 2015 (391.141).
Logikanya, kalau jumlah penduduk Tangsel makin bertambah, sedangkan luas wilayah tak kunjung mekar, dipastikan tingkat kepadatandi Tangsel juga bakal terus melonjak. Terbukti, begini datanya. Dengan luas wilayah sebesar 147,19 km2 dan jumlah penduduk sebanyak 1.543.209 jiwa, pada tahun 2015 setiap km2 wilayah di Tangsel rata‐rata ditempati oleh 10.484 jiwa. Hal ini menunjukkan bahwa Tangsel merupakan wilayah yang padat penduduknya.
Imbasnya, semakin sulit mencari lahan untuk membangun rumah. Kalaupun tersedia, tentu harga jual lahannya juga sudah semakin melangit, bahkan bisa jadi tak masuk akal. Permasalahan seperti ini sebenarnya sudah jamak terjadi sebagai sebuah konsekuensi logis dari perkembangan sebuah kota. Tetapi, bukan berarti dengan ketersediaan lahan permukiman yang semakin terbatas itu pemenuhan kebutuhan hunian bagi warga kota akan berhenti. Sama sekali tidak! Karena, pemenuhan kebutuhannya akan mulai bergeser kepada gaya hidup yang kekinian, yakni dengan menyediakan hunian vertikal, sebut saja apartemen.
Tengok saja data BPS Tangsel yang menyatakan bahwa struktur perekonomian Tangsel pada 2015 didominasi oleh kategori Real Estate sebagai andalan. Kategori ini menyumbang 17,44 persen terhadap penciptaan nilai tambah di Tangsel dengan nilai nominal 9,77 triliun rupiah. Disusul kemudian kategori Perdagangan Besar dan Eceran, serta Reparasi Mobil dan Sepeda Motor, dengan share sebesar 17,16 persen atau dengan nilai sekitar 9,62 triliun rupiah. Selanjutnya diikuti oleh kategori Konstruksiyang mempunyai share sebesar 14,66 persen (8,22 triliun rupiah).
Salah satu proyek properti yang hadir untuk memenuhi kebutuhan hunian dengan konsep vertikal itu adalah BRANZ BSD. Sesuai namanya, lokasinya tentu saja berada di Bumi Serpong Damai (BSD) City, sebuah kota sarat gengsi di sebelah selatan Kota Jakarta. BSD City juga memiliki akses mudah untuk menuju berbagai lokasi, seperti Bandara Soekarno-Hatta, Pondok Indah, Semanggi, dan Pluit. Nah, BRANZ BSD berada persis di jantung Kota BSD sehingga langsung dikelilingi pusat pendidikan, hiburan dan belanja, kesehatan, dan tentu saja kawasan bisnis komersial.
Untuk pendidikan misalnya, BRANZ BSD begitu dekat dengan lokasi IPEKA BSD, Edutown, Jakarta Namyang School, Al Azhar, Santa Ursula, The Jakarta Japanese School, Global Jaya International School, British International School, Binus International School Serpong, Santa Laurensia School, Universitas Multimedia Nusantara, Swiss German University, Prasetya Mulya University, Pahoa Integrated Trilingual School, Binus University, BPK Penabur, dan Universitas Pelita Harapan.
BRANZ BSD juga bertetangga dekat dengan tiga rumah sakit terkemuka, yaitu Eka Hospital BSD, Medika Hospital BSD dan Siloam Gleneagles BSD. Sedangkan untuk kawasan bisnis, BRANZ BSD bahkan lokasinya berseberangan dengan Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD. Selain berdekatan pula dengan BSD City, ASTRA International BSD dan banyak lainnya.
Dapat dipastikan, BRANZ BSD benar-benar hadir dengan memenuhi salah satu unsur keunggulan pengembangan properti, apalagi kalau bukan easy access.