“Dunia blogger sudah sedemikian sangat ‘keras’. Tidak cukup hanya mengandalkan artikel saja, diperlukan juga pendukung seperti infografis dan video, misalnya jika ingin memenangkan lomba blog”.
Pernyataan ini disampaikan Dede Ariyanto S.Kom.I selaku blogger, video maker, video blogger dan contributor video TV ketika menjadi pembicara pada pelatihan bertajuk Peluang dan Tantangan Video Blogger, di Gedung PBNU, Jakarta, 11 Juni 2016 kemarin.
Menjadi video blogger (VLOGGER), kata Dede, menciptakan banyak peluang. “Karena masih sedikit blogger yang memaksimalkan tulisan di blog-nya dengan video. Padahal, Vlogger juga bisa mendapatkan kesempatan mendapat job video atau video berbayar. Vlogger pun bakal diundang secara khusus dari brand. Bisa juga, Vlogger mengirimkan videonya ke TV Komersial, maupun diunggah melalui YouTube,” ujarnya seraya menambahkan bahwa dengan terbiasa membuat video blogging akan mengasah kemampuan blogger berbicara di depan kamera.
Dalam makalah yang disampaikan, Dede juga menyebutkan tantangan untuk menjadi Vlogger. Setidaknya ada lima hal, yaitu buatlah terlebih dahulu konsep atau ide yang menarik dan unik; membuat video itu susah-susah gampang; sanggup bekerja maksimal dengan video recording semisal smartphone, kamera, drone dan lainnya; kapasitas rendering file --- penggabungan gambar, video, slide, dan suara --- yang membutuhkan kapasitas memory besar dan koneksi internet cepat. “Tantangan terakhir adalah, kita juga butuh koneksi internet yang cepat untuk mengunggah karya video,” tukasnya.
Tak hanya pernyataan atraktif itu saja yang disampaikan Dede. Ia juga menegaskan bahwa, video reportase tak ubahnya dengan artikel reportase itu sendiri. “Video reportase yang baik juga mengandung unsur 5W + 1H, atau What, Where, Why, When, Who dan How,” ungkapnya.
Beberapa tips praktis juga disampaikan. “Jangan lebay atau berlebihan dalam mengedit video. Jangan melakukan transisi dan animasi berlebihan. Jangan memakan durasi kelewat panjang atau bertele-tele. Jangan membuat konsep atau ide dengan sesuatu yang biasa saja. Jangan goyang ketika merekam video. Jangan salah pilih backsound yang tidak sesuai tema. Jangan lakukan kesalahan ucap dalam mengisi suara, harus jelas intonasi dan artikulasinya,” urai pria ramping berkacamata ini.
* * * * * * *
Menarik, apa yang menjadi bahasan Dede. Nge-vlog rasanya kini menjadi jawaban teraktual, setelah rasanya aktivitas nge-blog mulai tersengal-sengal. Senjakala blog? Bisa jadi. Bukankah di atas, Dede juga menyampaikan, bahwa saat ini nge-blog saja tidaklah cukup!
Inti tulisannya menyampaikan pendapat bahwa nge-blog sudah saatnya ‘ditinggalkan’. Gantinya? Ya, nge-vlog. Banyak yang sependapat, termasuk Dede yang sudi membacanya sampai tamat. Ada juga yang tak sependapat, dan saya menghargai itu.