Mohon tunggu...
Gapey Sandy
Gapey Sandy Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

Peraih BEST IN CITIZEN JOURNALISM 2015 AWARD dari KOMPASIANA ** Penggemar Nasi Pecel ** BLOG: gapeysandy.wordpress.com ** EMAIL: gapeysandy@gmail.com ** TWITTER: @Gaper_Fadli ** IG: r_fadli

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

PKS Akan Terus Menukik?

6 November 2018   00:12 Diperbarui: 6 November 2018   00:43 1444
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pengunduran diri kader PKS se-Bali. (Foto: epicentrum.id)

Saya beberapa kali menyimak wawancara kuasa hukum Nur Mahmudi Ismail di salah satu stasiun radio ibukota. Syukurlah Nur Mahmudi Ismail masih tetap sehat, dan tidak kurang ingatan apa-apa, karena waktu itu ia sempat diberitakan mengalami benturan kepala dengan rekan sesama pemain bola volley. Akibatnya, gonjang-ganjing berita disebut-sebut ia terganggu ingatannya. Waduhhhh ...

Nah, yang bikin kepo, saya kok rasanya kurang menyimak apakah ada pembelaan dari PKS terhadap Nur Mahmudi Ismail yang sedang bermasalah secara hukum? Duhhh ... 'gimana sih? Malah yang nongol adalah pernyataan Fahri Hamzah. Intinya, Fahri menganggap kurangnya bantuan dukungan kepada Nur Mahmudi Ismail. Ini yang disebut Fahri sebagai "kebersamaan yang kurang".

Boro-boro bantuan hukum, pernyataan resmi dari PKS terkait kasus yang menimpa presiden pertamanya itu pun tidak ada. Wajar kalau Fahri kesal dan berkomentar sekaligus mengkritisi manajemen elite PKS. Meskipun pernyataan Fahri Hamzah sempat dibantah Ledia Hanifa, Ketua DPP PKS, yang mengatakan bantuan hukum sudah ditawarkan kepada Nur Mahmudi Ismail, tapi yang bersangkutan ternyata sudah memiliki kuasa hukumnya sendiri.

Presiden pertama PKS jadi tersangka korupsi. (Foto: fin.co.id)
Presiden pertama PKS jadi tersangka korupsi. (Foto: fin.co.id)
Kader mundur, kader terlibat korupsi, kader tak solid, membuat PKS yang ideologinya "konservatisme Islam" menjadi (sedikit banyak) tercoreng. Eh, belum lagi isu adanya faksi-faksi yang muncul di lingkungan rumah tangga PKS. Tambah lagi, isu munculnya sebuah "gerakan arah baru" yang sengaja dibentuk di luar PKS, untuk menampung kader-kader yang kecewa terhadap kebijakan partai.

Secara politik, apa yang dialami PKS seperti orang yang sedang menderita "influenza", padahal jadwal pertandingan kompetisi kontestasi Pemilu serentak 2019 sudah berlangsung dan justru akan semakin ketat.

Saya jadi ingat analisa Prayitno Ramelan di akun facebook-nya terkait kecelakaan yang menimpa pesawat Lion Air PK-LQP di perairan Tanjung Pakis, Karawang, Jawa Barat, pada 29 Oktober kemarin. Pesawat diduga mengalami kondisi turun dan naik dengan kecepatan yang berubah-ubah, sebelum kemudian hilang kontak. "Pada kecepatan 1.112 meter dan kecepatan 639 km/jam, arah berubah dari 56 derajat ke 35 derajat, menukik ke bawah dan pesawat hilang dari radar. Secara teori, pesawat dengan kecepatan tinggi, uncontrol, menghantam air itu sama dengan menghujam ke benda padat seperti aspal. Karena itu JT-610 hancur berantakan," tulis Pray, sapaan akrabnya.

Bukan hendak menyederhanakan atau bermain analogi, tapi kondisi PKS saat ini mirip seperti pesawat sedang bermasalah pada "mesin terbangnya", tak ada yang bisa menjamin haluannya akan berubah. Belum lagi, kondisi "turun-naik" yang sedang dialami partai ini menyusul problem internal.  Plus, "ketidakmampuan"-nya dalam menghadapi kompetisi eksternal. Jadi, apakah PKS akan menukik terus kondisinya? Ingat lho, dibanding 2009, raihan kursi PKS di legislatif pada Pemilu 2014, turun 17 kursi. Atau, dari 57 kursi, kini hanya menguasai 40 kursi saja.

PKS, bakal menukik teruskah?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun