Pahit? Bisa jadi. Pas di Hari Batik Nasional, 2 Oktober 2018, Batik (Etnik) Tangsel justru "dikecam" Harry Darsono, sang desainer terkemuka. Katanya, warna Batik Tangsel itu miskin. Â Motifnya pun, naf.
Apa dan bagaimana si empunya nama asli Mercelino Dominicus Savio Harry Daroeharto Darsono ini sampai mengemukakan hal seperti itu? Berikut wawancara awak media termasuk Kompasianer Gapey Sandy dengan pria kelahiran Mojokerto, Jawa Timur, 15 Maret 1952 ini:
o o )( o o
Anda sudah menyampaikan siap bekerja untuk mengembangkan Batik Tangsel, bahkan sudah menyerahkan motif batiknya juga. Bagaimana ceritanya?
Atas pesanan beliau -- Kepala Dinas Pariwisata Tangsel, Judianto (red) -- saya sudah membuat konsep desain, semuanya sudah saya siapkan. Dan untuk ditunjukkan atau dipamerkan, biasanya satu desain itu dalam gulungan kertas ukuran 2,5 meter dikalikan lebar kain. Tapi biasanya, harga itu Rp 15 juta. Tapi saya pikir, bagaimana ya caranya supaya ngirit? Oke, saya buat di atas kain sutra, 2,5 meter menjadi genap, motifnya banyak dan siap untuk dicontek. Dan harganya cuma harga selendang, cuma Rp 8,5 juta. Itu motif sudah banyak, dah ambil itu. Jadi, motif sudah saya siapkan semuanya.
Mengapa Anda menamainya dengan Motif Batik "Neo Tangsel"?
Neo itu artinya baru. Jadi Neo itu baru yang Anda nanti lihat harus ada kebaruan. Kebaruan sama pembaruan itu beda. Kebaruan itu sesuatu yang baru. Nanti kita akan mintakan Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI). Tapi punya HAKI pun kalau enggak laku, bisa lho. Enggak punya HAKI, tapi laku, maka enggak punya martabat kalau nyontek-nyontek.
Itu yang dipajang itu 'kan Pekalongan semua itu. Jadi, KW gitu. Saya sempat minta untuk dicopot, karena kita belum membuat daya cipta, tapi belum apa-apa sudah dipasang. Mengapa sudah dipasang? Belum apa-apa sudah "menepuk diri". Ini enggak boleh. Harus nol, and nol, and nadir, and no one, nothing, nihil. Supaya kita bisa start. Jadi sudah saya siapkan. Eh, sebetulnya ada 10 lembar. Tapi satu lembarnya itu berisi berbagai macam motif, ada belasan. Lebih irit 'kan, daripada satu motif di atas kertas, Rp 15 juta. Ini satu selendang isinya berbagai macam jadi tinggal dicontek.
(Usai menjadi pembicara talkshow bertajuk "Kearifan Lokal sebagai Motif dan Desain : Batik Tangsel?" di acara Festival Batik Tangsel 2018 yang diselenggarakan Dinas Pariwisata Tangsel di aula lantai IV Kantor Pemkot Tangsel, Kecamatan Pamulang, Tangsel, Selasa (2/10), Harry Darsono menyerahkan dokumen tertutup. Tumpukan sejumlah map putih yang diikat dengan pita emas ini diserahkan langsung ke Walikota Tangsel Airin Rachmi Diany, disaksikan Wakil Walikota Tangsel Benyamin Davnie, dan Kepala Dinas Pariwisata Judianto, di hadapan seluruh hadirin.)
Oh, warnanya mengambil dari empat musim, spring, summer, autumn dan winter. Jadi empat musim. Alam memberi empat musim, semua saya tuangkan. Dan ini laku, tapi digilir nanti. Tapi belum detil.