Sambil meradang kesakitan, Kim Jong Nam melaporkan kejadiannya kepada petugas, "Sakit sekali, sakit sekali. Saya disemprot cairan." Tapi apa daya, cairan yang disemprotkan pelaku bukan sembarang cairan. Itulah racun saraf VX. Tidak berbau juga tidak berwarna, tapi ukuran 10 mg saja sudah mematikan. Dalam dunia militer, racun VX termasuk senjata kimia. Sesuai resolusi Dewan Keamanan PBB 687, racun ini termasuk pemusnah massal.
Kim Jong Nam klepek-klepek. Racun VX dosis tinggi spontan bekerja mematikan saraf dan organ vital tubuhnya. Dalam tempo 15 -- 20 menit, kakak tiri pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un ini pun tewas! Pembunuhan terjadi saat Kim Jong Nam baru check in di bandar udara internasional Kuala Lumpur, pada Senin, 13 Februari 2017.
Aparat Malaysia kelihatan sigap bekerja. Dua wanita ditangkap. Empat pelaku lain yang diduga agen-agen Korea Utara juga langsung dirilis foto berikut identitasnya. Uniknya, kedua wanita pelaku penyemprotan racun VX ke wajah Kim Jong Nam mengaku, mereka dibayar untuk melakukan hal konyol tersebut demi acara reality show televisi.
Disebut-sebut, dinas rahasia Korea Utara menjadi otak pelaku pembunuhan Kim Jong Nam.
Fadi memang sudah hampir 10 tahun menetap di Malaysia. Sejak April 2016, cendekiawan muda Palestina dari  bertugas sebagai dosen senior di Universiti Kuala Lumpur untuk program studi Electrical and Electronics Manufacturing. Selanjutnya, cuma butuh 2x24 jam, Polisi Diraja Malaysia (PDRM) kemudian merilis sketsa dua wajah pelaku penembakan Fadi al-Batsh.
HAMAS dan sanak keluarga Fadi pun menuding agen-agen MOSSAD - Dinas Rahasia Israel - bertanggungjawab atas pembunuhan cendekiawan muda Palestina dari Jabalia, Teluk Gaza.
MOSSAD juga punya "mesin pembunuh" yang bekerja di banyak negara. "Mesin pembunuh" para target dan merupakan musuh Israel ini bernama KIDON. Kidon bermakna bayonet. Tugas "divisi" ini memang melakukan pembunuhan dimana saja para target bernilai tinggi berada.
Serangkaian peristiwa ini mencerminkan, betapa leluasa para pelaku menemukan dan menghabisi target sasarannya. Kejadiannya berulang, dan selalu di Kuala Lumpur - kota terbesar di Malaysia.
Mengapa kok bisa target-target pembunuhan begitu mudah dihabisi nyawanya di Malaysia? Apa negara tetangga kita ini emang enggak punya dinas intelijen - yang elite - sampai 'kecolongan' kejadian pembunuhan transnasional berulang kayakgini?