Mohon tunggu...
Gapey Sandy
Gapey Sandy Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

Peraih BEST IN CITIZEN JOURNALISM 2015 AWARD dari KOMPASIANA ** Penggemar Nasi Pecel ** BLOG: gapeysandy.wordpress.com ** EMAIL: gapeysandy@gmail.com ** TWITTER: @Gaper_Fadli ** IG: r_fadli

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama FEATURED

Serba-serbi Konferensi Asia-Afrika Pertama, Mulai dari Kamera "Jadul" hingga Bajigur

17 April 2018   21:32 Diperbarui: 18 April 2022   06:25 7824
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Enlarger Set, proyektor khusus untuk mencetak foto hitam putih secara manual milik Inen Rusnan juga ada dipamerkan di Museum KAA, Bandung. (Foto: Gapey Sandy)

18 April ini, tepat 63 tahun pembukaan Konferensi Asia Afrika (KAA) 1955 di Bandung yang diikuti 29 negara. Berlangsung hingga 24 April, konferensi menelurkan Dasasila Bandung yang menggaungkan semangat antiimperialis.

Foto di atas adalah kamera Leica seri IIIf. Ini kamera bersejarah. Bukan saja bagi pemiliknya yaitu Inen Rusnan (81), tapi juga bagi bangsa Indonesia. Lho, kok bisa sampe begitu berjasanya?

Ya, karena dengan kamera premium jadulbikinan Jerman ini Inen mengabadikan momen demi momen pelaksanaan KAA yang diselenggarakan pada 18-24 April 1955 di Bandung. Tentu, Inen tidak sendirian. Ia bergabung bersama ratusan jurnalis dalam dan luar negeri yang meliput jalannya konferensi.

Waktu itu, Inen baru akan menginjak usia 18 tahun. Ia fotografer lepas yang ditugaskan Departemen Penerangan untuk memotret kegiatan para delegasi tamu dari dua benua ini. "Saat itu ada pembentukan panitia, saya diundang. Kebetulan menguasai fotografi, (selain) juga karena hanya sedikit waktu itu orang yang menguasai fotografi. Terlebih, (ketika itu) tustel juga susah. Saat memotret paling sedikit harus menyediakan 10 roll film agar merasa tenang, tapi kalo acaranya sampai malam harus lebih dari itu," ujar Inen seperti dikutip ayobandung[dot]com.

Inen Rusnan, saksi hidup fotografer KAA 1955. Foto dan profil Inen Rusnan dipamerkan di Museum KAA, Bandung. (Foto: Repro Museum KAA)
Inen Rusnan, saksi hidup fotografer KAA 1955. Foto dan profil Inen Rusnan dipamerkan di Museum KAA, Bandung. (Foto: Repro Museum KAA)
Inen lahir di Sumedang, 28 Agustus 1937. Jalan hidupnya yang menggeluti pekerjaan fotografi bermula ketika diperbantukan oleh James A.S Adiwijaya, sang juragan usaha fotografi dengan bendera James Photo Press sekaligus penyuplai foto untuk media massa. Awalnya Inen bekerja di 'kamar gelap' alias ruang cuci cetak klise foto. Oleh James, Inen bahkan diangkat anak. 

Kini, kamera Leica seri IIIf - yang dibeli Inen di Toko Dragon, Jalan Braga pada 1952 - tersimpan apik di Museum KAA, Bandung. Selain kamera, ada juga Enlarger Set milik Inen yang disimpan dan dipamerkan di Museum KAA. 

Enlarger adalah sebuah proyektor khusus untuk mencetak foto hitam putih secara manual. Sama seperti kameranya, Inen membeli Enlarger di toko dan tahun yang sama.

Waktu itu, karena usianya yang masih belasan tahun, Inen termasuk sosok peliput KAA yang paling muda. Meski begitu, ia tetap penuh semangat bersaing dengan pewarta foto lain untuk mendapatkan angle foto terbaik.

Enlarger Set, proyektor khusus untuk mencetak foto hitam putih secara manual milik Inen Rusnan juga ada dipamerkan di Museum KAA, Bandung. (Foto: Gapey Sandy)
Enlarger Set, proyektor khusus untuk mencetak foto hitam putih secara manual milik Inen Rusnan juga ada dipamerkan di Museum KAA, Bandung. (Foto: Gapey Sandy)
KAA 1955 dan Kerja Jurnalis

Selain Kamera LeicaIIIf dan Enlarger Set milik Inen, masih banyak pernak-pernik lain yang juga tersimpan dan dipamerkan di Museum KAA. Misalnya, mesin tik - ada yang merek Siemens, Remington -, camera recorder (camcorder) video, dan masih banyak lagi. Untuk piranti yang saya sebut ini, kegunaannya sudah sangat jelas yakni terkait kerja jurnalistik. Ya benar, alat-alat tadi pernah digunakan oleh para wartawan peliput KAA 1955.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun