Mohon tunggu...
Gapey Sandy
Gapey Sandy Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

Peraih BEST IN CITIZEN JOURNALISM 2015 AWARD dari KOMPASIANA ** Penggemar Nasi Pecel ** BLOG: gapeysandy.wordpress.com ** EMAIL: gapeysandy@gmail.com ** TWITTER: @Gaper_Fadli ** IG: r_fadli

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Dinda dan Nelly Blusukan Edukasi Kanker

20 Juni 2017   10:57 Diperbarui: 26 Juni 2017   19:07 1715
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nelly Fitriani sedang mengedukasi kanker. (Foto: Gapey Sandy)

Menurut Dr Alfiah, banyak orang yang menilai Kanker Payudara sekadar hanya penyakit kanker saja. "Padahal sebenarnya Kanker Payudara itu amat sangat kompleks, bahkan jenisnya saja ada sekitar 20-an. Tiap jenis harus menjalani terapi pengobatan yang berbeda-beda," ujarnya mengawali paparan. 

Saat ini, katanya lagi, Kanker Payudara sudah menjadi pembunuh nomor satu untuk penyakit keganasan pada perempuan. Secara statistik, setiap hari ada saja perempuan yang meninggal dunia akibat Kanker Payudara.

"Banyak yang bisa ditolong sebenarnya, tapi mereka datang ke dokter biasanya sudah dalam stadium yang parah. Mengapa demikian? Karena mereka tidak mengenal apa sih Kanker Payudara, apa saja gejala-gejala dan sebagainya. Beda dengan perempuan di luar negeri yang lebih sadar akan pentingnya melakukan pengecekan Mamografi utamanya bila sudah menginjak usia 40 tahun. Jadi, entah itu ditemukan benjolan atau tidak pada payudaranya, mereka sudah peduli untuk melakukan pengecekan medis secara rinci. Kalau ada benjolan di payudara pada usia perempuan dibawah 40 tahun, maka segera dilakukan tindakan medis yaitu USG. Dengan USG diharapkan dapat mengetahui kondisi payudara," urai Dr Alfiah yang kerap blusukan ke daerah-daerah bersama Dinda Nawangwulan untuk menyampaikan Edukasi Kanker Payudara.

Suasana Edukasi Kanker Payudara. (Foto: Gapey Sandy)
Suasana Edukasi Kanker Payudara. (Foto: Gapey Sandy)
Kanker Payudara sebenarnya bisa disembuhkan, kata Dr Alfiah, asal penderitanya datang dan memeriksakannya ke dokter lebih cepat. "Jangan sampai terjadi, apabila sudah ada ditemukan benjolan, tetapi pasien lebih memilih untuk melakukan pengobatan secara alternatif, akibatnya stadium Kanker Payudaranya semakin parah," tukasnya.

Apa yang harus dilakukan apabila ditemukan adanya kelainan pada payudara? "Jangan sampai menunggu ditemukan adanya benjolan pada payudara lalu baru memeriksakannya ke dokter. Bahkan, apabila bentuk puting itu sedikit tertarik, warnanya berubah, dan kulit di atasnya menjadi merah serta kasar, maka cepatlah segera memeriksakannya ke rumah sakit. Jadi jangan tunggu sampai ada benjolan, karena kalau datang ke dokter dalam kondisi sudah ada benjolan, maka itu artinya sudah lama kondisinya dibiarkan. Parahnya, kanker ini kalau sudah lama, maka punya kemampuan untuk "jalan-jalan" ke paru-paru, perut, tulang dan lainnya. Semua bisa dihindari kalau penderita bisa terbuka dan tidak mudah teriming-iming oleh pengobatan alternatif," urainya lagi.

Lalu, apa yang harus dilakukan bila ada kelainan di kulit payudara, di puting, apalagi sudah ditemukan adanya benjolan pada payudara? "Segera periksakan diri ke Puskesmas terdekat. Bila Puskesmas belum bisa menyelesaikan masalah, maka ajukan "naik banding" untuk segera dirujuk ke rumah sakit," seru Dr Alfiah.

Nelly Fitriani, survivor dan aktivis peduli kanker. (Foto: Gapey Sandy)
Nelly Fitriani, survivor dan aktivis peduli kanker. (Foto: Gapey Sandy)
 Kanker Kulit Melanoma

Acara Ramadan Berkah makin semarak dengan kehadiran Nelly Fitriani. Seorang survivor dan aktivis peduli Kanker, yang sejak April 2016 lalu diketahui menderita Kanker Kulit Melanoma.  

"Awalnya terkena Kanker Kulit adalah dari tahi lalat yang lama tidak begitu saya perhatikan, dan kemudian menjadi Kanker Kulit Ganas. Jadi pesan saya, jangan menyepelekan tahi lalat. Kalau ukurannya lebih dari setengah sentimeter saja harus diperhatikan serius. Kalau sudah merasa terganggu dengan tahi lalat kita bisa langsung ke Puskesmas terdekat, atau minta cek ke dokter di rumah sakit yang fasilitas laboratoriumnya lengkap. Pemeriksaan dokter ini penting untuk menyimpulkan apakah tahi lalatnya ini merupakan Kanker, atau aman tahi lalatnya," urai Nelly.

Sampai saat ini, Nelly sudah 4 kali menjalani radiasi kemoterapi. "Jangan telat seperti saya dalam memeriksakan tahi lalat. Akibatnya, sampai sekarang ini saya sudah menjalani 4 kali kemoterapi, dan masih menjalani masa recovery yang kadang-kadang sampai mengakibatkan mual dan muntah-muntah," ungkapnya.

Sebagai aktivis peduli Kanker, Nelly paham benar bagaimana memposisikan diri dalam menerima kenyataan atas suatu penyakit. "Mau sakit Kanker atau sakit apapun, kita jangan berpikiran untuk menyalahkan Allah atas penyakit yang "dianugerahkan". Kalau sampai muncul pikiran: "Waduh, kenapa Allah menimpakan penyakit ini kepada saya?", maka itu sama saja artinya kita menentang kehendak atau takdir Ilahi Robbi. Saya selalu bilang pada diri sendiri, penyakit ini adalah nikmat Allah, bukti Allah mencintai saya. Jadi, penyakit ini bukan saya anggap sebagai musibah," serunya penuh semangat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun