[caption caption="Tiket ke Kupang untuk mengikuti Kunjungan Kerja Presiden Jokowi (Foto: Gapey Sandy)"][/caption]Saya masih ingat ketika jamuan makan siang itu berlangsung. Ya, 100 Kompasianer diundang jamuan makan siang oleh Presiden Joko Widodo di Istana Negara, pada Sabtu, 12 Desember 2015. Sekaligus mengawali pelaksanaan hajat tahunan Kompasiana yang selalu ditunggu-tunggu, apalagi kalau bukan Kompasianival 2015. Sejatinya Presiden Joko Widodo yang dijadwalkan membuka ajang kopi darat Kompasianer terbesar di Indonesia itu. Sayangnya, karena berbagai alasan, rencana tak terwujud. Sebagai gantinya, Presiden Joko Widodo yang justru balik mengundang Kompasianer menyambangi Istana Negara.
Nah, pada saat terjallin komunikasi timbal balik itulah yang akhirnya menjadi anti klimaks bagi Kompasiana. Pasalnya, usulan salah seorang Kompasianer, Thamrin Dahlan, yang disampaikan langsung kepada Presiden Joko Widodo, memperoleh respon positif. Usulan tersebut tak lain adalah agar blogger, dalam hal ini Kompasianer, diberi kesempatan untuk meliput kunjungan kerja Presiden Joko Widodo. “Jangan hanya menyertakan wartawan-wartawan media mainstream saja. Mohon agar Kompasianer juga diberi kesempatan yang sama,” ujar Thamrin Dahlan.
Menyimak harapan tersebut, hampir tak ada yang menyangka, Presiden Joko Widodo ternyata meluluskan usulan tersebut. “Catat, dua Kompasianer ikut pada kunjungan kerja mendatang. Kita coba dulu dengan dua Kompasianer. Nanti kita lihat hasil dan perkembangannya,” tutur Presiden Joko Widodo sambil mengacungkan dua jari kepada Teten Masduki, Kepala Staf Kepresidenan.
Pucuk dicinta ulam tiba. Kompasianer bagai mendapatkan durian runtuh untuk tertantang melakukan reportase setiap kunjungan kerja kepresidenan. Sebuah keputusan yang tak pernah terbayangkan sebelumnya. Maklum, untuk urusan peliputan kepresidenan dan ‘ring satu’ seperti ini, pada masa sebelumnya, hampir tak pernah blogger dilirik untuk dilibatkan. Posisi blogger selalu terhegemoni jurnalis dari media mainstream. Sebuah terobosan Presiden Joko Widodo yang brilian dan hebat. Brilian karena saat ini, peran dan posisi blogger makin menunjukkan tajinya pada setiap aspek penulisan dan komunikasi publik. Hebat, karena tanpa susah payah mengantongi Kartu Pers terlebih dahulu, blogger, dalam hal ini Kompasianer diberi amanah sekaligus tantangan untuk turut serta melakukan reportase langsung kegiatan kunjungan kerja kepresidenan.
Begitulah awalnya. Selang 14 hari sesudah acara jamuan makan siang itu, apa yang disampaikan Presiden Joko Widodo pun terwujud. Dua Kompasianer, saya sendiri dan admin Kompasiana Iskandar Zulkarnaen (Mas Isjet) memperoleh kesempatan langka pertama, meliput kegiatan kunjungan kerja Presiden Joko Widodo beserta rombongan ke Kupang, Nusa Tenggara Timur. Sejumlah agenda kerja Presiden Joko Widodo telah tersusun, diantaranya menghadiri Perayaan Natal Bersama Tingkat Nasional 2015 di alun-alun rumah jabatan Gubernur NTT, pada Senin, 28 Desember 2015 pada pukul 14.00 - 15.30 wita. Turut dijadwalkan hadir pada acara bertema “Hidup Bersama Sebagai Keluarga Allah” ini adalah Ibu Negara Iriana Joko Widodo.
Kepergian melakukan reportase kunjungan kerja kepresidenan di Kupang, tidak instan begitu saja. Ada birokrasi keprotokoleran istana yang harus dijalani. Saya sendiri, kurang memahami bagaimana komunikasi intens nan apik antara “Istana dan Kompasiana”. Yang jelas, saya masih ingat bahwa telepon dari Mas Isjet pada Senin siang, 14 Desember 2015, menjadi awal dari proses keikutsertaan peliputan super spesial ini. Ya, satu hari sesudah Kompasianival 2015, saya menerima pemberitahuan dari Mas Isjet untuk sesegera mungkin mengirimkan pas foto, scan Kartu Keluarga, dan KTP melalui email. “Saya tunggu emailnya, Pak Gapey. Jangan sampai terlambat. Segera,” ujar Mas Isjet seperti terburu-buru. Bukan apa-apa. Waktu telepon itu saya terima, saya sedang berkendara di kawasan Kota Tangerang, usai mengantarkan kepulangan dua Kompasianer sahabat saya, Agung Soni (Bali) dan Hilman Fajrian (Balikpapan) melalui Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten.
Luar biasa memang admin Kompasiana, dalam hal ini Mas Isjet, seperti tak kenal lelah, baru dua hari nonstop menggeber Kompasianival (12 - 13 Desember), esoknya langsung tancap gas melakukan lobbying dengan protokoler kepresidenan. Makanya saya pun maklum, ketika mendengar nada letih pada suara Mas Isjet di ujung telepon. Heheheheeee … mungkin dia lelah.
Setiba di rumah, email saya kirim ke Mas Isjet. Semua persyaratan lengkap. Meskipun, tetap saja, pada saat itu saya masih belum paham juga, email tersebut untuk memenuhi persyaratan apa. “Belum bisa dipastikan informasinya Pak Gapey. Kita berharap yang terbaik saja. Nama Pak Gapey saya daftarkan tapi jangan dulu banyak berharap apa-apa. Kita berusaha yang terbaik,” jelas Mas Isjet. Hmmmmm … sebuah penjelasan yang belum menjelaskan. Hahahaaa … Saking tidak jelasnya, saya sempat berseloroh, “Waaahh, ini pendaftaran untuk diberangkatkan umroh ya?” Mas Isjet menampik seraya tertawa. “Ini untuk meneruskan usulan agar Kompasianer ada yang diikutsertakan pada kunjungan kerja Presiden Joko Widodo. Tapi, sekali lagi, kita belum bisa memastikan apa-apa lebih dahulu ya, Pak Gapey,” jawab Mas Isjet lagi. Saya pun termangu menyimaknya.
Setelah komunikasi itu, beberapa hari kedepan nyaris tidak ada kabar apa-apa. Saya sempat berpikir, mungkin rencana itu tertunda. Atau, batal sama sekali. Tapi apa yang terjadi kemudian? pada Kamis, 17 Desember 2015, saya menerima telepon dari seorang perempuan bernama April. Ia mengaku dari bagian tim Asistensi Istana. Telepon dari April menyemburatkan asa kembali untuk dapat ikut melakukan reportase pada kunjungan kerja Presiden Joko Widodo. Maklum, April meminta jawaban dari saya, soal kesediaan waktu ikut serta dalam rombongan media peliput kunjungan kerja kepresidenan. Sudah pasti, jawaban saya adalah “Ya. Siap!” April pun menambah informasi bahwa kegiatan tersebut akan dilaksanakan pada 26 — 28 Desember 2015. Untuk lokasi dan informasi detilnya, April belum dapat menjelaskan lebih jauh.
Usai komunikasi dengan April. Saya langsung melakukan kontak dengan Mas Isjet yang ternyata juga memberitahukan hal yang sama tentang rencana tersebut.
Hari berikutnya, suasana libur akhir tahun semakin menjelang. Utamanya pada dua tanggal merah demi memperingati Maulid Nabi Muhammad saw (24 Desember) dan Natal (25 Desember).
April kembali menghubungi saya. Kali ini komunikasi makin terbuka melalui fitur WhatsApp! Pada Kamis, 24 Desember itu, ia mengirim pesan yang intinya meminta alamat email saya untuk mengirimkan konfirmasi tiket pesawat. Mak deggg rasanya hati. Penantian itu terwujud. Tiket pesawat Garuda Indonesia dengan nomor penerbangan GA448 tujuan Kupang, pada Sabtu, 26 Desember 2015 pada pukul 15.25 wib akhirnya saya terima. Ternyata, tiket serupa diterima juga oleh Mas Isjet. Positif, kita berdua berangkat guna meliput kegiatan kunjungan kerja Presiden Joko Widodo ke Kupang.
Hanya saja, keikutsertaan Kompasiana dalam kunjungan kerja Presiden Joko Widodo tak sesuai rencana semula. Lho? Ya, kalau sejak awal kami berdua digadang-gadang bisa ikut melakukan reportase sejak dari Solo dan berlanjut ke Kupang, ternyata kenyataannya tidak begitu adanya. Penerbangan dari Jakarta ke Solo ternyata super padat. Tiket pesawat sulit diperoleh. Itulah alasan mengapa protokoler Istana menyarankan kami berdua langsung saja menuju ke Kupang. Hilanglah kesempatan emas kami untuk mengikuti kegiatan Presiden Joko Widodo sejak dari Solo. Padahal, kalau boleh dikasih tahu, justru sejak dari Solo itulah Pesawat Kepresidenan yang berwarna biru muda dengan strip panjang bendera Merah Putih itu diberangkatkan. Pesawat berlambang Burung Garuda dengan tulisan Republik Indonesia ini membawa Presiden Joko Widodo beserta rombongan menuju ke lokasi sejumlah kegiatan di NTT ini.
Sekadar informasi, pada Minggu, 27 Desember 2015 ini, rombongan kepresidenan akan langsung menuju Bandar Udara Komodo Labuan Bajo di Kabupaten Manggarai, NTT, untuk meresmikan terminal penumpang. Lalu dilanjutkan dengan peninjauan proyek Pembangkit Listrik Tenaga Surya 5MW di Desa Oelpuah Kecamatan Kupang Tengah, Kabupaten Kupang.
Sebelumnya, penerbangan kami berdua menuju Kupang tak dinyana harus transit dahulu ke Surbaya. Pesawat mendarat di Bandar Udara Internasional Juanda, Surabaya, pada jam 18.02 wib. Transit tanpa berganti pesawat ini ternyata lebih lama dari jadwal yang dialokasikan semula yakni 20 menit. Karena nyatanya, pesawat kembali mengudara menuju Bandar Udara El Tari, Kupang, pada 18.40 wib. Akibatnya, kami tiba di Kupang agak meleset dari jadwal alias lebih lambat yang semula dijadwalkan atau 21.10 wita.
Tiba di bandara, kami sudah dijemput staf Biro Pers Protokoler yang bertugas. Di Bandara El Tari, genangan air dimana-mana. Hujan deras rupanya baru saja mengguyur. Suara Katak Bangkong seolah menyambut kedatangan kami di bandara. Nadanya melulu hanya ‘Kang, Kong, Kang, Kong’. Sementara di langit sana, bulan bundar bercahaya terselimut awan tipis. Kami diantar menuju Hotel Sotis, sekitar 15 menit dari bandara. Hotel Sotis berada di Jalan Timor Raya KM 3, Pasir Panjang, Kota Lama Kupang, NTT. Hotel ini menjadi tempat menghabiskan malam minggu perdana di Kupang.
Saat tulisan ini siap diunggah ke Kompasiana, kami sudah bersiap menyaksikan gladi resik acara Natal Nasional 2015, dan menyambut kehadiran Presiden Joko Widodo beserta rombongan di Bandar Udara El Tari Kupang. Selamat datang … Selamat Bertugas … di kota berjuluk ‘Kota Kasih’ dan ‘Kota Karang’ yang terkenal dengan alat musik berdawai, Sasando ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H