Mohon tunggu...
Gapey Sandy
Gapey Sandy Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

Peraih BEST IN CITIZEN JOURNALISM 2015 AWARD dari KOMPASIANA ** Penggemar Nasi Pecel ** BLOG: gapeysandy.wordpress.com ** EMAIL: gapeysandy@gmail.com ** TWITTER: @Gaper_Fadli ** IG: r_fadli

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

Indahnya Serangan Lutut Terbang [Reportase #1]

25 Maret 2015   12:55 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:03 7141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_405214" align="aligncenter" width="510" caption="Beginilah indahnya serangan lutut terbang (flying knee atau Kao Loi) dalam beladiri Muay Thai yang diperagakan Toni Haryanto. (Foto: Gapey Sandy)"][/caption]

Usianya masih muda, 33 tahun. Perawakannya sedang, tidak terlalu tinggi. Badan, tangan dan kakinya kekar. Membuktikan olah fisik rutinnya. Dialah Toni Haryanto, pemilik sekaligus pelatih olahraga beladiri camp Muay Thai “Bangrajan” yang beralamat di Pamulang Permai I Blok B17 No.29, Kota Tangerang Selatan. Pembawaannya ramah ketika Toni menerima kunjungan penulis, Selasa pagi, 24 Maret 2015.

Ya, berbekal rasa ingin tahu, penulis menyambangi gym atau camp Muay Thai yang lokasinya menghadap Jalur Pipa Gas dan tak jauh dari bunderan Pamulang. “Olahraga beladiri Muay Thai berasal dari Thailand. Sedangkan “Bangrajan”, merupakan nama satu wilayah di Siam (kini Thailand – red) yang pada 1767 lampau terkenal dengan keheroikannya mempertahankan kemerdekaan dan menundukkan agresi laskar Burma,” jelas Toni.

Memasuki sasana “Bangrajan”, kita akan menemukan papan nama besar menggunakan huruf  seperti aksara Thai. Aksara yang bentuk hurufnya mirip aksara Jawa Modern. Camp ini sebenarnya adalah rumah milik salah seorang member di sebuah sasana Muay Thai yang sempat dilatih Toni. Sesama penggemar Muay Thai, keduanya bersepakat membuka camp. Toni didapuk sebagai pelatihnya. Sejurus kemudian, keduanya melakukan perombakan fisik pada bagian depan, tengah, dan belakang rumah. Kini, ketika melangkah masuk ke teras sasana, terpampang foto-foto berukuran besar dari sejumlah atlet Muay Thai ternama dunia. Memasuki ruang depan, terdapat meja administrasi. Ruangnya sengaja dibuat lapang beralaskan karpet abu-abu.

[caption id="attachment_405215" align="aligncenter" width="567" caption="Toni Haryanto memperagakan serangan menggunakan siku (elbow) dalam Muay Thai. (Foto: Gapey Sandy)"]

14272617561389984074
14272617561389984074
[/caption]

[caption id="attachment_405216" align="aligncenter" width="567" caption="Toni Haryanto memperagakan tendangan dengan mengandalkan senjata tulang kering pada seni beladiri delapan tungkai Muay Thai. (Foto: Gapey Sandy)"]

14272618141471569399
14272618141471569399
[/caption]

Di ruang tengah dan belakang, menjadi pusat latihan Muay Thai. Di sayap kiri tergantung empat samsak hitam. Tiga samsak berukuran memanjang, dan satu samsak berbentuk bulat. Ada juga tali gantung berwarna coklat untuk latihan kombinasi push up. Terdapat atap terbuka untuk sirkulasi udara.

Dinding pada sayap kanan tertutup cermin lebar dan memanjang. Sengaja dipasang untuk memberikan kesan lapang, sekaligus arah menghadap ketika para murid Muay Thai berlatih variasi jurus, dan skipping. Matras luas berwarna hitam dengan tebal 1,5 cm, menjadikan lokasi tengah pas untuk persiapan dan pemanasan sebelum memulai aksi bak bik buk.

“Saya mulai membuka camp “Bangrajan” ini pada 26 Juni 2013. Sebenarnya tidak hanya Muay Thai saja, tapi Kick Boxing pun juga kami ajarkan,” kata Toni.

[caption id="attachment_405218" align="aligncenter" width="567" caption="Teknik blocking atau bertahan dari serangan lawan diperagakan Toni Haryanto. (Foto: Gapey Sandy)"]

14272618611563183066
14272618611563183066
[/caption]

[caption id="attachment_405219" align="aligncenter" width="567" caption="Tendangan dengan mengandalkan tulang kering dan harus mampu menjatuhkan lawan, diperagakan Toni Haryanto. (Foto: Gapey Sandy)"]

14272619161443398086
14272619161443398086
[/caption]

Pada sisi ruangan paling belakang, terdapat ring. Tidak dalam bentuk panggung. Tapi sejajar dengan matras hitam di ruang tengah, meskipun kanvasnya agak sedikit lebih tinggi. Ring untuk berlatih sparring partner ini berukuran 3,5 m x 3,5 m. Kecil untuk ukuran standar, tapi cukup untuk dua murid berlaga mempraktikkan jurus demi jurus. “Ring yang standar itu 6 m x 6 m. Karena luas ruangan di rumah ini terbatas, sasana kami baru memiliki ring ukuran setengah dari standar. Tapi, rasanya itu sudah lebih dari cukup,” tutur Toni.

Pada dinding di salah satu sisi ring terdapat atribut logo “Bangrajan”. Gambarnya kepala kerbau dengan kedua tanduk memanjang, berlatarbelakang menara kuil, dan tiga warna bendera Thailand, biru, putih, dan merah. Agak lebih tinggi dari atribut “Bangrajan” terpajang sabuk hitam juara tinju dengan lingkaran logam berwarna keemasan. Rapi, sabuk juara tinju ini terbingkai kaca. “Sabuk juara tinju itu milik saya sewaktu meraih Juara Nasional untuk Kelas Bantam dengan bobot 53,5 kg dari Komisi Tinju Indonesia tahun 2005,” papar Toni.

Sabuk juara tinju nasional membuktikan, Toni memang sosok atlet olahraga beladiri sejati. Lantas, apa alasannya beralih dari tinju yang sudah enam tahun digeluti sejak 2001 ke Muay Thai? “Karena belakangan, olahraga tinju makin down banget. Terutama, sejak salah seorang promotor besar Aseng Sugiarto wafat. Dulu, karena suka dengan tinju, Aseng siap buang duit buat petinju. Artinya, kebutuhan petinju terpenuhi. Kita terima bayaran gede. Main delapan ronde, dibayar Rp 4 juta sampai Rp 5 juta. Kalau sekarang, cuma dibayar Rp 1,5 juta. Beda dengan promotor berikutnya yang cenderung cari duit dari tinju, jadi hancur prospek tinju ini,” miris Toni.

[caption id="attachment_405220" align="aligncenter" width="567" caption="Sebagian murid sasana Bangrajan Kick Boxing & Muay Thai yang beralamat di Perumahan Pamulang Permai I, Kota Tangerang Selatan. (Foto: Dok. Bangrajan)"]

14272619781923615714
14272619781923615714
[/caption]

[caption id="attachment_405221" align="aligncenter" width="567" caption="Seorang murid perempuan yang berasal dari Jerman berpose bersama sebagian murid Bangrajan Muay Thai. (Foto: Dok. Bangrajan)"]

142726204089871328
142726204089871328
[/caption]

Faktor ekonomi memang menjadi salah satu alasan Toni untuk beralih dari atlet tinju menjadi pelatih Muay Thai. “Kalau jadi pelatih Muay Thai, kita dapat memiliki pemasukan tersendiri karena ada murid yang belajar dan mereka bayar. Sedangkan kalau kita jadi atlet tinju, kita selalu saja menunggu, kapan kita tanding untuk kemudian baru menerima duit,” jujur Toni yang sejak 2009 mulai melatih Muay Thai di Muay Thai Kick Boxing (MKBC) - Bintaro, dan kemudian pindah melatih di Golden Camp Muay Thai - Gading Serpong selama tiga tahun.

Kata Toni, ada beberapa alasan mengapa Muay Thai semakin naik daun. Pertama, untuk kesehatan. Artinya, kalau kita olahraga maka kita akan memiliki tubuh yang sehat. Kedua, untuk self defence atau proteksi diri. Ketiga, biasanya untuk kalangan perempuan, Muay Thai ini cocok sekali dilakukan dengan maksud menurunkan berat badan, pembakar lemak, fat burning. Keempat, lebih fun dengan variasi serangan tangan, siku, lutut dan kaki beragam. “Misalnya, variasi pukulan elbow (siku). Ada elbow biasa, upper cut elbow dan back elbow. Begitu juga variasi knee (lutut). Ada straight knee dan side knee. Belum lagi dengan variasi tendangan, ada low kick, high kick dan tendangan memutar. Semua variasi ini beda dengan tinju. Kalau tinju cuma tangan, dengan empat pukulan. Ada hook, upper cut, jab dan straight, tinggal bagaimana memadukan itu semua,” paparnya.

Muay Thai, lanjut Toni, lazim disebut seni beladiri delapan tungkai. Lantaran tekniknya mempergunakan pukulan dua tangan, pukulan dua siku, serangan dua lutut, dan tendangan dua kaki, utamanya menggunakan tulang kering (shankbone atau tibia). Kenapa tulang kering? Karena rupanya Muay Thai memiliki prinsip bahwa, sebuah tendangan sejatinya menghantarkan seluruh berat badan kepada lawan. Artinya, sekali tendang, sedapat mungkin berhasil menjatuhkan lawan. “Faktanya memang, pada tubuh kita terdapat sembilan senjata bela diri. Selain delapan tungkai tadi, satu lagi senjatanya adalah kepala. Tapi dalam Muay Thai, kita dilarang menyerang dengan kepala,” jelas bapak dari seorang putri berusia delapan bulan ini.

[caption id="attachment_405222" align="aligncenter" width="527" caption="Sebagian murid sasana Bangrajan, yang paling muda masih duduk di bangku kelas 3 Sekolah Dasar, dan paling tua berusia 60 tahun. (Foto: Dok. Bangrajan)"]

14272622461470736069
14272622461470736069
[/caption]

[caption id="attachment_405223" align="aligncenter" width="567" caption="Melakukan sit up dengan berkalung kaki pada samsak. (Foto: Gapey Sandy)"]

14272623062036171540
14272623062036171540
[/caption]

Sebagai trainer Muay Thai, Toni menampik pendapat yang menuding bahwa atlet-atlet Muay Thai melupakan seni beladiri asli bangsa Indonesia. Bukan bermaksud membandingkan, tapi Karate berasal dari Jepang, sementara Tae Kwon Do dari Korea. “Awal mula Muay Thai di Thailand itu berasal dari seni beladiri tradisional kuno yang diberi nama Muay Boran. Pada saat bertanding, masing-masing petarung menggunakan lilitan tali di tangan, bukan glove atau bantalan sarung tangan seperti saat ini. Hampir mirip dengan Pencak Silat asli Indonesia. Hanya saja, Muay Boran berhasil dikemas sebagai tontonan menarik dan berprospek komersial. Jadi, bukan berarti kami yang berlatih Muay Thai ini begitu saja melupakan seni beladiri kebanggaan negeri sendiri, seperti Pencak Silat,” kilah Toni.

Hingga kini, murid camp “Bangrajan” mencapai sekitar 70 orang lelaki dan perempuan. “Rentang usianya, yang paling muda masih duduk di bangku Sekolah Dasar kelas tiga, dan murid tertua berusia 60 tahun. Seperti yang disampaikan para murid. Mereka merasakan tubuh menjadi fit dan bugar manakala berlatih Muay Thai. Selain itu, menjadi self defence. Pernah ada murid yang menghadapi keadaan mendesak di lapangan, sehingga akhirnya jurus-jurus Muay Thai terpaksa dimainkan. Sedangkan manfaat lain adalah, lebih mendisiplinkan diri menjaga kesehatan tubuh, dan memunculkan sikap sportifitas tinggi,” urai Toni yang menjamin tidak akan ada muridnya yang berlagak sok jago berkelahi di luaran. “Karena, setiap Selasa dan Jumat, kami selalu adakan sparring session. Dari sini, mereka akan memahami bagaimana berantem dan sportifitas. Sehingga, kalau ada murid yang merasa sok jagoan di jalanan, ya silakan cobain bertanding yang semestinya di atas ring ini,” jelasnya sembari tersenyum.

Selama mengajarkan Muay Thai, Toni membagi kriteria muridnya menjadi tiga kategori. “Tidak seperti beladiri lain yang memiliki tingkatan bersimbolkan sabuk, seperti putih, kuning, hijau, merah, hitam dan sebagainya, Muay Thai hanya terbagi dalam tiga kriteria yaitu beginner, intermediate, dan advance. Semua kriteria ini tergantung dari penilaian sang trainer. Ketika seorang murid baru latihan, kita kategorikan beginner, dan kita ajarkan jurus-jurusnya dulu. Setiap kali pertemuan itu kita ajarkan empat sampai lima jurus yaitu jab, straight, elbow, knee dan middle. Pertemuan berikutnya, kita ajarkan upper cut dan hook. Nanti pertemuan selanjutnya belajar side knee, begitu seterusnya. Dalamtempo satu bulan sudah bisa meski belum lancar. Tinggal murid memperlancar pada pertemuan berikutnya yakni paket penguasaan,” urai Toni menjelaskan fase beginner.

[caption id="attachment_405224" align="aligncenter" width="393" caption="Toni Haryanto, banting setir dari atlet tinju profesional menjadi pelatih Kick Boxing & Muay Thai. (Foto: Gapey Sandy)"]

1427262367683333151
1427262367683333151
[/caption]

[caption id="attachment_405225" align="aligncenter" width="567" caption="Tendangan tinggi diperagakan seorang murid putri Sasana Bangrajan. (Foto: Dok. Bangrajan)"]

14272624211667185061
14272624211667185061
[/caption]

Untuk kriteria intermediate, lanjut Toni, murid Muay Thai akan intens memperlancar dan menguasai gerakan jurus. “Termasuk, mempelajari teknik blocking yaitu bertahan dari serangan lawan. Kalau semua sudah dikuasai, sang murid akan masuk kriteria berikutnya yakni advance. Pada fase terakhir ini, murid belajar bagaimana menyerang sekaligus bertahan, sampai akhirnya trainer memutuskan siap menurunkannya pada laga latih tanding (sparring) di atas ring,” jelas Toni yang mengaku kini mengalami kerusakan pada retina mata sebelah kiri. “Saya mulai memasuki dunia tinju sejak lulus SMA, hingga akhirnya berhasil menjadi juara nasional. Rusaknya retina sebelah kiri ini, saya anggap sebagai peringatan dari Tuhan Yang Esa, bahwasanya saya sudah tidak direstui turun gelanggang lagi. Kerusakan ini ya tentu efek selama bertanding, ada pukulan lawan yang masuk ke arah muka dan mata”.

Prestasi sejumlah murid “Bangrajan” lumayan moncer. Sebut saja misalnya, seorang murid yang berhasil keluar sebagai juara tinju untuk kelas 61,8 kg pada turnamen Bulungan Boxing Cup yang digelar di Gelanggang Olahraga Remaja (GOR) Bulungan, Jakarta Selatan, baru-baru ini. “Kita juga mengikuti pertandingan antar member. Untuk Muay Thai, memang kita masih amatir. Tapi, ketika melakukan pertandingan persahabatan antar camp tandang maupun kandang, sejumlah murid berhasil jadi juara,” bangga Toni sembari menjelaskan rencana untuk mengirim beberapa murid ke ajang Zinc 360° Muay Thai Kick Competition, pada Minggu 10 Mei 2015 di Plaza Selatan Senayan Jakarta.

Di sisi lain, Toni menjelaskan, ada tiga larangan ketika berlaga di atas ring. Pertama, tidak boleh menendang atau tendangan push ke arah kemaluan lawan. Kedua, tidak boleh menendang dan memukul ke arah kepala bagian belakang. Dan ketiga, ketika lawan sudah jatuh, tidak boleh ditendang, dipukul, atau tetap diserang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun