Perjalanan hidup saya yang cukup panjang hingga saat ini menjelang dekade ke - 7, saya rasa ada manfaat bagi orang lain, bilamana saya berbagi pengalaman hidup, khususnya dalam upaya mengendalikan gangguan penyakit yang selalu mengikuti saya selama separuh dari usia saya, yaitu. Saya 'memelihara' hipertensi, (yang oleh Dokter disebut termasuk 'hipertensi essensiil') yang telah menghuni tubuh saya lebih 35 tahun dan Diabetes Melitus type 2, atau dikenal dengan kencing manis akibat kadar gula darah tinggi, yang tidak tergantung insulin. Boleh dikatakan, saya cukup berhasil dalam 'bersahabat' dengan kedua penyakit ini, karena terbukti sampai saat ini, setelah 34 tahun 'hidup berdampingan secara damai' dengan DM (diabetes mellitus), tidak terjadi hal-hal yang fatal yang merugikan hidup saya, misalnya : kerusakan pada ginjal (nefropaty), gangguan pada saraf (neuropaty), kerusakan mata (retinopaty) ataupun gangrene pada kaki, yang dapat berlanjut dengan keharusan amputasi kaki. Hipertensi yang 'ngendon" selama 35 tahun dengan fungsi jantung yang disertai detak jantung terlalu cepat / aritmia, serta adanya arterosklerosis / penyempitan pembuluh arteri jantung, tidak sampai terjadi serangan jantung yang fatal yang berujung pada gagal jantung. Saya dapat beraktifitas secara normal, dan menikmati hidup dengan nyaman, tanpa gangguan yang berarti. Memang 17 tahun yang lalu saya pernah mengalami STROKE/cardiovascular attack/CVA (iskemik/penyempitan pembuluh darah di otak) yang berakibat separuh tubuh sebelah kanan lumpuh, tetapi dengan penanganan medis yang cepat dan tepat, secara berangsur dapat pulih 99 %. Stroke merupakan akibat berbagai faktor kondisi fisik maupun psikis yang terganggu, jadi bukan hanya karena DM ( saat Stroke itu, kadar gula darah saya dalam kondisi normal) dan hipertensi saja ( saat stroke tekanan darah 160/100 Hg ).
Tentang mengendalikan Hipertensi dan Diabetes Melitus (DM), berikut catatan penting yang saya sarikan dari pengalaman saya selama 35 tahun itu :
1. Prinsip dasar pengendalian Hipertensi dan DM:
Ketika pertama kali terdeteksi DM dengan kadar gula darah puasa 288 mg/dl, dan 2 jam pp 388 mg/dl, dengan gejala penglihatan yang kabur, berat badan saya 70 kg atau Index Massa Tubuh (IMT) 26,34, yang berarti kelebihan berat badan, karena melampaui angka maksimal normal IMT, yaitu 24. Saya konsultasi ke Dokter Spesialis Penyakit dalam yang juga Konsultan Endokrin, dan langsung diharuskan rawat inap di rumah sakit. Satu nasehat Dokter yang saya ingat sampai saat ini, dan itu menjadi pegangan saya dalam menghadapi DM adalah : Gangguan DM ini tidak dapat disembuhkan, tetapi harus dikendalikan sampai batas normal, dan satu-satunya cara adalah dengan 'mengubah gaya hidup' dari yang biasa saya lakukan selama ini, dengan "gaya hidup yang sehat', dibantu dengan obat bila diperlukan. Gaya hidup sehat adalah merupakan 'satu paket' kebiasaan hidup sehat, yaitu: pertama, mengatur pola makan yang sehat dengan pola konsumsi berdasar 3 j, yaitu jenis makanan, jumlah kalori yang sesuai kebutuhan tubuh, dan jadwal makan yang teratur. kedua, aktivitas fisik atau olahraga yang rutin, teratur dan terukur, ketiga, kontrol kadar gula darah dengan pemeriksaan laboratories, konsultasi Dokter, konsumsi obat yang rutin, periksa fungsi organ tubuh vital secara berkala : fungsi ginjal, hati, lemak darah dan mata. Pesan yang hampir sama juga saya dapat dari Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh darah (Sp. JP) yang saya konsultasikan untuk hipertensi, terutama disyaratkan untuk setiap hari minimal jalan kaki dengan kecepatan sedang / tergesa-gesa selama 30 menit
2. Pola makan sehat,
Saya 'belajar' menerapkan pola makan sehat dengan menginap selama 20 hari di Rumah sakit, yaitu dengan pemilihan bahan yang tepat untuk diabetisi, jumlah kalori yang terukur dan proporsi yang tepat, yaitu yang terlihat adalah jumlah nasi (karbohidrat) kira2 1 mangkok kecil/100 gram, ada daging sepotong dan sayuran dalam jumlah yang banyak. Perut terasa kenyang, dan dengan adanya snack atau buah yang diberikan diantara jadwal makan utama antara jam 10, jam 16, dan menjelang tidur malam jam 21, maka perut selalu kenyang sepanjang waktu. Tanpa makanan sela itu maka akan mengalami 'hipoglikemia' yang gejalanya : lemas, keringat dingin, karena kadar gula merosot tajam, sampai dibawah 60 mg/dl, yang bila berlanjut dapat berakibat pingsan. Hipoglikemia ini kadang-kadang saya alami hingga sekarang, bilamana 'lupa' mengkonsumsi 'makanan antara', baik yang jam 10 pagi atau jam 16.00. Mengatasinya, segera minum air yang mengandung gula murni/sirup, kemudian disusul dengan makanan padat yang berkarbohidrat : nasi, roti.
Pola makan demikian, ternyata bagi saya ampuh untuk menurunkan berat badan, yang semula 70 kg.dengan IMT 26,4, ternyata setiap bulan turun antar 2-3 kg, sehingga Index Masa Tubuh saya telah mencapai batas normal yaitu 23, dalam waktu 5 bulan. Kondisi ini tetap terjaga sampai hari ini, setelah 34 tahun. Salah satu kebiasaan saya adalah dipiring nasi saya harus ada sayur yang cukup, padahal tidak selalu demikian menu yang dimasak dirumah setiap hari. Karena saya punya kebiasaan tidak pernah menyoal menu harian yang ada, saya mengakali dengan selalu menyiapkan sendiri 'salad sayur atau buah' yang selalu siap saji dan saya simpan di lemari pendingin. Inilah resep salad saya : berbagai sayur yang bisa didapat seperti: wortel disisir/parut kasar/diiris tipis, tomat atau sayuran beku yang biasa ada di supermarket (potongan buncis,wortel, pipilan jagung manis), daun selada, timun, kemangi, atau sayur atau buah apapun, potong kecil sesuai selera, dicampur. 'Dressing' atau 'bumbu salad' saya buat yang bebas lemak : yaitu minyak zaitun, air lemon / jeruk nipis, sedikit lada hitam, saus tomat dan saus sambal botol dengan kwalitas yang baik secukupnya, kemudian aduk rata dalam sayur/buah, simpan di kulkas, dan siap untuk mendampingi setiap kali makan. Juga untuk makanan sela, selain buah pada siang hari, maka sore hari saya isi makanan sela dengan roti lapis : 2 iris roti tawar, didalamnya diisi salad ini, atau isi diganti saus tomat dan saus sambal ditambah daun kemangi lalu dipanggang sebentar di panggangan sandwich, maka ini menjadi penopang yang lezat agar tidak terjadi hipoglikemik.
3. Olahraga / aktivitas fisik.
Olahraga /aktivitas fisik yang rutin dan teratur setiap hari, merupakan 'satu paket' dengan pola hidup sehat, karena olahraga diperlukan untuk melatih setiap organ tubuh vital (jantung, paru-paru, dan metabolisme tubuh keseluruhan) tidak hanya dapat berfungsi normal dan baik, tetapi juga dapat berfungsi maksimal saat diperlukan. Dengan olahraga, otot jantung dilatih untuk memompa darah lebih cepat dan keras dari biasanya, agar otot itu menjadi lebih kuat, sehingga ketika menghadapi kondisi mendadak: terkejut, stress dan lainnya yang mengharuskan jantung mendadak harus berdetak cepat, maka tidak terjadi kegagalan jantung untuk mengalirkan darah dan oxygen keseluruh tubuh karena lemahnya otot dalam memompa jantung. Olahraga juga mengikis lemak berlebih akibat kalori yang kita makan berlebih dan menumpuk menjadi lemak dan berat badan berlebih. Dengan terkikisnya lemak berlebih maka bahaya tersumbatnya pembuluh ke jantung yang berkibat serangan jantung/cardiac arrest, atau pembuluh darah ke otak yang berakibat stroke / cardiovascular attack. Kondisi ini juga akan menormalkan kadar gula darah, karena olahraga memperbaiki metabolisme tubuh dan antara lain juga menjadikan insulin lebih sensitif. Saya menjadikan olahraga sebagai kegiatan rutin harian, dan memilih jenis olahraga yang saya senangi, minim biaya dan resiko cedera, yaitu antara ¾ - 1 jam : jalan kaki cepat, jogging dan senam tera / pernafasan, dan sesekali diselingi hari-hari tertentu dengan bersepeda selama 1 jam, dengan mengingat kondisi tubuh. Bilamana cuaca diluar buruk, maka saya ganti dengan olahraga 'indoor' yaitu dengan alat yang tersedia : rowing.
4. Konsultasi Dokter, Periksa laboratorium dan Obat
'Paket' pola hidup sehat yang ke 3 dan tidak pernah saya tinggalkan adalah Konsultasi rutin ke Dokter Spesialis Jantung untuk Hipertensi, periksa Laboratorium Diagnostik untuk memeriksa berbagai fugsi organ vital kita : Jantung, pembuluh darah ( dengan EKG ), fungsi ginjal (ureum, kreatinin, asam urat). fungsi hati (SGOT,SGPT) dan lemak (Kolesterol Total, HDL, LDL, Trigliserida). Pengendalian hipertensi (esensiil) ditambah dengan gangguan ritme jantung (detak jantung terlalu cepat) dan arterosklerosis (penyempitan pembuluh darah arteri jantung ) yang saya derita, memang agak menyulitkan untuk menormalkan pengendalian dengan rangkaian obat yang tepat. Tetapi dengan rutin konsultasi dan pemeriksaan serta pengobatan yang tepat, arterosklerosis dapat teratasi setelah 8 tahun (1995-2003), ritme jantung terkendali sampai batas normal, sedang pengendalian hipertensi sampai batas normal harus terus dibantu dengan serangkaian obat, sampai hari ini. Pemantauan tekanan darah saya deteksi sendiri dengan alat pengukur tekanan darah konvensionil yang berbasis air raksa, karena pernah saya coba dengan alat yang portable digital, ternyata lebih sering tidak akurat, walaupun dengan baterai yang baru. Hasil pantauan pagi, siang sore dan malam, saya catat setiap hari, kemudian saya laporkan Dokter setiap kali konsultasi. Sedangkan untuk Diabetes, sudah lebih dari 10 tahun terakhir saya sudah tidak lagi konsultasi ke Dokter spesialis Penyakit dalam/Konsultan Endokrin, tetapi selalu saya kontrol sendiri dengan alat deteksi portable digital untuk mengetahui tingkat kadar gula darah setiap saat diperlukan, dan dibantu obat generik (glibenclamide) seharga Rp. 100,-- sehari sekali. Kemudian 3 bulan sekali saya kontrol dengan pemeriksaan Laboratorium untuk gula darah (puasa dan 2 jam p.p), fungsi ginjal, fungsi hati dan lemak. Setahun sekali saya cek kadar Hb A1c, yang sangat berguna untuk diabetisi yang telah menahun, untuk mengetahui tingkat resiko timbulnya faktor penyulit (komplikasi) kerusakan organ vital tubuh lainnya ( gagal ginjal, serta lainnya). Sampai hari ini ternyata hasil cek HbA1c pada angka normal, karena dalam batas toleransi 5,5 - 8, hasil pemeriksaan saya pada 5,5. Yang juga penting di periksa berkala adalah : mata. Konsultasi ke Dokter mata, untuk di cek kemungkinan kerusakan retina, yang dapat berujung ke retinopaty yang menjadikan kita buta. Bilamana terjadi kondisi yang buruk, maka dapat segera diaobati oleh Dokter mata, sebelum terlambat. Bilamana terjadi kondisi kadar gula darah yang naik, atau tidak normal, saya evaluasi makanan yang saya konsumsi (jenis, jumlah kalori, dan jadwal-nya), dan intensitas olahraga, seberapa jauh harus ditingkatkan. Indikasi utama adalah : berat badan, apakah terjadi peningkatan. Dari catatan saya, hipertensi dan kadar gula darah saya dalam tingkat stabil dan baik/normal, bilamana Index Massa Tubuh saya 22. Walaupun IMT 24 masih dalam batas normal, tetapi kondisi gula darah dan hipertensi dengan IMT itu tidak dapat disebut stabil normal. Dengan cara ini ternyata gula darah saya selalu terkontrol baik, karena pemeriksaan laboratorium yang terakhir : gula darah puasa 99 ml/dl, dan 2 jam p.p. 110 ml/dl, dan semua fungsi organ vital saya dalam kondisi normal baik. Obat untuk diabetes terus saya minum 1x sehari, yaitu : glibenclamide, obat generik seharga rp. 100,-/tablet Apakah saya sudah sembuh dari Diabetes mellitus ? Saya yakin : TIDAK. Karena itu adalah hasil pola hidup saya selama ini. Bilamana pola hidup saya berubah dengan cara yang tidak sehat, saya yakin, Diabetes akan kelihatan lagi, karena saya percaya diabetes saya tidak bisa sembuh tetapi dapat saya kendalikan !
5. KESIMPULAN dari catatan saya pribadi :
1. Mengendalikan hipertensi (esensiil) / yang tidak diketahui penyebabnya dan disertai dengan kelainan fungsi jantung/pembuluh darah, perlu ketelatenan, pemantauan dan pengobatan yang tepat, pola hidup sehat yang benar-benar dilakukan sebagai suatu kebiassan harian.
2. Pengendalian Dibetes mellitus, pada dasarnya tidak terlalu sulit, asalkan prisip dasar dijadikan pegangan : jalankan pola hidup sehat, pantau secara rutin dan berkala ; kadar gula darah, fungsi organ tubuh vital : hati, ginjal, lemak dan mata, ditambah dengan obat bilamana perlu. Pengendalian diabetes menjadi sulit, bilamana sudah terjadi /timbul penyulit lain/ komplikasi seperti : kerusakan ginjal, retina , pembuluh darah, karena pengobatan yang sulit itu adalah menyembuhkan penyakit ikutan akibat Diabtes dibiarkan ngendon terlalu lama ditubuh kita. Saya tidak sependapat bila ada pemberitahuan, bahwa seseorang meninggal karena diabetes, karena Diabetes tidak pernah menyebabkan kematian secara langsung. Yang terjadi adalah seseorang mengalami gagal ginjal, karena kerusakan fungsi ginjal akibat diabetes yang bertahun-tahun dibiarkan tidak terkendali. Demikian pula bila dibetes itu mengakibatkan kegagalan fungsi jantung.
3. Kegagalan atau kesulitan mengendalikan hipertensi dan Diabetes, yang saya catat dari teman-teman yang bersama saya selalu bersama kontrol ke poliklinik di Rumah sakit, antara lain adalah : bilamana menjalankan pola hidup sehat tidak sepenuhya benar atau tidak tertib, sekalipun dia telah konsumsi obat rutin dari dokter. Seorang teman penderita Diabetes type 2 (tidak tergantung insulin), dengan berat tubuh berlebih: IMT 28, (karena itu menurut hitungan saya dia harus menurunkan berat badan 10 kg untuk mencapai berat normal ideal), selalu saya anjurkan untuk turunkan berat badan. Saya anjurkan konsultasi ke bagian Gizi untuk mengatur pola makan, dan menambah intensitas olahraga. Rupanya anjuran ini tidak sepenuhnya berjalan, hingga akhirnya 3 bulan lalu, pengendalian diabetes tidak lagi dengan minum obat, tetapi harus dengan suntik insulin. Beruntung belum timbul penyulit kerusakan di organ tubuh lain.
Apakah cara yang saya jalankan ini baik untuk teman lain sependeritaan ? Boleh dicoba, tetapi diluar pola hidup sehat, yang penting adalah kontrol/konsultasi Dokter ahli yang tepat, dan pemantauan laboratorium yang akurat, adalah dasar kesimpulan akhir bagaimana kondisi penyakit kita. ***********
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H