Yusril Ihza (Foto: mediaindonesia.com)
TIDAK sabar rasanya saya menanti kapan Yusril Ihza Mahendra terpilih menjadi gubernur DKI Jakarta. Maklumlah, dari sekian banyak “tokoh” yang mengaku pantas menggantikan Ahok, hanya Yusril-lah yang proaktif melakukan road show dan memproklamasikan diri “sayalah yang paling pantas memimpin Jakarta.”
Sejumlah pasangan bakal calon belakangan sudah disebut-sebut dan mengerucut ke hanya tiga pasang. Ketiga pasang bakal calon gubernur DKI Jakarta itu adalah pertama Tririsma Harini-Djarot Saiful Hidayat (dengan catatan Risma tidak jijik menjilat ludahnya sendiri –- mereka didukung PDIP); kedua Ahok-Heru Budi Hartono (jalur perseorangan/independen); dan ketiga Yusril Ihza- Sandiaga Uno (Partai Gerindra/PKS).
Melihat gaya bicara dan rasa percaya diri Yusril, saya kok yakin, dia bakal keluar sebagai juara “turnamen” Pilkada Serentak 2017 yang akan digelar Februari di Jakarta. Oleh sebab itulah, buat saya menunggu Februari 2017, tarasa lama sekali.
Jika Yusril menang, wartawan pasti akan mengejar pakar hukum tata negara itu sebagai nara sumber yang telah memiliki predikat baru gubernur terpilih. Pastinya banyak koran dan majalah yang akan menulis sosok Yusril.
Saya tidak sabar membaca feature karya wartawan media massa cetak dan online yang mengulas apa, siapa, mengapa dan bagaimana Yusril yang kalimatnya kira-kira seperti ini:
- Sebelum terpilih menjadi gubernur, Yusril dikenal sebagai negarawan. Itu ia buktikan ketika Gus Dur dan Megawati mencalonkan diri menjadi presiden. Waktu itu Yusril juga mencalonkan diri sebagai presiden. Ia bahkan yakin menang. Namun, karena usianya lebih muda, Yusril memberi kesempatan kepada kedua tokoh senior itu tampil. Yusril dengan lapang dada mundur dari pencalonan, dan Gus Dur pun terpilih menjadi presiden. Jadi, sungguh wajar jika ia terilih menjadi gubernur.
- Semangat kerakyatan Yusril sungguh tidak diragukan. PDIP boleh saja mengusung tagline sebagai partai wong cilik. Tapi, Yusril-lah sosok ketua umum partai yang benar-benar memikirkan dan bertindak demi wong cilik. Itu ia buktikan ketika Ahok akan menggusur permukiman kumuh di Luar Batang, Penjaringan, Jakarta Utara. Ia benar-benar pasang badan membela warga di sana. Ia bahkan menyiapkan diri menjadi pengacara warga Luar Batang untuk melawan kesewenang-wenangan Pemprov DKI Jakarta yang dipimpin Ahok.
- Konsistensi Yusril tidak diragukan. Ia satu kata dengan perbuatan. Kelak setelah dilantik menjadi gubernur menggantikan Ahok, ia pasti akan membiarkan permukiman kumuh berkembang di kawasan Luar Batang. Cepat atau lambat, ia pasti akan mengembalikan warga Luar Batang yang telah tinggal di rumah susun ke habitatnya. Pasalnya, tinggal di rumah susun bukan budaya warga Jakarta. Ia pasti akan membagi-bagi sertifikat yang selama ini dipegangnya saat akan menggugat Ahok tempo hari.
- Yusril juga dikenal sebagai pejuang Islam. Itu sebabnya ia mau memerankan Ceng Ho dalam film Laksamana Ceng Ho. Ceng Ho adalah tokoh China yang menyebarluaskan Islam di Nusantara. Yusril ingin mengaktualkan semangat dan kejayaan Islam itu di Jakarta. Oleh sebab itulah ia mati-matian berupaya agar sebuah masjid di Luar Batang jangan sampai digusur. Ahok memang tidak akan menggusur masjid di sana, tapi merenovasinya. Menanggapi niat Ahok ini, Yusril dengan lantang mengatakan, buat apa masjid dibangun kalau tidak ada jemaahnya. “Masa, sih masjid di Luar Batang bernasib seperti Borobudur yang tidak ada umat Budha-nya di sekitar candi tersebut,” kata Yusril suatu kali. Tidak ada cara lain, warga Luar Batang yang terlanjur tinggal di rumah susun pasti akan dipulangkan Yusril ke daerah kumuh lagi. Inilah perjuangan konkret Yusril dalam berjuang untuk rakyat kecil dan agama.
- Jakarta membutuhkan pemimpin yang memiliki rasa percaya diri tinggi. Seperti Ahok, profesesor di bidang hukum ini juga sangat percaya diri, terutama menyangkut bidang yang dikuasainya. Yusril mengaku sangat paham hukum, termasuk landasan hukum proyek reklamasi Teluk Jakarta. “Saya bisa berdebat dengan Ahok soal aturan hukum dan izin yang diberikan Ahok soal reklamasi pantai utara,” katanya suatu kali kepada Kompas.com. Dalam kasus proyek triliuan rupiah itu, Yusril akan mengkritisi soal surat izin reklamasi. Dengan latar belakang sebagai profesor sekaligus praktisi hukum, Yusril percaya diri untuk berdebat. “Ayo kita berdebat. Kalau dari segi itu saya senang. Ilmu sayalah soal hukum,” kata Yusril. Maka tidak salah kalau warga Jakarta memilihnya sebagai gubernur. Ini tentu kabar gembira bagi para pendemo yang beberapa waktu lalu berunjuk rasa di salah satu pulau reklamasi. Jika pun nantinya Jakarta banjir karena proyek itu tak dilanjutkan, bagi Yusril, itu urusan nomor dua.
- Dalam soal hukum, konsistensi Yusril memang tidak ada duanya. Ia menjunjung tinggi semangat para penegak keadilan di negeri ini bahwa “hukum harus ditegakkan.” Karena itu banyak pihak yang angkat topi kepada Yusril ketika ia membela para pemilik kapal asing (nelayan) yang dituduh mencuri ikan di perairan Indonesia, sebab tuduhan itu belum tentu benar.
- Namun, pada sisi lain, Yusril juga pemaaf. Ia bahkan sama sekali tidak menempuh jalur hukum atas kasus yang menimpa dirinya. Sebagaimana diberitakan media, mobil Mercedes Benz milik Yusril disirami cat berwarna kuning oleh orang tak bertanggung jawab saat Yusril menghadiri syukuran warga di Bidaracina, Jatinegara. Banyak orang menduga Yusril akan marah besar menghadapi kasus tersebut, apalagi waktu itu suasana politik pilgub di DKI sangat panas. Dugaan banyak orang meleset. Yusril sangat tenang dan berjiwa besar. Ia tidak marah. Yusril bahkan tidak berniat melaporkan kasus kriminal ini ke polisi, padahal si pelaku yang menyiram mobil Yusril dengan cat terekam CCTV. "Itu risiko saya, tetap kita hadapi, enggak perlu lapor-lapor. Kita selesaikan sendiri. Ini biasa. Kalau membela sesuatu, pasti muncul masalah. Soalnya masih ada saja yang tidak suka dengan saya," ujar Yusril kepada wartawan.
- Di luar aktivitasnya sebagai pengacara, politisi dan public figure, Yusril adalah rakyat biasa yang tidak sungkan-sungkan berbelanja ke pasar mengenakan kostum layaknya orang rumahan, padahal ia pernah menjadi bakal calon presiden dan menteri sekretaris negara. Beberapa waktu lalu, wartawan memergoki Yusril sedang membeli petai di pasar tradisional di kawasan Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Banyak orang waktu itu menganggap apa yang dilakukan Yusril sebagai pencitraan dalam rangka menarik simpati publik menjelang pemilihan gubernur. Namun, menurut orang dekatnya, pergi ke pasar sudah biasa dilakukan Yusril.
- Meski punya banyak kendaraan pribadi, Yusril juga tidak segan-segan naik commuter saat akan bepergian di seputaran Jakarta. Suatu hari wartawan pernah memergoki Yusril berada di Stasiun Manggarai dan diam-diam naik KRL berbaur dengan warga Jakarta. Ia tampak begitu dekat dengan rakyat, praktis tak berjarak. Indonesia, khususnya Jakarta memang membutuhkan pemimpin yang dekat dengan rakyat, bukan gubernur yang hanya dekat dengan para cukong.
- Yusril juga dikenal sebagai sosok yang cinta keluarga. Baginya, keluarga sangat penting. Oleh sebab itulah ketika perkawinannya dengan Kesih Sukesih kandas di tengah jalan, pada tahun 2006 Yusril memutuskan untuk membangun keluarga baru dengan menikahi Rika Tolentino Kato, perempuan peranakan Filipina-Malaysia. Mereka kini hidup bahagia, meskipun usia Rika terpaut jauh dengan Yusril. Usia Rika saat dinikahi Yusril 18 tahun. Semoga Yusril bisa mewujudkan Jakarta yang benar-benar baru.
Siapa tahu kalimat-kalimat di atas bisa membantu para wartawan dalam menulis feature tentang Yusril yang PASTI akan terpilih menjadi gubernur DKI Jakarta meskipun sampai hari ini (Rabu 11 Mei 2016) belum ada satu pun parpol yang mengusung dan mendukungnya. Silakan copy-paste kalimat-kalimat di atas. Kalimat-kalimat itu tidak dilindungi UU Hak Cipta, kok.[]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H