[caption caption="Surat terbuka buat Ahok"][/caption]
Bapak Basuki Tjahaja Purnama yang saya hormati dan kasihi.
Pertama-tama saya mohon maaf sebab telah lancang menulis surat terbuka kepada Bapak yang konsekuensinya siapa pun bisa membaca padahal isinya mungkin sangat pribadi.
Tapi, saya percaya Bapak tidak akan marah sebab Bapak adalah sosok pemimpin yang berjiwa besar dan bisa menerima apa pun yang dikeluhkan warga, termasuk kritik yang keras sekalipun.
Maaf, Pak, saya bukan warga Jakarta, sehingga tidak bisa memilih Bapak atau Haji Lulung (jika ia ikutan "nyalon") pada Pilkada Serentak 2017 nanti. Namun, saya kok yakin, apa yang saya sampaikan di dalam surat terbuka ini sama dengan apa yang dipendam warga DKI yang mencintai dan mengasihi Bapak.
Saya sengaja menggunakan istilah "mencintai dan mengasihi", karena faktanya memang demikian. Warga kota Jakarta yang Bapak pimpin apa pun latar belakang pendidikan, sosial dan agamanya sangat menyayangi Bapak. Saya, kok, yakin sebagian besar dari mereka akan memilih kembali Bapak sebagai gubernur DKI Jakarta periode 2017-2022.
Mengapa mereka memilih Bapak, sebab warga Jakarta yang tidak lain adalah saudara-saudara Bapak yang kebetulan Muslim menilai Bapak sebagai pemimpin yang amanah, shidq, fathonah, dan tabligh.
Bagi warga DKI yang kebetulan seiman dengan Bapak mungkin mereka menyimpulkan Bapak sebagai sosok pemimpin yang dipakai Tuhan untuk menyejahterakan dan menyelamatkan warganya. Ya, ini tak ubahnya Musa yang membebaskan para pengikutnya dari perbudakan di tanah Mesir.
Berkat ketegasan dan keberanian Bapak, warga Kalijodo telah Bapak selamatkan dari kehidupan kelam yang waktu itu kami – juga warga di sana – tidak tahu, sampai kapan akan berakhir. Namun, berkat kenekatan Bapak yang sudah pasti pakai perhitungan, kawasan kelam di Kalijodo, akhirnya Bapak bongkar.
Doa sebagian besar para penjaja “cinta” yang rindu kembali ke jalan yang benar pun akhirnya terkabul. Tuhan menjawab doa yang berisi kerinduan orang terpinggirkan melaui Bapak. Sebagian dari mereka pulang ke kampung halaman, berkumpul kembali bersama keluarga. Semoga mereka bahagia di kampung asalnya, meskipun harus kehilangan “kenikmatan” berupa uang yang selama ini mereka peroleh saat masih “beroperasi” di Kalijodo.