SAYA kok melihat ada mestakung (alam semesta mendukung) dalam kasus Kalijodo, kawasan yang akan digusur Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Terserahlah kalau Anda mengatakan ada hidayah (Islam) dan tangan Tuhan bekerja (Kristen) di sana.
Mestakung adalah istilah yang pernah dipopulerkan fisikawan Yohanes Surya untuk menggambarkan proses tindakan manusia (yang baik) pasti akan ditopang/didukung oleh alam semesta.
Sebagaimana kita ketahui berdasarkan dari pemberitaan media, rencana Ahok untuk menjadikan Kalijodo seperti sediakala (jalur hijau) melahirkan suasana gegap gempita. Tersebutlah misalnya tuduhan kepada Ahok bahwa ia adalah pejabat yang tidak manusiawi dan melanggar HAM, Ahok sok jagoan dan berbagai umpatan lain.
Harus kita akui, apa yang akan dilakukan Ahok atas sebagian tanah di Kalijodo yang selama ini digunakan sebagai lokasi maksiat adalah program dadakan. “Drama” Kalijodo dipicu adanya kasus anak muda yang mabuk-mabukan di Kalijodo dan mobil yang dikendarainya kemudian mengalami kecelakaan dan menewaskan empat warga.
Oleh sebab itu bisa dipahami jika rencana Ahok itu ditentang habis-habisan sebagian warga di sana, terutama oleh mereka yang selama ini "dihidupi" Kalijodo, baik yang halal, maupun haram.
Dalam suasana panas seperti itu mestakung berpihak kepada Ahok. Tiba-tiba Daeng Azis, “malaikat” (maaf saya tidak menyebut bos preman) Kalijodo keluar dari singgasananya, dan orang pun akhirnya maklum: “Oh, itu toh pahlawan Kalijodo yang selama ini menghidupi banyak perempuan penghibur lelaki hidung belang dan para pekerja kafe remang-remang.”
Gara-gara Kalijodo, “pahlawan” kesiangan pun bermunculan, lalu bersilaturahim ke Kalijodo seolah-olah membela warga di sana, eh siapa tahu bisa “nyalon” sebagai gubernur DKI Jakarta dan menang dalam Pilkada Serentak 2017 nanti. Rasanya mereka begitu bangga hanya karena diprediksi bakal mampu menumbangkan dominasi Ahok setelah menyambangi Kalijodo setelah kawasan itu akan ditamankan dan dihijaukan oleh Ahok. Sebaliknya Ahok malah berujar: “Ngapain gue mesti ke sana, memangnya mau kungfu.”
Mestakung yang berpihak kepada Ahok secara tidak langsung (maaf) membodohkan lawan Ahok atau pihak yang bersimpati kepada segala sesuatu yang berbau Kalijodo. Salah seorang korban yang sekali lagi (maaf) terkena imbas kebodohan itu adalah Razman Arif Nasution yang memanfaatkan Kalijodo untuk menaikkan elektabilitasnya sebagai pengacara.
Seolah menjadi juru damai dan penyejuk, Razman yang katanya sudah ditunjuk sebagai pengacara warga Kalijodo itu, meminta warga tenang dan tidak bertindak anarkis. Tapi, dia juga tidak bisa menahan keputusan warga yang menolak penggusuran hingga berujung kericuhan (lho, kok malah menghasut secara halus).
Nah, ini yang tidak sedap. Razman bilang bisa saja urat malu para perempuan penghibur lelaki hidung belang (PPLHB) sudah putus. Mereka inilah yang disebut Razman bisa berdemontrasi telanjang. Tak tanggung-tanggung, Razman menyebut, jumlah mereka yang berpeluang bisa berdemonstrasi bugil itu ada 1.000 PPLHB.
Angka 1.000 demonstran bugil itu tak urung menjadi bahan olok-olok para netizen dan dialamatkan ke Razman. Lha, angka 1.000 itu dari mana? Info resmi menyebutkan jumlah PPLHB di Kalijodo ada 445 orang. Lalu Razman mengerahkan yang 555 orang lagi dari mana?