[caption caption="M Sanusi. Foto: Metrotvnews"][/caption]“JAKARTA kota paling rakus di dunia.” Siapa sangka Muhammad Sanusi, orang yang mengucapkan kata-kata itu, ikut menjadi “penyumbang” Jakarta sebagai kota paling rakus sejagat. Kemarin (31 Maret) dia dicokok Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Ya, kata-kata itulah yang diucapkan Sanusi, anggota Fraksi Gerindra di DPRD DKI Jakarta, saat dia menjadi salah seorang pembicara dalam diskusi antikorupsi dan mencari sosok pemimpin ideal untuk Jakarta di Gedung Joang, Menteng, Jakarta.
Diskusi tersebut diselenggarakan hari Rabu 17 Februari 2016. Saya hadir dalam diskusi itu. Namun, saya tidak ingat siapa penyelenggaranya. Selain Sanusi, berbicara dalam diskusi itu sebagai nara sumber: Wibi Andrino, sekretaris DPW Partai NasDem DKI Jakarta dan sosiolog La Ode Ida.
Meskipun tidak menyebut Ahok, dalam diskusi itu, Sanusi mengkritik kebijakan pemimpin Jakarta yang menerapkan sistem e-budgeting secara sepihak. Maksudnya, e-budgeting yang diterapkan Pemprov DKI tidak menyeluruh. “Berapa besar pendapatan yang masuk ke Pemprov DKI sampai sekarang belum pakai e-budgeting. Inilah sumber korupsi di DKI,” katanya ketika itu.
Sebelumnya dengan bahasa yang terkesan rohani, Sanusi juga mengungkapkan bahwa ke depan Jakarta membutuhkan pemimpin (gubernur) yang visioner, santun dan jujur. Lagi-lagi, dalam diskusi itu, Sanusi tidak menyebut nama, meskipun banyak peserta diskusi menyimpulkan bahwa kata “santun” yang dimaksudkan pasti mengarah ke Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).
Orang bodoh pun pasti tahu dan bisa menebak apa yang akan diungkapkan Sanusi: “kalau mau pilih gubernur, pilihlah orang yang santun, jangan seperti ....” Silakan Anda isi sendiri titik-titik pada kalimat tersebut.
Dari apa yang disampaikan Sanusi, muncul kesan bahwa sistem pemerintahan di Jakarta sudah masuk dalam gawat darurat, apalagi setelah dia mengucapkan kata-kata “Jakarta kota paling rakus di dunia.”
Boleh jadi untuk meyakinkan kepada peserta diskusi bahwa “Jakarta kota paling rakus di dunia”, kepada peserta diskusi, Sanusi izin tidak bisa mengikuti diskusi sampai selesai, karena akan ke KPK. “Mohon izin, sebab teman-teman DPRD sudah menunggu saya di KPK,” katanya.
Hari itu, dimotori Haji Lulung, sejumlah anggota DPRD DKI Jakarta memang sedang melakukan “aksi unjuk rasa gue bersih nih” ke KPK. Ke lembaga antirasuah itu, Lulung dan kawan-kawan mendesak KPK agar segera mengusut kasus dugaan korupsi Rumah Sakit Sumber Waras yang disebut-sebut melibatkan Ahok.
Sebelum meninggalkan arena diskusi di Gedung Joang, Sanusi masih sempat foto bareng dengan beberapa peserta diskusi. Maklumlah, siapa tahu dia yang bakal menjadi gubernur DKI Jakarta menggantikan Ahok yang oleh lawan politiknya dianggap tidak punya sopan santun.
Disebut-sebut, Partai Gerindra juga membidik Sanusi untuk dikandidatkan sebagai calon gubernur guna menjadikan “Jakarta paling religius dan santun sedunia.”