[caption caption="David-Goliath. Foto: Dok Pribadi"][David-Goliath. Foto: Dok Pribadi]
BAPAK Basuki Tjahaja Purnama yang saya hormati.
Ini adalah surat terbuka saya yang ketiga. Melalui surat ini, saya mohon izin menyampaikan sesuatu kepada Bapak berkaitan dengan rencana Bapak untuk mencalonkan diri sebagai gubernur DKI Jakarta periode 2017-2022. Agak galau juga saya menulis surat ini, sebab berkait dengan Partai NasDem dan PDIP, partai yang Bapak langkahi.
Pertama-tama saya ucapkan selamat dan memberikan apresiasi yang tinggi kepada Bapak yang pada hari Senin (7 Maret) kemarin, Bapak akhirnya berani mengambil keputusan untuk maju menuju DKI-1 melalui jalur perseorangan yang populer dengan sebutan “jalur independen.”
Keputusan Bapak menggunakan jalur perseorangan sesungguhnya merupakan jalur maut, sebab membuat banyak tokoh politik terkejut dan pastinya galau, lantas beramai-ramai menaikkan gengsi partainya. Kecuali Partai NasDem, parpol lain tentu akan bersekutu melawan Bapak dalam Pilkada Serentak 2017 mendatang. Ini ibarat David melawan Goliath. Ya, Bapak adalah David dan persekutuan partai-partai itu adalah Goliath-nya.
Boleh jadi, banyak polikus dan pengamat yang tidak habis pikir mengapa akhirnya Bapak “jatuh hati” dan merasa kasihan kepada anak-anak muda yang tergabung dalam Teman Ahok. Di mata para dedengkot partai, anak-anak muda yang mengumpulkan KTP dukungan buat Bapak itu adalah anak kemarin sore yang masih berbau kencur. Para politikus, terutama yang ada di PDIP tentu tidak habis pikir, Bapak yang begitu tegas dan tegar, kok takhluk begitu saja kepada anak-anak tersebut. Lalu Bapak dianggap melangkahi PDIP yang waktu itu masih malu-malu mengusung Bapak.
Saya percaya saat Bapak akan mengambil keputusan mencalonkan diri menjadi gubernur DKI Jakarta lewat jalur perseorangan pada Minggu malam (6 Maret) saat anak-anak muda itu ke rumah Bapak, memang sangat berat. Tapi, saya percaya, Bapak memutuskannya setelah mendapatkan “hidayah” dan malam itu istri Bapak, Ibu Veronica Tan pasti memanjatkan doa agar Tuhan menuntun setiap langkah dan keputusan yang Bapak ambil.
Apa pun yang Bapak putuskan, Bapak memang perlu memberikan apresiasi kepada anak-anak itu di Teman Ahok. Apalagi mereka juga menyatakan sanggup merevisi data di formulir dukungan setelah Bapak memutuskan untuk menjadikan Bapak Heru Budi Hartono sebagai calon wakil gubernur.
Melalui surat terbuka ini, saya mohon Bapak menjaga mereka. Turunkan petugas keamanan untuk menjaga sekretariat Teman Ahok. Mengantisipasi sesuatu yang tidak diinginkan, boleh, dong. Jangan sampai dokumen dukungan yang jumlahnya telah lebih dari 770.000 itu terbakar, hilang atau dicuri.
Karena Bapak sudah mengambil keputusan lewat jalur perseorangan, saya mohon Bapak tetap menjaga hubungan baik dengan PDIP, sebab salah seorang kadernya, Djarot Saiful Hidayat selama ini telah dengan setia mendampingi Bapak sebagai wakil gubernur. Tetaplah berterimakasih kepada PDIP. Tidak usahlah Bapak menyinggung-nyinggung partai itu dengan ungkapan “partai akan memarahi Bapak”. Jangan lukai banteng itu, sebab kalau terluka, sang banteng bisa marah luar biasa.