Mohon tunggu...
Gan Pradana
Gan Pradana Mohon Tunggu... Dosen - Hobi menulis dan berminat di dunia politik

Saya orang Indonesia yang mencoba menjadi warga negara yang baik.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sampah Plastik Penyumbang "Neraka" Dunia

19 Februari 2016   09:52 Diperbarui: 19 Februari 2016   12:10 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

TAK banyak di antara kita yang tahu bahwa tanggal 21 Februari telah ditetapkan sebagai Hari Peduli Sampah Nasional. Tak banyak pula yang tahu – atau mungkin tak peduli – bahwa kita adalah bagian dari penyumbang sampah plastik nomor wahid di dunia.

Kita tidak sadar bahwa kita sekarang telah hidup di zaman yang serba plastik dan dimanjakan dengan plastik. Belanja ke mal mewah hingga ke tukang sayur yang lewat di depan rumah, kita berharap barang yang kita beli sekecil apa pun, dimasukkan ke dalam kantong plastik (tas kresek).

Saking kelewat manjanya, kita pun segan membawa seikat kangkung yang kita beli dari tukang sayur yang nongkrong di depan rumah tanpa kantong plastik. Padahal jarak antara gerobak sayur dan dapur cuma 15 langkah.

Kebiasaan seperti itu telah tertanam demikian kuat dan menyatu di alam bawah sadar kita, sehingga ketika ada supermarket yang memberlakukan kebijakan “tidak menyediakan kantong plastik” atau “kantong plastik harus dibeli”, kita terkejut, bahkan marah.

Gara-gara “persoalan kecil” di atas, kita pun memutuskan tidak akan lagi belanja ke supermarket yang menerapkan kebijakan tidak menyediakan tas/kantong plastik.

Lagi-lagi tanpa kita sadari, kantong plastik yang penggunaannya berdurasi cuma beberapa menit itu, setelah kita buang dan menjadi sampah, ia memiliki durasi yang tak terhingga sepanjang abad. Pasalnya, sampah plastik tidak bisa terurai dan tidak bisa menyatu dengan tanah.

Itu baru sampah yang berasal dari kantong plastik, belum lagi plastik yang berasal dari botol/gelas air mineral, kemasan isi ulang sabun, kecap dan berbagai jenis makanan lainnya.

Satu-satunya cara untuk memusnahkan sampah plastik adalah dengan dibakar. Tapi, cara ini pun sangat berisiko tak sedap bagi manusia, sehingga sangat tidak dianjurkan. Menurut para ahli,  asap dari pembakaran sampah plastik menghasilkan senyawa kimia dioksin.

Dioksin adalah  zat yang biasa digunakan sebagai racun tumbuhan (herbisida). Selain itu, proses pembakaran sampah plastik juga dapat menghasilkan fosgen atau gas beracun berbahaya. Gas seperti ini  pernah digunakan sebagai senjata pembunuh pada masa Perang Dunia I. Ngeri!

Jika sampah plastik tersebut didiamkan, ya itu tadi, ia akan menjadi sampah nan abadi. Dibuang atau disingkirkan ke mana pun, sampah plastik tetap eksis, dan pastinya bakal merusak bumi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun