Mohon tunggu...
Gan Pradana
Gan Pradana Mohon Tunggu... Dosen - Hobi menulis dan berminat di dunia politik

Saya orang Indonesia yang mencoba menjadi warga negara yang baik.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pengamat Politik: Prabowo Primordialistik dan Picik

20 Juni 2014   01:06 Diperbarui: 20 Juni 2015   03:04 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

JAKARTA (19 Juni): Pengamat politik dari Universitas Pelita Harapan Dr Victor Silaen menilai orasi capres Prabowo Subianto di Makassar bahwa orang Indonesia Timur  identik dengan kekerasan sebagai sebuah prasangka primordialistik dan tidak edukatif.

Victor menyayangkan calon pemimpin bangsa berkata-kata seperti itu. “Masa orang timur Indonesia disebut Prabowo suka berkelahi, suka merantau, pekerja keras, setia  tapi  suka makan banyak,” ujarnya kepada wartawan di sela-sela diskusi “Sosok Capres-Cawapres Solutif bagi Permasalahan Bangsa Lima Tahun ke Depan” yang diselenggarakan Emrus Corner di Jakarta, Kamis (19/6).

Victor menilai cara berpikir Prabowo sangat usang sekaligus picik, karena seharusnya penilaian terhadap orang lain tidaklah didasarkan pada unsur-unsur primordialitasnya. “Semua unsur identitas yang dibawa dari lahir atau diturunkan oleh orang tua seperti suku, daerah asal, termasuk agama, tidak boleh dikait-kaitkan dengan orang yang dimaksud.”

Jika Prabowo berkata seperti itu, demikian Victor,  itu sama artinya dengan menggeneralisasi, padahal faktanya tidak semua orang dari golongan yang dimaksud Prabowo memiliki sifat-sifat seperti itu.

Di zaman modern ini, kata Victor, stereotipe atau stigma seperti itu seharusnya dibuang jauh-jauh dari kehidupan sosial. “Apalagi Prabowo juga mengatakan, karakter orang Indonesia Timur seperti itu sangat cocok untuk menjadi tentara maupun polisi. Apakah maksud Prabowo tentara maupun polisi itu harus suka berkelahi? Pikiran semacam ini absurd dan berbahaya.”

Jika diterima atau dibenarkan, ujar Victor, masyarakat akan selalu memandang tentara maupun polisi sebagai orang-orang yang sulit bersahabat.

Pada 2 Juni lalu, Prabowo juga mengatakan agar yang diterima menjadi polisi hanya lelaki yang ganteng dan perempuan yang cantik. “Apakah itu berarti mereka yang tidak ganteng atau tidak cantik tak bisa diterima menjadi polisi? Pikiran ini sangat diskriminatif dan tak boleh diterima atau dibenarkan. Sebab jika kita menerima atau membenarkannya, itu sama artinya kita telah menghalang-halangi banyak orang yang bercita-cita ingin menjadi polisi hanya karena secara fisik mereka “kurang”, padahal dari segi yang lain mereka berkualitas.”

Victor berharap agar Prabowo berhati-hati saat berbicara di hadapan publik. Semua yang diucapkannya akan direkam dan diingat, sehingga hal-hal yang negatif bisa saja menjadi bumerang yang merugikan dirinya, demikian Victor.[]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun