Kata orang belum ke Kuala Lumpur, Malaysia kalau belum pernah naik ke Petronas Twin Tower atau biasa disebut juga menara kembar petronas, yaa apalah arti sebuah kata tapi kalimat itu terus terngiang-ngiang jika saya sedang berkunjung ke Kuala Lumpur, akhirnya ketika saya berkesempatan mengunjungi KL lagi saya bulatkan tekad untuk naik ke gedung yang sempat menyandang gedung tertinggi dunia ini. Naik Petronas gratis kok, bohong!, naik petronas Sudah tidak gratis mereka mewajibkan pengunjung membayar tiket sebesar RM 10, bohong juga! yaa gak bohong juga si hanya saja pas saya datang harga udah melesat naik, kenyataannya saya bayar RM. 80 yang jika di rupiahkan sekitar Rp. 250,000 an. yap 250 demi hanya naik ke jembatan petronas? itulah hebatnya pariwisata Malaysia bisa menyedot rasa penasaran para turis untuk mengunjungi menara kembar ini, dan tiap hari tiketnya bisa sold out. Berhubung saya sudah di niatkan akhirnya saya tetap naik petronas, satu dari dua teman saya mengurungkan niatnya menaiki petronas dengan alasan mending dibuat belanja baju aja, yaa minat orang beda-beda ya.. Saya datang bersama teman saya pada pukul 8:30 pagi, yang sebenarnya masih berharap info tiket RM.10 itu bener adanya, dan ternyata memang sudah tidak bisa terhitung bulan Juni 2012 kemarin, kami antri dan jam pagi sudah sold out tersisa jam 11 keatas, karna pertimbangan kita ingin mengunjungi tempat lain dulu kami memutuskan beli tiket pada ppukul 6:15 sore, mengingat 6 sore di KL ini masih terang benderang dan kami juga punya banyak waktu yang lapang untuk mengunjungi tempat lain.
Jam setengah 6 kami sudah sampai di Petronas, karena waktu kedatangan diharuskan 10 menit sebelum jadwal, antrian sudah mengular sampai tiba giliran kami masuk gedung, tiap team terdiri dari kurang lebih 20 orang diberi tanda pengenal yang berbeda tiap team, kami kebagian warna hijau. Sebelum masuk tas kami diperiksa seperti masuk bandara, dan langsung disuguhkan berupa beberapa ketentuan dan peraturan selama mengunjungi menara petronas, yang manrik penyajian informasi ini di sajikan dengan hologram yang di tembakan dari sebuah alat yang di tempel dinding ke semprotan asap di sebuah pilar, seperti Songs Of The Sea Singapore tapi ini dari asap, suasana futistik pun tersaji dalam ruangan itu, sesekali pengunjung yang penasaran mengibas-ngibaskan tangan kepada asap itu hanya untuk menyalurkan rasa penasarannya.
Lalu kami lanjut kedalam sebuah pintu yang agak aneh karena disitu tertulis pintu 'Keluar' rasanya kurang pas untuk sebuah kunjungan senilai RM 80. kami masuk ke sebuah lift berukuran panjang seperti Lift rumah sakit melesat menuju lantai 41 sekitar 170 meter diatas darat, lift pun tak lepas dari sentuhan 'futistik' lift indoor tapi dibuat seperti outdoor dengan beberapa layar flat yang dibuat seperti sebuah jendela yang menampilkan pemandangan luar seolah tembus pandang ke luar gedung, saya curiganya ini sebuah lift barang yang di modif untuk keperluan wisata mengingat pintu yang kita masuki itu tertulis 'Keluar'. Mungkin maksudnya supaya pengunjung tidak bosan tapi itu cukup berhasil membuat beberapa pengunjung berkata wah. saya juga si.
Sampai di Lantai 41 kita langsung dipersilahkan menyebrangi Skybridge petronas yang tersohor itu, eits jangan senang dulu karena kunjungan ini ternyata di batas waktu, dan waktunya hanya 10 menit! hah? alhasil saya dan teman saya langsung memanfaatkan waktu secepat mungkin untuk mendokumentasikan kunjungan kami di sky bridge ini sambil sesekali melihat pemanadangan hutan beton kuala lumpur dari ketinggian 41 lantai. waktu pun habis dan saya pun bergumam sudah itu saja?? dan ternyata perjalanan belum selesai.
Kunjungan berlanjut ke lantai paling tinggi di menara petronas ini, kita sampai 360 meter di atas permukaan tanah, terdapat sebuah ruangan yang terdiri dari tiga bagian ruangan seperti bagian depan, tengah dan belakang, ditengah2nya terdapat miniatur atau maket twin tower petronas yang menjulang tinggi yang di desain sangat apik dengan tatanan cahaya yang disajikan.
Dan waaaah,, saya lalu disuguhkan dengan pemandangan paling tinggi yang pernah saya capai, moment ini ditambah sempurna dengan waktu sunset, yap kunjungan 6:30 memang waktu yang tepat, karena di lantai tertinggi ini bukan hanya pemandangan rumput beton yang disajikan tapi juga saat matahari terbenam dibalik sebuah pegunungan, seketika tiket RM. 80 terlihat wajar jika melihat pemandangan ini, mungkin akan terasa kurang wajar jika saya mengunjunginya pada saat siang hari.
Lupa bilang jika lama kunjungan di lantai paling atas tersebut diwaktu juga, sekitar 20 menit, lebih lama dibandingkan di skybridge sebelumnya, saya sempat mendokumentasikan moment melalui kamera dan mendokumentasikan moment melalui ingatan saya. Tidak terasa waktupun sudah habis, Sang petugas memanggil pemegang kartu hijau, dan itu artinya waktu kunjungan sudah selesai, bentar banget si, kami diarahkan kembali ke lift untuk turun ke lantai dasar, tidak membutuhkan waktu lama, untuk sampai dasar, pintu lift terbuka dan kita langsung keluar di bagian toko mercendise, jika mereka mengharapkan saya belanja disini ya salah besar, harganya setinggi menara yang baru saya kunjungi tapi tetap saja ada yang berbelanja. Tidak ada wahana simulasi, mini games, free goodie bags, atau apapun yang saya harapkan pertama kali akan ada di atas sana selain hanya kunjungan satu jam kurang yang menunjukan kemegahan sebuah menara kebanggaan Malaysia yang memperlihatkan landscape kotanya yang tertata apik, tergantung dari mana kita memandangnya tapi bagi saya, waktu melihat sunset di tingkat paling atas saya melihat sebuah maha karya Manusia dan ciptaan Tuhan yang maha besar yang saya rasakan di saat bersamaan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Travel Story Selengkapnya