Mohon tunggu...
Muhamad Bimas Abidin
Muhamad Bimas Abidin Mohon Tunggu... Buruh - Sekretariat Jenderal di Gerakan Mahasiswa Indonesia (GM-I)

Perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Friedrich Nietzsche: Sebuah Perjalanan Intelektual yang Mengubah Dunia

11 September 2023   07:08 Diperbarui: 11 September 2023   08:19 363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Friedrich Wilhelm Nietzsche, seorang filsuf Jerman yang kontroversial, lahir pada tanggal 15 Oktober 1844 di Röcken, Prusia. Nietzsche dikenal sebagai salah satu tokoh paling berpengaruh dalam sejarah pemikiran Barat, yang pemikirannya mengubah wajah filsafat dan budaya pada masanya.

Kehidupan Nietzsche tidak selalu mudah. Ayahnya, Carl Ludwig Nietzsche, meninggal ketika Nietzsche masih sangat muda. Karena itu, Nietzsche tumbuh dengan pengaruh yang kuat dari ibunya, Franziska Oehler, seorang wanita yang taat beragama. Pendidikan Nietzsche awalnya didominasi oleh agama, tetapi semakin lama ia merasa terasing dari keyakinan tersebut dan mulai merambah ke bidang filsafat, sastra, dan musik.

Pada usia yang relatif muda, Nietzsche menunjukkan bakat intelektual yang luar biasa. Ia belajar di Schulpforta, sekolah elit di Jerman timur, dan kemudian melanjutkan studinya di Universitas Bonn dan Leipzig. Di universitas, Nietzsche belajar di bawah bimbingan tokoh-tokoh besar seperti Ritschl, Friedrich Wilhelm Ritschl, seorang ahli filologi terkemuka pada masanya.

Setelah menyelesaikan studinya, Nietzsche bekerja sebagai profesor di Universitas Basel pada usia yang sangat muda. Di sini, ia mengembangkan minatnya dalam bidang etika dan metafisika, yang menjadi dasar pemikirannya yang lebih terkenal di kemudian hari. Nietzsche juga menghabiskan banyak waktu untuk menulis dan menerbitkan karya-karya filosofisnya yang terkenal seperti "Saat-saat Terakhir Filosofi", "Kebangkitan Tragedi" dan "Jenseits von Gut und Böse" (Melampaui Baik dan Jelek).

Namun, hidup Nietzsche tidak selalu berjalan mulus. Pada usia 44 tahun, ia mengalami kecelakaan mental yang mengubah hidupnya selamanya. Nietzsche didiagnosis menderita penyakit syfilis neurologis yang parah, yang menyebabkan gangguan mental dan fisik yang tidak dapat disembuhkan. Ia menghabiskan sisa hidupnya dalam keadaan yang lemah dan terisolasi, menjalani perawatan di berbagai panti jompo.

Meskipun hidupnya berakhir dalam penderitaan, warisan intelektual Nietzsche tetap hidup dan relevan hingga hari ini. Nietzsche adalah seorang kritikus tajam terhadap tradisi dan nilai-nilai yang dipegang oleh masyarakat pada masanya. Ia menantang konsep moralitas konvensional, menekankan pentingnya kebebasan individu, kebenaran subjektif, dan kekuatan kehendak.

Pemikiran Nietzsche mempengaruhi banyak tokoh terkenal setelahnya, termasuk Sigmund Freud, Martin Heidegger, dan Michel Foucault. Ia dianggap sebagai salah satu pendiri eksistensialisme dan nihilisme, dan pemikiran-pemikirannya sering kali dianggap provokatif dan kontroversial. Nietzsche menentang keyakinan tradisional tentang agama, moralitas, dan kebenaran objektif. Ia mengajukan ide-ide baru yang mengguncang fondasi filsafat dan budaya saat itu.

Salah satu konsep yang paling terkenal dari Nietzsche adalah "kematian Tuhan". Ia menyatakan bahwa dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan pemikiran rasional, manusia telah kehilangan keyakinan pada keberadaan Tuhan. Nietzsche menganggap bahwa kehilangan kepercayaan pada Tuhan ini akan membawa konsekuensi yang signifikan dalam moralitas dan nilai-nilai manusia. Ia berpendapat bahwa manusia harus menciptakan nilai-nilai baru yang bersifat subjektif dan berdasarkan pada kehendak individu.

Selain itu, Nietzsche juga mengkritik moralitas konvensional yang ia sebut sebagai "moralitas budak". Ia menekankan pentingnya kehendak kuat dan kekuatan individu dalam mencapai kehidupan yang bermakna. Nietzsche menganggap bahwa kebebasan individu terletak pada kemampuan untuk menciptakan nilai-nilai sendiri, melepaskan diri dari norma-norma yang diberlakukan oleh masyarakat.

Namun, pemikiran Nietzsche juga seringkali disalahartikan atau digunakan untuk tujuan yang salah. Beberapa kelompok ekstremis dan ideologi seperti Nazi mencoba mengklaim Nietzsche sebagai pendukung ideologi mereka. Namun, Nietzsche sendiri menentang pemikiran tersebut dan menolak untuk disalahgunakan sebagai pembenaran untuk ideologi rasis atau supremasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun