Mohon tunggu...
SAKTIADI WIBAWA
SAKTIADI WIBAWA Mohon Tunggu... -

sudah menikah dan mempunyai 2 orang anak, pendidikan SARJANA PENDIDIKAN dari UNJ bahasa Inggris

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Semua Berawal dari Keluarga (Sebuah Perenungan)

3 Mei 2010   04:27 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:27 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

"Sayang, aku cinta kamu!!"Kata-kata ini sangat singkat bahkan merupakan kalimat sederhana tapi makna yang terkandung di dalamnya sangat bermakna yang memiliki multi efek yang tinggi yang dapat mencairkan suasana beku, membuat kedua pasangan semakin sayang, dan yang tidak kalah penting dapat menemukan dan mengalirkan chemistry cinta yang hampir memudar serta meremajakan cinta itu sendiri. Kalimat ini bukan hanya milik anak - anak muda tapi juga orang tua yang memahami kualitas peran serta pasangannya dalam meniti kehidupan di dunia nisbi.

"Sayang, aku cinta kamu!" Kalimat singkat yang dapat mengetarkan ataupun merobohkan pertahanan perasaan.  Anak-anak muda sering mengucapkan kalimat itu untuk mendapatkan cinta dari lawan jenisnya ataupun untuk memberikan suatu kepastian ataupun kesungguhan cintanya walaupun cintanya sudah ternodai dengan menduai cinta. Kalimat singkat ini bagaikan tameng bagi anak-anak muda karena mereka tidak memahami dan menghayati makna cinta sesungguhnya.  Bagaimana dengan pasutri-pasutri yang ada masihkah kata-kata itu diungkapkan untuk pasangan kita tanpa pamrih atau tanpa berbalut kebohongan? Masihkah kita saling bercerita, saling mendengarkan dan saling berbagi?

Kebahagiaan pasangan suami isteri (pasutri) akan memberi energi besar kepada kedua belah pihak dalam mendidik, mengasuh dan membesarkan anak-anak. Jika pasutri diselimuti cinta, kasih, dan sayang serta saling pengertian tentu saja dilandasi cinta kepada Allah (Sang pemberi cinta) maka akan berbanding lurus dalam mencintai putra-putrinya. Mereka beranggapan bahwa anak-anak mereka adalah hadiah cinta mereka kepada Allah yang harus dijaga dan dirawat sebaik-baiknya dengan memberikan asupan suplemen ilahiyah yang tidak lupa pula memberikan asupan suplemen makanan yang berkecukupan gizi agar dapat memperoleh cinta kepada Allah sebagaimana pasutri tersebut telah lakukan.

Syurga dunia itu ada dalam rumah tangga. Jika syurga telah diwujudkan dalam keluarga maka mendidik dan membesarkan anak-anak bukan lagi sebuah beban berat ataupun diasumsikan sebagai pekerjaan sulit dan membosankan. Dalam syurga dipenuhi dengan bunga-bunga cinta, kasih dan sayang maka sepatutnya syurga di dunia dengan manifestasinya pada keluarga maka diharapkan anak-anak akan tumbuh dengan memiliki sifat atau ahlak yang baik.

Sudahkah keluarga kita sudah menjadi syurga bagi diri kita? Banyak indikasi yang menentukan keluarga kita seindah syurga. Rumah tangga itu sebagai lokomotif yang menegakkan ajaran ilahiyah dan selalu bercermin pada sunah rasul sehingga tidak pernah sepi berproduksi amal kebajikan dan menjadi inspirasi bagi keluaga lainnya.

Seorang isteri memang dituntut untuk tampil menyenangkan suami, indah dipandang mata, tenang ditinggal, dan menumbuhkan ketaatan dan kecintaan suami kepada Allah. Disamping itu ibu sebagai madrasah atau tempat mendidik bagi anak-anaknya. Begitupun suami juga dituntut dapat memberikan nafkah lahir dan batin serta nafah ilmu. Suami selayaknya memberikan kesempatan seluas-luasnya dan selapang-lapangnya bagi isteri untuk mengoptimalkan semua potensi dirinya sehingga menjadi orang yang berdaya guna, serta membolehkan sang isteri merawat dirinya (olahraga ataupun pergi ke salon muslimah). Kemudian suami juga memberikan peluang kepada isteri untuk berkumpul, berdiskusi dan berpendapat tentang rencana-rencana  masa depan anak-anak.

Penulis mencoba memberikan tips (bukan berarti menggurui) sekedar berbagi untuk pasutri untuk memberikan kebahagiaan:


  1. Landasi hubungan dengan kejujuran (tidak ada hubungan yang sukses bila berbalut kebohongan. Kebohongan dapat mempengaruhi hubungan pasutri)
  2. Lakukan komunikasi dua arah dan terbuka (Jangan pendam perasaan kita)
  3. Jaga komitmen satu sama lain
  4. Tunjukkan cinta
  5. Hormati dan jaga rahasianya
  6. Bahagiakan pasangan
  7. Saling mengingatkan dalam masalah ibadah
  8. Saling memaafkan


Wallahualam bishawab..........

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun