Menggali Potensi Agrikultur untuk Kemajuan Desa: Inspirasi dari Panen Cabai di Desa Kemiri
Panen cabai di Dusun Magersari, Desa Kemiri, Kabupaten Malang, pada 21 Desember 2024, merupakan cerminan nyata dari potensi agrikultur yang luar biasa di pedesaan Indonesia. Kegiatan ini bukan hanya momen seremonial, tetapi sebuah langkah strategis untuk membangun kemandirian ekonomi berbasis komunitas. Dengan mengoptimalkan lahan yang sebelumnya kurang produktif menjadi area yang memberikan nilai ekonomi, Desa Kemiri telah menunjukkan bagaimana kolaborasi yang solid dapat mengubah tantangan menjadi peluang.
Keberhasilan ini tidak terlepas dari peran strategis berbagai pihak. Ibu-ibu PKK, yang menjadi tulang punggung inisiatif ini, menunjukkan bahwa pemberdayaan perempuan dapat menjadi motor penggerak pembangunan desa. Dengan dukungan perangkat desa, seperti ibu lurah yang memberikan inspirasi melalui kebun tumpangsari di pekarangannya, masyarakat mampu melihat langsung hasil nyata dari usaha bersama.
Selain itu, keterlibatan mahasiswa KKM 161 Gantari Bhumi dari UIN Malang memperkuat dimensi pendidikan dan pengabdian dalam pengelolaan potensi lokal. Mahasiswa tidak hanya mengajarkan teknik bercocok tanam yang baik, tetapi juga belajar dari kearifan lokal dan dinamika sosial masyarakat desa. Kolaborasi seperti ini menjadi model sinergi antara dunia akademik dan masyarakat yang bisa direplikasi di tempat lain.
Pengelolaan lahan kas desa di Desa Kemiri menjadi contoh pengelolaan sumber daya berbasis kebutuhan lokal. Dengan alokasi untuk jeruk dan cabai, desa ini telah menciptakan diversifikasi tanaman yang mendukung ketahanan pangan sekaligus membuka peluang pasar. Inisiatif ini menunjukkan bahwa agrikultur bukan hanya soal produksi, tetapi juga strategi pembangunan berkelanjutan yang melibatkan ekonomi, ekologi, dan sosial.
Rencana pembebasan lahan yang dikelola oleh Perhutani menjadi peluang besar untuk mengembangkan sektor agrikultur lebih lanjut. Jika berhasil, Desa Kemiri dapat memperluas program pertanian tumpangsari dan bahkan membuka sektor agrowisata. Destinasi wisata petik jeruk yang direncanakan di kebun ibu lurah, misalnya, memiliki potensi besar untuk menarik wisatawan sekaligus mendiversifikasi sumber pendapatan desa.
Apa yang dilakukan Desa Kemiri adalah bukti bahwa inovasi berbasis lokal mampu menciptakan perubahan signifikan. Desa-desa lain di Indonesia dapat belajar dari strategi pengelolaan lahan, pemberdayaan perempuan, dan kolaborasi multi-stakeholder yang diterapkan di sini. Dengan memanfaatkan potensi alam dan sumber daya manusia yang dimiliki, desa-desa lain dapat mengembangkan inisiatif serupa yang mendukung kemandirian ekonomi dan ketahanan pangan.
Keberhasilan Desa Kemiri juga menjadi pengingat bahwa pembangunan desa harus dilakukan dengan semangat gotong royong. Tidak ada satu pihak pun yang bisa bekerja sendirian. Sinergi antara masyarakat dan perangkat desa adalah kunci keberhasilan.
Panen cabai di Desa Kemiri hanyalah awal dari perjalanan panjang menuju pembangunan desa yang lebih maju dan mandiri. Dengan semangat inovasi dan kerja sama, Desa Kemiri telah menunjukkan bahwa perubahan nyata dimulai dari langkah kecil namun terencana. Jika semangat ini terus dipertahankan dan dikembangkan, bukan tidak mungkin Desa Kemiri akan menjadi model inspiratif bagi desa-desa lain di Indonesia dalam membangun kesejahteraan melalui agrikultur. Dengan kerja keras dan visi yang jelas, Desa Kemiri melangkah pasti menuju masa depan yang lebih cerah, di mana kesejahteraan tidak hanya menjadi cita-cita tetapi juga kenyataan yang dirasakan oleh seluruh warganya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H