KKM 161 Gantari Bhumi UIN Malang Bersama Ibu-Ibu PKK: Peran Strategis TPK dalam Pemberdayaan Desa
Kegiatan pengabdian masyarakat yang dilakukan oleh KKM 161 Gantari Bhumi UIN Malang tidak hanya berfokus pada pendidikan dan sosial, tetapi juga pada upaya pemberdayaan masyarakat melalui sinergi dengan berbagai elemen desa. Salah satu kegiatan yang menjadi sorotan adalah silaturahmi ke Ibu Ketang, ketua Tim Pendamping Keluarga (TPK) Desa Kemiri, dalam rangka rapat koordinasi bersama kader TPK. Pertemuan ini membahas pengisian formulir calon pengantin (catin), pendampingan ibu hamil, ibu pasca melahirkan, dan monitoring anak usia 0-23 bulan. Data yang terkumpul nantinya akan disetorkan ke tingkat kecamatan sebagai bagian dari pemantauan kesehatan keluarga.
Di Desa Kemiri, terdapat sejumlah kader aktif seperti kader Posyandu, kader TPK, dan kader Pokja yang bergerak di bidang keagamaan, pendidikan, serta kesehatan. Di tengah keberagaman program tersebut, permasalahan utama yang dihadapi adalah rendahnya partisipasi masyarakat di beberapa dusun terhadap kegiatan Posyandu. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, seperti ketakutan orang tua terhadap imunisasi atau kurangnya kesadaran ibu hamil akan pentingnya pemeriksaan rutin. Ibu Lurah bahkan telah melakukan kunjungan dari rumah ke rumah untuk mengedukasi warga tentang pentingnya memanfaatkan fasilitas pemerintah seperti Posyandu. Meskipun sudah ada peningkatan, tantangan tetap ada, terutama di Dusun Karanglo yang menunjukkan tingkat kehadiran Posyandu yang rendah.
Tim Pendamping Keluarga (TPK) Desa Kemiri memainkan peran strategis dalam mengatasi berbagai permasalahan masyarakat, terutama yang berkaitan dengan kesehatan ibu dan anak. Dengan adanya TPK, koordinasi antara kader Posyandu, ibu-ibu PKK, dan perangkat desa menjadi lebih terarah. Salah satu capaian signifikan yang dibahas dalam rapat koordinasi adalah laporan dari masing-masing dusun mengenai jumlah balita dan baduta (bawah dua tahun). Data ini menjadi dasar untuk mengevaluasi keberhasilan program sekaligus mengidentifikasi area yang memerlukan perhatian lebih.
Laporan akhir tahun menunjukkan hasil yang bervariasi. Di Dusun Krisik, misalnya, terdapat 21 baduta dengan hanya satu anak yang berada di bawah garis merah, jumlahnya menurun dari laporan sebelumnya. Hal ini menunjukkan adanya perbaikan signifikan. Namun, di Dusun Karanglo, terdapat lima anak dengan berat badan di bawah garis merah, meskipun jumlah ini telah menurun dari sebelumnya. Kondisi serupa terlihat di Dusun Krajan, Gondang, dan Tengo, di mana angka risiko gizi buruk masih menjadi perhatian. TPK berupaya keras untuk memastikan bahwa setiap keluarga mendapatkan edukasi yang cukup tentang pentingnya pemeriksaan kesehatan rutin.
Di luar masalah kesehatan, peran TPK juga mencakup pencegahan pernikahan dini yang rawan memicu stunting. Ibu Lurah menggarisbawahi pentingnya pendidikan untuk mencegah putus sekolah yang kerap menjadi faktor utama pernikahan dini. Dalam rapat tersebut, beliau mengimbau agar teman-teman mahasiswa turut mengedukasi anak-anak agar semangat belajar dan memahami risiko menikah di usia muda. Pernikahan dini tidak hanya berdampak pada psikologis, tetapi juga pada kesehatan, karena ibu muda sering kali belum siap secara fisik maupun mental untuk menghadapi kehamilan. Akibatnya, risiko stunting pada anak menjadi lebih tinggi.
Dengan adanya sinergi antara TPK, Posyandu, dan perangkat desa, diharapkan tantangan ini dapat diatasi secara bertahap. Partisipasi aktif masyarakat, terutama ibu-ibu di setiap dusun, menjadi kunci keberhasilan program ini. Selain itu, pemanfaatan data yang akurat dan konsisten dari setiap dusun memungkinkan pemerintah desa untuk mengambil langkah yang lebih terarah.
Kolaborasi antara KKM 161 Gantari Bhumi UIN Malang, TPK, dan ibu-ibu PKK Desa Kemiri menunjukkan pentingnya sinergi dalam mengatasi masalah kesehatan dan sosial di tingkat desa. Kegiatan seperti rapat koordinasi ini tidak hanya menjadi wadah untuk berbagi informasi, tetapi juga menjadi momentum untuk menyatukan visi dan misi dalam pemberdayaan masyarakat.
Dengan terus mendorong partisipasi masyarakat, terutama melalui edukasi dan pendampingan yang berkelanjutan, Desa Kemiri memiliki peluang besar untuk meningkatkan kesejahteraan warganya. Semoga upaya ini dapat menjadi inspirasi bagi desa-desa lain untuk mengambil langkah serupa, memanfaatkan potensi lokal, dan membangun generasi yang lebih sehat dan berdaya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H