Bahasa merupakan perilaku yang paling menakjubkan di dunia fauna. Perilaku khas-spesies-lah yang membedakan manusia dari binatang apapun juga. Bahasa merupakan alat komunikasi, tetapi sebenarnya lebih dari itu. Banyak juga binatang yang dapat melakukan komunikasi. Tarian lebah madu mengomunikasikan lokasi bunga-bungaan ke anggota lain yang ada disarang lebah. Tapi, bahasa manusia memungkinkan komunikasi mengenai apapun, bahkan mengenai unicorn yang tidak pernah ada. Kuncinya terletak pada kenyataan bahwa satuan arti, kata, dapat menyatu dalam cara yang berbeda-beda, menurut aturan, untuk mengomunikasikan sesuatu yang berbeda arti.
Tidak ada yang menjelaskan ras manusia lebih baik daripada kemampuan untuk mengomunikasikan pemikiran abstrak, mengenai alam semesta, pikiran, cinta, harapan, atau bahkan memesan pizza. Kita menganggap bahasa merupakan suatu proses yang kompleks sekali. Tentu saja, kita tidak menyadari aspek terpenting dari kemampuan bicara dan pemahaman kita akan bahasa. Perhatikan apa yang terjadi bila seseorang berbicara kepada orang lain. Si pembicara harus menerjemahkan pemikiran ke dalam bahasa pembicaraan.
Penelitian gambaran otak menunjukkan bahwa waktu dari pemikiran ke awal kemampuan bicara sangat cepat, hanya 0,04 detik. Si pendengar harus mendengar suara untuk mencerna apa yang dimaksud oleh si pembicara. Dia harus mempergunakan suara pembicaraan untuk mengidentifikasi kata-kata yang keluar, mengerti pola pengaturan dari kata-kata (kalimat), dan akhirnya menafsirkan artinya. Hal ini memakan waktu agak lama, minmum sekitar 0,5 detik. Tapi, sekali dimulai, tentu merupakan proses yang berlanjut.
Bahasa sangat penting dalam menentukan spesies. Oleh karnanya, tidak mengejutkan bahwa area substansial dari cerebral cortex, bagian “tertinggi” dari otak, dipersembahkan untuk fungsi-fungsi bahasa. Salah satu misteri terbesar mengenai otak manusia adalah spesialisasi hemispheric (belahan). Bagi kebanyakan manusia, fungsi-fungsi bahasa dihadirkan dalam cerebral cortex bagian kiri hemisfer, sesuai dengan kenyataan bahwa kebanyakan dari kita menggunakan tangan kanan (bagian kiri korteks mengendalikan bagian kanan tubuh). Kemudian, tentang cara bagaimana kata-kata membentuk sebuah kalimat hingga disebut sebagai bagian besar tata bahasa, adalah menjadi fokus pada pembahasan ini.
Secara menarik, bahasa memperlihatkan sedikit tanda evolusi. Semua bahasa dari bahasa Inggris dalam mengaburkan dialek penduduk asli yan terisolir mempunyai derajat kompleksitas dan sifat umum yang mirip. Mereka semua memiliki sintaksis atau aturan untuk membuat kalimat dan walaupun aturan tersebut berbeda untuk tiap bahasa, dalam pengertian umum, sintaksis adalah universal. Hal ini sepertinya bersifat akademis, tetapi ini penting seperti halnya dalam mencoba menentukan apakah kera benar-benar dapat mempelajari bahasa.
Oleh karenanya, maka penulis melakukan mini research mengenai hubungan bahasa dengan kognisi manusia yang bertujuan untuk mengetahui keterkaitan antara keduanya dalam realitas kehidupan manusia pada konteks komunikasi dimana bahasa merupakan fasilitas luar biasa sebagai penghubung lintas benua bahkan dunia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H