Gelegar nama Reyog sepertinya tidak akan pudar dari nama sebuah kota kecil di Jawa Timur, yaitu Ponorogo. Dari sana sebuah karya seni Reyog muncul dan berkembang sampai dengan dekade ini. Sudah sejak lama Festival Reyog Nasional digelar bahkan sudah menjadi agenda tahunan Pemda Ponorogo. Saat ini pula lagi digelar Festival Reyog Mini ke 11 di Ponorogo, mulai tanggal 7 s/d 11 September 2013. Para warok muda setingkat sekolah menengah pertama atau SMP, berkreatifitas mengembangkan serta melestarikan tradisi kebudayaan dan seni peninggalan leluhur mereka. Peserta Festival Reyog Mini ini adalah dari setiap kecamatan di Ponorogo juga perwakilan dari beberapa SMP mengikuti dengan semangat yang patut diacungi jempol. Begitu gegap gempita pesta rakyat dalam rangka Hari Jadi Ponorogo ke 517 ini. [caption id="" align="aligncenter" width="564" caption="Festival Reyog Mini ke 11, 2013 - foto oleh Kotareog.com"][/caption] Satu hal yang menarik di Festival Reyog Mini itu adalah; para generasi mudalah yang menjadi pelaku kesenian Reyog ini semua. Fenomena ini yang patut menjadi penggerak pola pikir kita semua. Seperti inilah seharusnya sebagai penerus suatu kebudayaan di nusantara ini melakukannya. Ada beberapa poin menarik yang dapat kita ambil dari festival ini. Â Pertama; Bakal menjadi bola positif menggelinding di sektor kesenian daerah tersebut, Kedua; Kesadaran pentingnya melestarikan budaya akan meningkat, Ketiga; Tarian dewasa diajarkan ke anak-anak, apakah sudah ditempatkan pola pengajarannya untuk seorang anak setingkat SMP? Keempat; Efek psikologis anak setelah mempelajari tari Reyog tersebut harus membuat satu pola peningkatan pemikiran positif, sehingga mendorong menjadi study pembelajaran proses menuju kedewasaan yang positif pula. Mendengar dari beberapa sumber, para pelatih dari beberapa group ada banyak kita temui beberapa type pengajaran terhadap mereka-mereka para warok muda ini. Ada dari mereka yang hanya mengajarkan bagaimana Tari Reyog, Warok, Jathilan, Ganongan serta Klanasewandana itu menari dengan benar. Ada juga yang memberikan proses pengenalan lebih detail bagaimana sosok yang akan mereka perankan itu melalui history-nya. Menarik lagi ada yang memberikan tehnis pengajaran melalui pola bermain sambil belajar. Beberapa tehnis pengajaran ini akan menjadi penting, berdasarkan usia mereka para warok muda. Semoga beberapa proses yang dilakukan para warok muda ini menjadi satu pendidikan lahir dan batin membawa ke beberapa hal positif secara proporsional. Pemda Ponorogo adalah media pengantar berkembangnya Seni & Budaya Ponorogo. Media ini harus kita manfaatkan semaksimal mungkin, tapi tetap dalam koridor keberpihakan kepada para warok muda itu sendiri. Beberapa kejadian negatif yang dilakukan para anak muda setingkat SMP patut menjadi pengalaman, supaya para warok muda ini bisa menjadi contoh positif nantinya. Dan proses belajar menari mereka untuk Festival Reyog Mini ini menjadi salah satu pintu mengembangkan pola pikir positif sehingga kekreatifan mereka bisa disalurkan ke beberapa hal yang positif. Bravo para warok muda. Sukses buat kalian yang saat ini menjadi pelaku budaya secara langsung. (komp-ganongan)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI