Mohon tunggu...
Gani Sipayung
Gani Sipayung Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wirasawasta

Desain Grafis

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Hati Hamba : Rela dan Tulus Melayani

31 Agustus 2023   04:06 Diperbarui: 2 Juli 2024   04:42 801
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Dalam bahasa Indonesia sehari-hari, hamba diartikan sebagai budak atau abdi. Seorang abdi hanya tunduk, mengabdi untuk melayani tuannya.

Dalam konteks Pendidikan Agama Kristen, dalam Alkitab (PL) menggambarkan hamba sebagai "orang-orang yang telah dibeli" untuk dijadikan sebagai pelayan bagi tuaannya. Seorang hamba hanya tunduk kepada perintah tuannya, sebagai orang yang berkuasa atas dirinya. Pada zaman para Nabi, dimana hamba-hamba ini bebas diperjualbelikan. Lihat kisah Yusuf dalam Alkitab, Yusuf dijual saudara-saudaranya kepada kafilah Midian bani Ismael yang kebetulan sedang melintasi daerah di daerah itu, dan setelahnya kemudian kafilah  itu menjual Yusuf kepada bangsawan Mesir (kitab Kejadian 37).

Seorang tuan bebas memperlakukan hambanya sesuai keinginannya, karena ia telah dibelinya. Dan status sosial seorang hamba adalah status sosial terendah, sehingga seorang hamba dipandang hina atau rendahan. Perbedaan yang sangat kontras terjadi ketika Kritus datang untuk menyelamatkan dunia. "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal." (Yohanes 3:16). Tanpa perbedaan, semua manusia berhak menerima pengharagaan "keselamatan" dari Allah, asalkan saja orang itu percaya dan tunduk kepada Allah, di dalam Yesus Kristus.

Dalam Iman Kristiani, "Hati Hamba" adalah tentang kasih, hati yang rela dan penuh dengan ketulusan untuk melayani, seperti Kristus yang menjadi manusia untuk memerdekaan manusia dari perhambaan, yaitu hamba dosa. Manusia (hamba dosa) yang tidak menerima keselamatan akan binasa, sedangkan manusia yang menerima keselamatan akan beroleh jaminan kehidupan yang kekal (surga). Tidak ada cara manusia untuk bisa bebas dan merdeka dari perhambaan dosa, selain menerima keselamatan dalam percaya kepada Yesus Kristus, Sang Penebus dan Juru Selamat manusia!

Iman Kristiani mengajarkan bahwa Allah sendiri telah menjadi manusia, di dalam rupa Yesus Kristus. Allah sendiri bertindak memerdekakan manusia dari dosa, karena manusia tidak bisa menyelamatkan dirinya sendiri! "Firman itu telah menjadi manusia,  dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran." (Yohanes 1:14).

Menjadi orang percaya kepada Kristus, maka kehidupan orang percaya adalah meneladani keteladanan Yesus Kristus. Ada dua perintah utama bagi orang percaya, yaitu percaya dan tunduk kepada firman Allah dan mengasihi sesama seperti mengasihi diri sendiri. "Jikalau seorang berkata: "Aku mengasihi Allah," dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya. Dan perintah ini kita terima dari Dia: Barangsiapa mengasihi Allah, ia harus juga mengasihi saudaranya." (1Yohanes 4:20-21). Bahwa orang yang percaya kepada Allah adalah orang yang mau mengasihi sesamanya. Jika seseorang berkata bahwa ia bertaqwa kepada Allah, sementara ia sendiri tidak mengasihi sesama manusia, maka itu adalah dusta! 

Identitas seorang Kristiani yang tunduk kepada perintah atau firman Allah, adalah seorang yang memposisikan dirinya sebagai Hamba Allah, yang mau dan rela melayani Allah, yaitu melakukan perintah Allah. Kerelaan ini adalah menggambarkan "Hati Hamba" yang harus dimiliki setiap orang percaya untuk bisa melakukan ajaran dan perintah Allah. Firman atau perintah Allah, tidak hanya untuk didengar, tetapi harus dilakukan secara faktual dan valid. Diantara keturunan bangsa Yahudi, terdapat segolongan yang meng-identitas-kan diri mereka sebaga golongan cendekiawan religius, mereka adalah golongan Farisi. Golongan Farisi adalah orang-orang terkemuka dan terpelajar, sebagai ahli tafsir kitab dan pengajar Taurat, namun secara faktual golongan ini hanya terlihat identik agamais secara kasat mata, namun hidupnya tidak melakukan ajaran Taurat. Maka Yesus mengecam kemunafikan golongan Farisi, dan golongan Farisi sangat membenci Yesus, dan bahkan melakukan makar bersama penguasa Kekaisaran Romawi kala itu, untuk membunuh Yesus. Golongan Farisi mengajarkan umat untuk melakukan perintah dan Taurat Allah, sementara mereka sendiri tidak melakukannya dan bahkan arogan berperilaku menentang ajaran Allah!

Yesus Kristus sendiri banyak memberikan contoh dan keteladanan "Hati Hamba" sehingga banyak orang menjadi percaya dan diselamatkan, meski sampai saat ini dunia dan golongan-golongan tertentu masih saja menentang dan berusaha menyingkirkan para pengikut Kristus. Orang percaya tidak takut kepada intimidasi dunia, tetapi memiliki "Hati Hamba" untuk sungguh-sungguh setia melakukan firman-Nya. Orang percaya tidak hidup munafik seolah agamais (seperti golongan Farisi) dan supaya terlihat saleh secara identitas atau kasat mata, tetapi "Hati Hamba" yang dimiliki orang percaya akan bersinar melalui perilaku hidupnya : mengasihi semua orang, suka tolong-menolong, memberi kepada yang membutuhkan, perduli, bertindak benar sesuai kebenaran firman Tuhan.

Bagi orang awam mungkin akan sulit mengerti tentang "Hati Hamba" karena keteladanan hamba yang sesungguhnya hanya kepada Yesus Kristus. Firman-Nya berkata : "Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi yang terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya. Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusanbagi banyak orang." (Markus 10:43-45).

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun