Konon negara surga itu terletak di antara 2 benua besar yang berawal dari huruf A. Bila orang tak percaya bahwa tanah disana tanah surga coba berikan tongkat tancapkan ke perut bumi maka jadilah tanaman hidup. Hijau royo-royo sepanjang kiri-kanan perjalanan dari ibukota menuju ke kota berjuluk kota hujan. Aneka flora dan fauna ada disana, hidup tenang dari dulu nenek moyang hingga terlahir manusia serakah sekarang ini yang mampu memakan semua jenis tumbuhan, binatang maupun barang tambang. Perutnya buncit menandakan kemakmuran semu, karena sebenarnya isinya berbagai macam penyakit. Walau yang paling sangat ditakutkan adalah penyakit yang ada di hatinya, tiada merasa puas dengan apa yang telah dimiliki dan dinikmati.
Sebagian kecil dari penduduk surga itu serakahnya bukan alang kepalang, kekayaan dan kenikmatan yang diberikan sang maha kuasa tidak pernah disyukuri bahkan selalu dinilai kurang. Perut bumi dikeluarkan isinya, yang seharusnya dinikmati oleh rakyat seluruh penduduk surga tetapi seringkali dikangkangi sendiri bersama kroni-kroninya. Pernah disatu kawasan perut bumi marah dengan menyemburkan lumpur ber ton-ton sampai berulang tahun yang membuat rakyat penduduk surga sengsara dan nekad mengakhiri hidupnya agar terlepas dari himpitan kesulitan. Namun dengan piawai dan dengan alat woro-woro yang dimiliki menyatakan seakan-akan penduduk disana telah suka cita menerima imbalan dari sang culas dan kroni-kroninya. Ganti rugi yang diberikan kepada para penderita itupun diambil dari pundi-pundi negara surga bukan dari perusahaannya, karena menurut hasil pemeriksaan dan keputusan pengadilan peristiwa dahsyat itu merupakan bencana nasional negeri surga bukan keserakahan sang penambang. Kemana dan ada apa dengan penegak hukumnya ?
Masalah pengahargaan negeri surga ini memang 'gila banget' asal itu diperoleh dari negeri seberang apalagi berasal dari keluaraga kerajaan kaya dan kuat. Wuih undangan segera dihadiri bersama keluarga dan handai taulannya. Menginap di istana mewah, makan berlimpah sementara masalah dalam negeri entahlah. Sekarang seperti ditikam dari belakang, para pembangkang atau orang-orang yang sementara tidak kebagian berani mendirikan markas di negara pemberi penghargaan ksatria (tapi bukan satria baja hitam) kepada pemimpin negeri surga ini. Rakyat yang tidak kebagian jatah tadi merasa didzolimi dan menuntut ingin merdeka saja. Sebuah pulau besar, terkaya hasil perut buminya yang sedang asyik diekploitasi sebagian rakyatnya pingin merdeka saja, mimisahkan diri saja dari negeri surga. Caranya ya mulai dari kecil-kecilan mendirikan posko atau markas sebagai tempat konsulidasi mereka. Bila pemerintah negeri surga bergeming, sumbu tinggal dinyalakan saja dari negeri yang pernah memberi gelar ksatria ( tapi bukan satria baja hitam ). Protes ??! He he he itu kan sah-sah saja dan bolah-boleh saja mereka berbuat demikian. Bila saja ada keberanian dari yang berbadan besar untuk mengembalikan segala macam atribut yang pernah diterimanya, wah sangat woke. Rakyat akan bersorak dan membela habis-habisan karena harga dirinya terangkat kembali. Tapi sebaliknya kalau cuma 'sekedar' mengingatkan, protes atau anjuran bahwa perbuatan mereka tidak layak. Yah tinggal nunggu saja putusan seorang pemimpin serba nanggung, canggung negeri surga ini bisa-bisa jadi negeri neraka. Nah lho ?!
Dinegeri surga ini setiap 5 tahun ada pemilihan wakil rakyat yang harapannya bersuara keras meneriakkan keadilan dan kemakmuran. Namun sayangnya wakil yang didapat hanya sekedar pajangan dengan paras yang aduhai bagi yang bermata sehat. Enak dipandang, cantik dan ngganteng namun isi otaknya lain dengan yang diharapkan rakyat. Sering mangkir sidang itu sudah menjadi tontonan setiap paripurna, absen nitip teman atau ajudan tapi honor rapat nomor satu tanpa harus ada potongan. Produk yang diharapkan undang-undang yang pro rakyat tetapi kenyataannya pro pengusaha dan penguasa yang memeras keringat rakyat pemilihnya. Undang-undang tenaga outsorching salah satu produknya, mereka seumur-umur bergaji standar UMR atau UMK. Tak akan ada peningkatan jenjang karir atau kepangkatan apalagi jabatan di perusahaan tempat dia dipekerjakan. Berbeda dahulu tenaga outsorching awalnya direkrut sebagai tenaga lepas, kemudian ada kesempatan bisa mendaftar dan menjadi karyawan tetap di perusahaan dia bekerja. Bila mau berumah tangga tidak takut miskin dan jaminan hari tuanya sangat jelas. Saat ini yang jelas ya kemiskinannya, kemana wakil rakyat yang dulu dipilih untuk menyuarakan kepedihannya ?? Tidur atau ngorok, entahlah.
Di negara surga itu punya pemimpin yang berbadan tegap, besar karena dulu dia bekas seorang surodadu (tentara) bro. Pantes bangetlah pokoknya kalau menjadi presiden, 'prejengane cocok' dan tidak malu-maluin kalau berjejer dengan pemimpin negara lain. Namun sayang semua yang berbau dalam negeri 'kelihatan' sangat terlambat mengantisipasi. Hampir semua sektor dibentuk tim, alhasil bila terdapat masalah yang harus segera diputuskan maka tim itulah yang akan merumuskan dan memutuskan, sang Bapak tinggal membacakan walau akhirnya jadi basi. Masalah gampang jadi rumit dan yang rumit tambah njlimet nggak ketemu hasilnya. Salah satu contoh, dari tahun lalu BBM mau dinaikkan istilah halusnya mau dikurangi subsidinya. Barang-barang diluaran sudah terlanjur naik, e BBM nya sampai hari ini tidak juga dikurangi subsidinya malah dikurangi quotanya. Alhasil antrian panjang kendaraan bermotor disetiap SPBU, dan kemacetan distribusi barang. Nelayan pun tidak melaut karena tak mungkin tenaga isi nasi kuat melawan ombak besar di malam hari. Sampai kapan lelet, lambat berbuat, bertindak, memutuskan ya lihat sikonnya. Kalau bisa mendongkrak popularitasnya walau tak meng'enak'an rakyatnya segera dilakukan. Yang penting terkenal dulu, 'ya salah siapa dulu milih guweh'...katanya.
================
ditulis Mei 2013
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H