Mohon tunggu...
Gangga Narendra
Gangga Narendra Mohon Tunggu... Lainnya - find me on Medium.com : gangga

ayoloo dibaca loo tulisanku looooo xixiixi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Media Sosial untuk APPY

11 Juni 2022   22:08 Diperbarui: 11 Juni 2022   22:41 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam membangun bisnis atau membangun suatu organisasi dan asosiasi, profil sangat dibutuhkan. Profil perusahaan dibutuhkan sebagai perkenalan diri dari perusahaan. Profil perusahaan bisa berbentuk apa saja, proposal, video, maupun konten untuk sosial media. Di era digital ini, semuanya memanfaatkan internet untuk melakukan segala hal. Dalam dunia bisnis, internet banyak dimanfaatkan untuk media pemasaran, terutama pemanfaatan sosial media.  Sosial media seperti Instagram, TikTok, Facebook banyak dimanfaatkan karena fitur adversitingnya yang mendukung pelaku usaha untuk melakukan pemasaran disana. Kita pasti sering melihat iklan di Instagram ataupun Facebook saat memantau story atau hanya scroll biasa, itu termasuk bagian dari ads mereka untuk memasarkan suatu produk. TikTok pada saat ini sangat banyak digunakan oleh para pelaku usaha untuk memasarkan produknya dengan membuat video kreatif berdurasi 1-3 menit. Pemasaran melalui sosial media dapat mendatangkan profit bagi pelaku usaha bahkan bisa lebih dari pendapatan mereka biasanya. Namun, pemanfaatan sosial media ini tidak hanya dilakukan oleh pelaku usaha saja tapi bisa juga dimanfaatkan untuk mengembangkan organisasi ataupun asosiasi. 

Anak muda zaman sekarang terlihat lebih antusias dalam mengikuti organisasi baik organisasi di lingkup sekolah mereka maupun di lingkup umum. Minat anak muda ini sebenarnya sangat bisa dimanfaatkan oleh organisasi untuk mendapatkan wawasan serta perspektif baru yang terkesan lebih segar dan lebih disukai anak muda seusianya. Namun, ada juga organisasi atau asosiasi yang lebih mengedepankan anggota orang dewasa dibandingkan menerima anak muda di lingkup kerjanya. Salah satu asosiasi yang anggotanya lebih banyak orang dewasa adalah Asosiasi Pengrajin Perhiasan Yogyakarta. APPY bergerak di bidang perhiasan dengan berbagai macam motif dan juga bahan. Asosiasi ini memiliki 29 anggota aktif hingga saat ini. Anggota APPY lebih kepada UMKM-UMKM perhiasan lokal yang tersebar di Yogyakarta. Pekerja yang ada di APPY kebanyakan adalah ibu-ibu sehingga asosiasi ini terkesan tidak formal dan tidak terstruktur. Hal ini menjadi kelemahan dari APPY itu sendiri sebenarnya, pemberdayaan SDMnya yang masih kurang. Karena kebanyakan anggotanya merupakan ibu-ibu, banyak dari mereka yang tidak paham akan sosial media, mereka kebanyakan belum kena dampak dari era digital sekarang ini sehingga APPY dalam segi pemasaran melalui sosial media masih dirasa kurang.

APPY sebenarnya memiliki sosial media yaitu Instagram bernama @_semuaindah_ yang terakhir aktif di tahun 2019. Ibu Yayuk selaku ketua dari APPY memaklumi hal tersebut lantaran anggota APPY yang kebanyakan ibu-ibu yang memiliki anak sehingga APPY tidak dijadikan prioritas utama mereka. Karena hal itu pula, banyak yang tidak mengetahui kehadiran asosiasi perhiasan di Yogyakarta ini padahal APPY bisa dibilang cukup aktif dalam mengikuti pameran perhiasan. 

Sumber : Instagram
Sumber : Instagram

Apabila kita tarik masalah yang ada di APPY dan merumuskannya dalam pohon masalah, kita sudah mendapatkan akar, batang dan daunnya pohonnya. Akarnya dimana masalah bermula, yaitu kurangnya pemberdayaan dan juga digitalisasi oleh para ibu-ibu bekerja untuk lebih memanfaatkan sosial media. Kemudian masuk ke bagian batang, di mana prioritas pekerja APPY bukan lagi kepada APPY namun kepada keluarganya karena kebanyakan anggota APPY adalah ibu-ibu. Karena kurangnya rasa kepemilikan terhadap APPY, maka anggotanya menjadi tidak aktif berimbas kepada pemasaran baik produk ataupun asosiasi mereka kepada masyarakat. Lalu pada bagina daun, dampak dari berbagai masalah tersebut adalah kurangnya awareness dari anak muda maupun audiens lainnya akan adanya asosiasi khusus perhiasan di Yogyakarta. Pohon masalah ini dapat membantu kita untuk mengklasifikasikan penyebab, masalah utama, dan dampak yang dihasilkan dan memudahkan kita untuk menemukan solusi pemecahan masalah tersebut.

Adapun beberapa solusi yang mungkin bisa berhasil memecahkan masalah yang ada pada APPY adalah pertama, dengan membangun awareness diantara para anggota terlebih dahulu agar APPY bisa lebih di prioritaskan dan menjadikan APPY menjadi organisasi yang lebih terstruktur. Kedua, APPY mungkin bisa membuka kesempatan untuk anak muda yang tertarik ke dalam dunia perhiasan sebagai pekerja penuh waktu mereka untuk mengurusi konten, sosial media, pemasaran untuk meningkatkan awareness dari target audiens yang ingin diraih APPY. Ketiga, dari sisi pengurus inti APPY mungkin bisa lebih bergerak aktif untuk merangkul para anggotanya, memulai lagi kegiatan-kegiatan yang sempat terhenti karena pandemi dan menemukan inovasi baru agar asosiasi ini tetap hidup.

Bagi anda yang merasa tertarik dengan asosiasi ini, anda dapat mengunjungi markas APPY yang terletak di Joglo Ayu Tenan, UMKM perhiasan yang beralamat di Jl. Pogung Baru Jl. Pogung Kidul No.31A, Pogung Kidul, Sinduadi, Kec. Mlati, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun